Usmar Ismail mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2021(sumber gambar: Hypeabis.id/Yudi Supriyanto)

Perjalanan Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail dari Bangku Sekolah hingga Meraih Gelar Pahlawan Nasional

10 May 2022   |   23:08 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Usmar Ismail adalah seorang tokoh penting dalam dunia perfilman nasional. Dia merupakan bapak perfilman Indonesia, dan juga ditetapkan oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional pada tahun lalu dengan dukungan kuat dari para insan perfilman nasional.

Ketertarikannya pada film telah ditunjukkannya sejak usia belia. Menonton adalah hobi sang sutradara selain membaca dan menulis. Berikut perjalanan Usmar Ismail dari kelahiran yang dirangkum Hypeabis.id dari pameran Boeng Ismail dalam Sinema Indonesia.

Usmar Ismail adalah pria kelahiran Bukittinggi dari pasangan Haji Ismail Datuk Manggung / Ismail Sutan Machudum dan Siti Fatimah Zahra. Usmar kecil dibesarkan di sebuah rumah Gadang, suku Pisang.

Sang ayah merupakan guru Bahasa Melayu di Sekola Raja, Bukittinggi. Dia adalah pelopor penulis beberapa buku bahasa yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, yakni Bidal Melajoe. Dia juga yang mendidik guru-guru bahasa Melayu di beberapa tempat seperti Bandung dan Makassar pada masa Hindia Belanda.

Usmar menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan menempuh pendidikan nonformal di sebuah Surau. Di Surau ini, dia belajar mengaji, sosialisasi adat, budaya, dan tradisi Minang setiap sore.
 

Pameran Boeng Ismail dalam Sinema Indonesia berlangsung pada 29 Maret -10 Mei 2022. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestari)
 

Pameran Boeng Ismail dalam Sinema Indonesia berlangsung pada 29 Maret -10 Mei 2022. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestari)


Dia melanjutkan sekolah ke MULO (SMP) di Simpang Haru, Padang, dan tinggal di rumah kakak perempuannya, Nursiah Dahlan. Di tempat ini, dia bertemu dan bersahabat hingga menjadi saudara ipar dengan Rosihan Anwar yang memiliki kesamaan dalam sejumlah hal, seperti membaca, menulis, dan menonton film.

Usmar kerap melontarkan pertanyaan kepada kakaknya, Nursiah, setelah menonton film. “Bagaimana dengan pianonya?” katanya. Pada masa film bisu, piano memiliki peran yang sangat penting dalam membangun suasana sebuah film.

Salah satu film yang disukai oleh Usmar adalah Singin’ in The Rain (1952), dan aktor idolanya adalah Thomas Edwin Mix (Tom Mix)

Usmar kemudian pergi merantau bersama dengan Rosihan Anwar ke Yogyakarta melalui Batavia setelah lulus dari MULO. Pada 30 Februari 193, keduanya memulai sekolah menengah atas di Algemeene Middelbare School (AMS), Yogyakarta, dengan pengantar bahasa Belanda.

Dia banyak mempelajari seni panggung dan latihan drama di sekolah, mulai dari sebuah gagasan, ide, pencirian pelaku-pelaku yang terlibat konflik, antagonis dan protagonis sampai terjadi puncak cerita, orkestrasi, dan penyusunan watak-watak secara meyakinkan dan masuk akal.

(Baca juga: Hari Film Nasional, Melihat Peran Usmar Ismail dan Industri Perfilman Hari Ini)

Di sekolah, Usmar aktif berpartisipasi dalam drama sekolah dan mementaskannya di gedung Societeit Mataram, di ujung Jl. Malioboro, tepatnya di dekat keraton.

Usmar mengungsi ke Batavia setelah tamat dari AMS Yogyakarta, dan Jepang menduduki Yogyakarta pada 1942. Dia tinggal di rumah kakaknya yang tertua, Abu Hanifah dan Hafni ketika berada di Batavia.

Kepintaran menulis dalam Bahasa Indonesia mengantarkan Usmar bekerja sebagai penulis di Pusat Kebudayaan Populer dan Pengembangan Kebudayaan atau Keimin Bunka Shidoso di bidang kesusastraan.

Dia kemudian mulai mengadaptasi beberapa judul lakon sandiwara, seperti Manusia Baru dan lakon pengarang Jepang, seperti Kiku Kwan dan Chichi Kaeru atau Ayah Pulang. Bersama dengan teman-temannya, dia bahkan pentas langsung dalam siaran radio di studio Jakarta Hoosho Kyoku.

 

Perjalanan seni Usmar Ismail dimulai dari panggung teater sekolah hingga akhirnya dia mendirikan Perfini. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestar)

Perjalanan seni Usmar Ismail dimulai dari panggung teater sekolah hingga akhirnya dia mendirikan Perfini. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestari)


Pada 27 Mei 1943, Usmar bersama dengan Abu Hanifah, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, S.Sudjojono, dan H.B. Jassin membentuk perkumpulan penggemar sandiwara, Maya, yang berarti bayangan atau impian.

Mereka mempertunjukkan lakon pertama di Gedung Kesenian Jakarta dengan judul Taufan di Atas Asia yang merupakan karangan Abu Hanifah alias El Hakim. Perkumpulan ini kemudian menarik kaum intelektual yang membutuhkan hiburan yang berkualitas, sehat, dan normal terlepas dari propaganda politik Jepang dan semboyan Kemakmuran Bersama Asia Timur.

Pertunjukan-pertunjukan perkumpulan Maya pada 1945 kian banyak. Pada awal 1945, lakon Api karangan Usmar Ismail dipentaskan di Schouwburg atau Siritsu Gekiyouu, Gedung Kesenian Jakarta. Kemudian pada 9 Februari 1945, Maya mementaskan gubahan El Hakim berjudul Intelek Istimewa dan Dewi Reni.

26 Juli 1945, Maya melakukan pertunjukkan konser yang dipimpin oleh Kusbini dan Opera Madah Kelana oleh komponis Cornel Simanjuntak. Adapun pemain biola dalam pertunjukkan itu adalah Asrul Sani.

Usmar sempat dipenjara oleh tentara Jepang karena ketahuan sebagai Mayor Intel TNI dan wartawan ANTARA pada 1948 dan bebas pada 1949.
 

Usmar menulis sendiri naskah film Tjitra. (Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Usmar menulis sendiri naskah film Tjitra. (Sumber gambar: Hypeabis/Yudi Supriyanto)

Dia kemudian diajak oleh Andjar Asmara untuk membantu dalam produksi film berjudul Gadis Desa. Usmar bekerja sebagai asisten sutradara untuk juru kamera seorang Indo Belanda bernama Denninghoff, dan asisten kameramen Max Tera.

Dia juga terlibat dalam produksi film Harta Karun berdasarkan karya pujangga Prancis, yakni Moliere sebagai asisten sutradara. Lalu, dia menjadi sutradara dalam film Tjitra untuk perusahaan Belanda di Jakarta bernama South Pacific Film Corporation.

30 Maret 1950, Usmar dan Rosihan mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini) dengan modal Rp30.000 yang didapat dari pesangon sebagai tentara dan patungan teman-temannya. Pada tanggal yang sama, dia dan tim syuting film Darah dan Doa atau The Long March of Siliwangi.

Dia dan tim harus berkendara oplet rongsokan membawa kamera Akeley tua menuju Subang dan Purwakarta. Syuting hari pertama itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

Usmar pun kemudian memproduksi banyak film seperti Tiga Dara, Asrama Dara, Tjambuk Api, Djenderal Kantjil, Bajangan di Waktu Fadjar, Anak Perawan di Sarang Penjamun, The Big Village, dan sebagainya.
 

Usmar Ismail dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestari)

Usmar Ismail dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis/Diena Lestari)

Usmar meninggal dunia pada 2 Januari 1971. Sekitar 50 tahun berselang atau pada 10 November 2021, dia kemudian mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional dari pemerintah Indonesia.

Dilansir dari laman Indonesia.go.id, pemberian gelar itu diusulkan oleh Festival Film Indonesia (FFI) dan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid. Nama Usmar besar di dunia perfilman Indonesia. Sepanjang hayatnya, dia telah membuat lebih dari 30 film pada era 1940 - 1960an. Dia dikenal sebagai sosok seorang wartawan, sutradara film, sastrawan, dan pejuang yang menjadi pelopor perfilman dan drama modern di Indonesia. 

Sebelum Usmar Ismail ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Hilmar pernah menuturkan bahwa menyambut baik usulan para insan perfilman yang ingin menjadikan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional karena para seniman dan orang yang bekerja di bidang kebudayaan pun bagian terpenting dari perjuangan bangsa ini. 

Kemerdekaan bukan hanya di lapangan politik dan ekonomi, tapi juga di lapangan kebudayaan, dan Usmar Ismail adalaha tokoh penting dalam perjuangan itu. Kemerdekaan dalam berkebudayaan melalui karya-karya filmnya adalah salah satu peninggalannya. 


Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Nadao Bangkok Berhenti Beroperasi Mulai 1 Juni 2022

BERIKUTNYA

Simak 3 Alasan Pentingnya Merawat Kulit di Malam Hari sebelum Tidur

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: