Begini Pencegahan Nyeri Punggung & Sendi saat Arus Balik Lebaran
08 May 2022 |
22:30 WIB
Kemacetan panjang terjadi di sejumlah ruas jalan menuju Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi sejak kemarin. PT Jasa Marga, Tbk. bahkan mencatat volume lalu lintas ke arah Jabodetabek dari arah Timur seperti Surabaya, Solo, Semarang, Cirebon, dan Bandung memecahkan rekor sebelum pandemi Covid-19.
Rekor itu adalah pergerakan 170.078 kendaraan. Kemacetan panjang diperkirakan terjadi pada puncak arus balik libur Hari Raya Idulfitri malam ini. Tentu, kemacetan panjang ini menimbulkan masalah bagi pengendara. Tidak hanya lelah, tetapi juga risiko nyeri punggung.
Spesialis Orthopedi & Traumatologi dari Brawijaya Hospital dr. Achmad Zaki menerangkan bahwa berkendara selama 5 jam terus menerus, berisiko 2 kali lipat untuk terkena nyeri punggung bawah.
Jika mereka yang ada di dalam kendaran sebelumnya pernah mengalami saraf terjepit atau masalah otot penopang tubuh lainnya, ini bisa menambah derajat keparahan kondisi yang dialami.
Selain itu, pada saat berkendara, sendi-sendi tubuh relatif tidak banyak bergerak. Hal ini berisiko menimbulkan radang sendi terutama pada lutut. "Kalau lama tidak digerakkan maka produksi cairan sendi atau pelumas sendi jadi berkurang karena umumnya pelumas sendi lebih optimal diproduksi ketika sendi bergerak. Makanya kaki rasanya kaku karena sekian lama tidak gerak di dalam mobil," terang Zaki saat dihubungi Hypeabis.id, baru-baru ini.
Untuk mencegah masalah pada tulang belakang dan sendi ini ketika berkendara pada arus balik ini, dia menyarankan agar pengendara beristirahat setiap 2 jam sekali. Istirahat dalam hal ini melakukan peregangan atau senam ringan selama 5-10 menit.
Rekomendasi ini menurutnya bisa menjadi pertimbangan menentukan posisi rest area. "Setiap 2 jam ada rest area di mana pengendara bisa berhenti dahulu, turun, olahraga ringan, atau ke toilet. Kalau posisi duduk berpengaruh juga ke struktur lain seperti kandung kemih yang tertekan, biasanya mudah untuk buang air kecil, apalagi lansia," saran Zaki.
Bagi pengendara motor, terutama yang membawa barang cukup banyak di punggung, ini bisa memperberat beban tulang belakang. "Berkendara motor dalam jangka waktu lama risikonya lebih besar karena punggung tidak ada sandaran. Otot jadi bekerja lebih keras mempertahankan tubuh pada posisi tegak," sebutnya.
Zaki menerangkan, kerja otot pada pengendara motor yakni mempertahankan keseimbangan. Kerja otot harus sinergis, entah itu otot kaki, otot tangan, maupun otot punggung. Akumulasinya kerja otot pengendara motor secara resultan lebih berat dibandingkan dengan pengendara mobil.
"Bisa terjadi risiko tambahan apalagi pakai tas punggung. Lain jika ditaruh di motor, itu juga perlu menjaga keseimbangan," tuturnya.
Oleh karena itu, untuk melemaskan otot, Zaki menyarankan pengendara motor sebaiknya banyak beristirahat selama perjalanan. Biasanya pengendara mobil beristirahat setiap 2 jam sekali, untuk pengendara motor sebaiknya dilakukan satu jam sekali. "Atau setiap 2 jam istirahat yang lebih panjang," jelasnya.
Rekor itu adalah pergerakan 170.078 kendaraan. Kemacetan panjang diperkirakan terjadi pada puncak arus balik libur Hari Raya Idulfitri malam ini. Tentu, kemacetan panjang ini menimbulkan masalah bagi pengendara. Tidak hanya lelah, tetapi juga risiko nyeri punggung.
Spesialis Orthopedi & Traumatologi dari Brawijaya Hospital dr. Achmad Zaki menerangkan bahwa berkendara selama 5 jam terus menerus, berisiko 2 kali lipat untuk terkena nyeri punggung bawah.
Jika mereka yang ada di dalam kendaran sebelumnya pernah mengalami saraf terjepit atau masalah otot penopang tubuh lainnya, ini bisa menambah derajat keparahan kondisi yang dialami.
Selain itu, pada saat berkendara, sendi-sendi tubuh relatif tidak banyak bergerak. Hal ini berisiko menimbulkan radang sendi terutama pada lutut. "Kalau lama tidak digerakkan maka produksi cairan sendi atau pelumas sendi jadi berkurang karena umumnya pelumas sendi lebih optimal diproduksi ketika sendi bergerak. Makanya kaki rasanya kaku karena sekian lama tidak gerak di dalam mobil," terang Zaki saat dihubungi Hypeabis.id, baru-baru ini.
Untuk mencegah masalah pada tulang belakang dan sendi ini ketika berkendara pada arus balik ini, dia menyarankan agar pengendara beristirahat setiap 2 jam sekali. Istirahat dalam hal ini melakukan peregangan atau senam ringan selama 5-10 menit.
Rekomendasi ini menurutnya bisa menjadi pertimbangan menentukan posisi rest area. "Setiap 2 jam ada rest area di mana pengendara bisa berhenti dahulu, turun, olahraga ringan, atau ke toilet. Kalau posisi duduk berpengaruh juga ke struktur lain seperti kandung kemih yang tertekan, biasanya mudah untuk buang air kecil, apalagi lansia," saran Zaki.
Bagi pengendara motor, terutama yang membawa barang cukup banyak di punggung, ini bisa memperberat beban tulang belakang. "Berkendara motor dalam jangka waktu lama risikonya lebih besar karena punggung tidak ada sandaran. Otot jadi bekerja lebih keras mempertahankan tubuh pada posisi tegak," sebutnya.
Zaki menerangkan, kerja otot pada pengendara motor yakni mempertahankan keseimbangan. Kerja otot harus sinergis, entah itu otot kaki, otot tangan, maupun otot punggung. Akumulasinya kerja otot pengendara motor secara resultan lebih berat dibandingkan dengan pengendara mobil.
"Bisa terjadi risiko tambahan apalagi pakai tas punggung. Lain jika ditaruh di motor, itu juga perlu menjaga keseimbangan," tuturnya.
Oleh karena itu, untuk melemaskan otot, Zaki menyarankan pengendara motor sebaiknya banyak beristirahat selama perjalanan. Biasanya pengendara mobil beristirahat setiap 2 jam sekali, untuk pengendara motor sebaiknya dilakukan satu jam sekali. "Atau setiap 2 jam istirahat yang lebih panjang," jelasnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.