Carmen Hijosa pendiri Piñatex (Dok. Instagram Piñatex)

Wirausahawan ini Kembangkan Bahan Kulit Sintetis dari Daun Nanas

14 June 2021   |   18:09 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pada usia 69 tahun, Carmen Hijosa tidak takut dengan tantangan apapun. Perusahaannya, Piñatex, telah bekerja dengan lebih dari 3.000 merek di seluruh dunia, termasuk Hugo Boss, Chanel, Mango, dan Ecoalf.

Menurut Insider, pada 2016, ketika Piñatex meluncurkan prototipe pertamanya, dia mendapat untung sebesar US$363.000.

Sejak itu, perusahaan telah menggandakan keuntungannya dari tahun ke tahun.

Bahkan pada 2020, meskipun ini tahun yang sangat sulit karena pandemi, Piñatex tumbuh sebesar 40?ri 2019.

Meskipun saat ini dalam fase transisi, perusahaan mengambil langkah-langkah untuk berkembang dari perusahaan menengah seperti sekarang.

Hijosa baru berusia 19 tahun ketika dia pindah ke Irlandia untuk belajar sekaligus bekerja.

Saat itu, dia sudah bekerja di sebuah perusahaan kecil yang memiliki karyawan tidak lebih dari 30 orang, tetapi dia memiliki potensi yang besar.

Ironisnya, dia mengerjakan produk kulit mewah untuk perusahaan seperti Harrods, Liberty, dan Takashimaya.

Meskipun pekerjaan itu bukan panggilan utamanya, itu memulainya di jalan untuk mengambil langkah profesional berikutnya, bekerja sebagai konsultan untuk Uni Eropa dan World Bank. Pekerjaan ini memungkinkan dia untuk bepergian dan belajar tentang produk yang sangat dia sukai.
 

 Proses pengumpulan daun nanas. (Dok. Piñatex)

Proses pengumpulan daun nanas. (Dok. Piñatex)

Pada 1993 dia melakukan perjalanan ke Filipina dan pergi ke salah satu penyamakan kulit di negara itu. Dia sangat terkejut dengan kondisi kerja sehingga dia segera berhenti dari pekerjaannya.

"Saya tidak memiliki rencana B atau apa pun, tetapi saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan bekerja dengan kulit lagi," kata Hijosa. "Dan saat itulah hidup saya berubah."

Inspirasi untuk solusi yang akhirnya dipikirkan Hijosa tidak datang secepat yang dipikirkan orang; ini adalah proses yang sangat lambat hingga akhirnya ide tersebut tumbuh sebesar sekarang.

Dia harus menganalisis apa yang bisa dilakukan dengan produk lokal di Filipina.

Hijosa kemudian mulai bekerja dengan Pusat Desain Filipina, berhubungan dengan petani, berbicara dengan penenun yang bekerja dengan tangan, dan terlibat langsung.

Baginya, itu adalah satu-satunya cara untuk benar-benar terhubung dengan apa yang ingin dia ciptakan.

Saat itu lah awal dia terpesona oleh daun nanas.

"Seratnya sangat halus," katanya, "tetapi juga kuat dan fleksibel. Jadi saya pikir saya bisa membuatnya menyatu."

Setelah membuat jaring serat di Filipina, dia perlu mendesain lapisan atas — lapisan yang akan diolah dan menjadi kulit imitasi.
 

Kulit sintesis. (Dok. Piñatex)

Kulit sintesis. (Dok. Piñatex)

Pada 2016, dia menghasilkan produk akhir yaitu kulit vegan yang tidak hanya inovatif tapi juga memenuhi tanggung jawab etis terhadap lingkungan dan yang sekarang digunakan oleh ribuan merek fesyen dari seluruh dunia.

Lewat kisah suksesnya, Piñatex membantu meningkatkan kesadaran tentang pendekatan yang dapat diambil dunia mode menuju keberlanjutan.

Bagi Hijosa, suatu kehormatan untuk dapat menghormati lingkungan dan melawan greenwashing dengan menawarkan produk yang benar-benar bersih dari limbah, tanpa produk sampingan yang menimbulkan polusi.

Namun, baginya, pencapaian terbesarnya adalah ketika dia dapat membantu ribuan keluarga di Filipina dengan memberi perempuan pekerjaan yang mereka butuhkan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

SEBELUMNYA

Kenalan Yuk Sama 4 Karakter dengan Identitas Rahasia di Drakor The Penthouse

BERIKUTNYA

Asyik! Gim Among Us Akan Perbanyak Pemain Hingga 15 Orang

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: