Bumi merupakan planet ketiga pada sistem tata surya. (Sumber gambar : Unsplash/NASA)

Sejarah Nama Bumi, dari Ertha hingga Mundus

01 June 2022   |   21:39 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Bumi merupakan planet yang paling indah dan dalam sistem tata surya. Planet berwarna biru ini menjadi tempat tinggal umat manusia sejak dahulu kala. Namun, nama bumi sendiri ternyata memiliki sejarah lho. Sejumlah peradaban di muka bumi memiliki nama khusus untuk menyebut planet ini. 

Di Indonesia, kita mengenal planet ini dengan nama bumi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bumi artinya adalah tempat manusia hidup, jagat, dunia, dan permukaan tanah. Bagaimana dengan peradaban lain? 
 

Ertha

Nah, beberapa literatur menyebut bahwa penamaan tersebut tidak lepas dari bangsa Anglo-Saxon. Suku yang mendiami wilayah kini dikenal sebagai Inggris itu menamai bumi dengan sebutan ertha, ejaan untuk tanah. 

Baca juga: Baru Ditemukan, Asteroid Ini Siap Temani Bumi 4.000 Tahun Lagi

"Ertha dalam bahasa Anglo-Saxon berarti tanah tempat Anda berjalan, tanah tempat Anda menabur tanaman," kata arkeolog dan sejarawan Gillian Hovell, seperti dikutip dari Live Science, Rabu (1/6/2022). 
 

Terra

Nama lain Bumi juga muncul pada bahasa latin, terra. Hovell menjelaskan bahwa terra juga memiliki arti tempat Anda berdiri, bertani, dan berinteraksi. Terra juga menjadi dasar munculnya kata-kata dalam bahasa Inggris seperti terrestrial, subterranean, extraterrestrial. 
 

Mundus

Sementara orang Romawi Kuno menyebut bumi sebagai orbis alias bola dunia. Orbis merupakan kata dasar dari orbit. "Mereka tahu itu bola dunia," tegasnya.

Orang pada masa tersebut pun memiliki istilah mundus yang menggambarkan seluruh alam semesta. Penulis Romawi Pliny the Elder (Gaius Plinius Secundus), yang menuliskan sejarah alam pada abad pertama, menggunakan mundus sedikit dalam pengamatannya.

Hovell menilai dari Pliny dunia mendapatkan banyak terminologi yang digunakan untuk memberi nama planet melalui International Astronomical Union, meskipun setiap budaya memiliki tradisi dan julukannya sendiri.
 

Sudah ada sejak bangsa Babilonia

Sementara itu, Hovell menyampaikan bahwa tradisi penamaan planet yang digunakan oleh orang Romawi sudah ada sejak bangsa Babilonia. Babilonia adalah kekaisaran di wilayah yang kini dikenal antara Irak dan Suriah. 

Kekaisaran Babilonia bertahan dari sekitar 1900 sampai 539 SM,  dan kemudian diambil alih oleh Persia. Hovell menjelaskan saat itu Persia menjadi musuh besar Yunani. Namun di balik itu, kedua kekaisaran juga berbagi banyak pengetahuan antarbudaya dan itu menerangkan cara orang Yunani memasukkan beberapa dewa dari Persia dalam penamaan planet. 

Ketika orang Romawi, mereka mengintegrasikan tradisi dari daerah yang mereka sentuh, termasuk Yunani, ke dalam jajaran dewa mereka. Sebagai contoh dewi cinta dari Babilonia dinamai Ishtar tetapi menjadi Aphrodite saat kekuasaan Yunani dan berubah nama Venus di bawah kekaisaran Romawi. 

Hovell menuturkan bangsa Romawi memberi nama planet-planet berdasarkan bagaimana mereka tampak dengan mata telanjang di langit, berabad-abad sebelum teleskop tersedia. Tetapi nama-nama ini juga tidak selalu universal.

Baca juga: Sejarah Menunjukkan Ternyata Bangsa Jepang Juga Pernah Lelet & Pemalas

Misal planet yang dinamai Venus kadang-kadang disebut Lucifer atau pembawa cahaya ketika tampak di pagi hari, saat fajar terbit. "Orang Romawi memahami bahwa Venus terbit di pagi atau sore hari, tetapi nama planet itu bisa berubah tergantung pada atribut yang dipamerkan,"  jelas Hovell. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Forbes 30 Under 30 Asia, Dita Aisyah Makin Semangat Ciptakan Lebih Banyak Talenta di Bidang Teknologi 

BERIKUTNYA

Profesi Data Science di Indonesia, Kekurangan Talenta & Masih Salah Kaprah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: