Cuaca dingin yang terjadi di Indonesia lantaran tengah mengalami puncak kemarau (Sumber gambar/ilustrasi: pexels/ Valentin Antonucci)

Beredar Informasi tentang Aphelion, Ini Penjelasan BMKG

15 July 2024   |   21:25 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengungkapkan bahwa cuaca dingin yang terjadi di Indonesia pada Juli tahun ini tidak berhubungan dengan fenomena Aphelion. Dengan begitu, pesan berantai yang tersebar di media sosial itu tidak tepat.

Beberapa waktu lalu, pesan tentang cuaca dingin di Indonesia menyebar melalui media sosial dengan sangat cepat dan meresahkan masyarakat. Informasi tidak benar itu menyebutkan bahwa cuaca dingin yang terjadi karena jarak bumi dengan matahari berada dalam titik paling jauh saat periode revolusi atau Aphelion. 

Baca juga: BMKG Sebut El Nino Surut La Nina Datang, Apa Dampaknya di Indonesia?

Pesan yang beredar dari satu orang ke orang lain itu juga menyebutkan bahwa cuaca di bumi cenderung lebih dingin jika dibandingkan dengan periode lainnya saat berada di titik Aphelion.

BMKG menjelaskan bahwa Aphelion adalah fenomena astronomis yang terjadi satu tahun sekali pada kisaran Juli. Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Namun, kondisi tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi.

Fenomena suhu udara dingin yang terjadi di Indonesia sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli-September. BMKG mengungkapkan bahwa wilayah Pulau Jawa hingga NTT berada pada musim kemarau saat ini.

Tanda Indonesia memasuki periode musim kemarau adalah pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada Juli, wilayah Australia berada pada periode musim dingin.

Keberadaan pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia. Massa udara ini bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.

Kondisi tersebut mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia – terutama bagian selatan khatulistiwa, yakni Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara – terasa lebih dingin.

Selain dampak angin dari Australia, kondisi awan dan hujan yang mengalami pengurangan dari Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh terhadap suhu yang dingin yang terjadi pada malam hari. Sebab, ketiadaan uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya atau clear sky akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang langsung dilepaskan ke atmosfer luar, sehingga membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin – terutama pada malam-pagi hari. Kondisi ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin – terutama pada malam hari. 

Baca juga: Begini Kata BMKG Soal Potensi Badai Ekstrem di Jabodetabek

BMKG menyebut bahwa fenomena tersebut merupakan hal biasa yang terjadi setiap tahun. Kondisi ini juga merupakan penyebab beberapa tempat di Indonesia, seperti Dieng, Jawa Tengah, atau wilayah pegunungan lainnya berpotensi terjadi embun es atau embun upas yang dikira salju oleh sebagian orang.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Pengalaman Laura Basuki Syuting Pakai Kamera Seluloid di Film Heartbreak Motel

BERIKUTNYA

Daftar Anime Summer 2024, Wistoria: Wand and Sword Hingga Quality Assurance in Another World

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: