Yuk Dicoba, Begini Kiat Pulihkan Keuangan Pasca Lebaran
08 May 2022 |
22:30 WIB
Genhype, Ramadan telah usai, begitu pula dengan Hari Raya Idulfitri walaupun nuansanya masih terasa hingga saat ini. Namun di balik euforianya, hal yang menjadi perhatian kini adalah bagaimana memulihkan kembali keuangan yang sempat tergerus untuk memenuhi kebutuhan pada bulan puasa maupun hari raya.
Perencana Keuangan dari Finansialku Harryka Joddy mengatakan bahwa untuk memulihkan keuangan pasca Lebaran, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencatat pemasukan dan pengeluaran selama masa Ramadan dan libur Idulfitri, sebagai bagian dari pantauan anggaran.
"Dengan pencatatan ini, diharapkan bisa memberi evaluasi dan melihat kondisi cashflow terkini karena anggaran Lebaran baiknya terpisah dari anggaran belanja rutin bulanan," ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id baru-baru ini.
Langkah berikutnya adalah melakukan penghematan apabila terjadi pengeluaran ekstra selama liburan. Terakhir, yakni menyisihkan sebagian rezeki apabila ada lebihan untuk dana darurat dan investasi sesuai tujuan keuangan.
"Untuk investasi pasca lebaran, baiknya tetap disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Misalnya untuk jangka pendek bisa di reksadana baik konvensional maupun syariah," jelas Joddy.
Alternatif lainnya yakni membuka usaha di bidang makanan. Sebagai contoh, bisnis katering makanan sehat sebagai detoks karena pada saat Lebaran banyak masyarakat yang mengkonsumsi santan berlebih.
"Selain itu juga bisa bisnis oleh-oleh atau jastip karena banyak orang yang kemarin pulang kampung tapi tidak sempat beli oleh-oleh karena antrian dan waktu membelinya," saran Joddy.
Financial Planning Coach Emtrade Aulia Akbar menyebut untuk menjaga keuangan agar tetap aman pasca Lebaran, penting mengukur kembali profil keuangan, kemudian sisihkan dana untuk berinvestasi. "Sebelum menentukan jenis investasi yang akan dipilih, langkah penting pertama yang perlu dilakukan adalah melihat kembali profil keuangan," sebutnya.
Profil keuangan bisa dilihat dari arus kas yang dicatat secara bulanan dan tahunan. Mencatat pemasukan dan pengeluaran ini penting untuk mengetahui kesehatan keuangan, mempermudah pelaporan pajak, dan membantu mengukur kemampuan menabung serta investasi.
Nah, ketika ada arus kas bersih atau uang yang tersisa dari alokasi anggaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan, kewajiban, dan keinginan, selanjutnya bisa digunakan untuk investasi, menambah dana darurat, atau uang dingin.
"50% untuk investasi, 30% untuk dana darurat, dan 20% untuk uang dingin. Dalam investasi kita perlu uang dingin atau aset lancar. Ketika punya aset lancar dalam jumlah cukup banyak, peluang trading semakin besar. Jangan pakai tabungan untuk trading, bahaya," tegas Aulia.
Namun demikian, apabila terjadi defisit arus kas, langkah yang perlu dilakukan yakni menambah pemasukan dan mengurangi pengeluaran.
Untuk menambah pemasukan, bisa merujuk pada cashflow quadrant dari investor andal, usahawan, penulis, dan motivator Robert Kiyosaki. Opsi pertama yakni mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar. Kedua, mencari pekerjaan sambilan atau sampingan yang pasti mengorbankan waktu dan tenaga berlebih. Opsi ketiga yaitu membuat usaha sendiri. Keempat yakni berinvestasi.
Bicara soal investasi, penting untuk terlebih dahulu menyusun portofolio investasi seperti memproyeksikan tujuan, risiko aset, dan kebutuhan yang ditargetkan. Ada dua hal yang mesti diperhatikan dalam menyusun portofolio investasi.
Hal yang utama, adalah alokasi aset dan diversifikasi. Alokasi aset adalah kegiatan menyusun persentase portofolio ke beberapa kelas aset yang berbeda, misalnya dari total dana investasi disebar ke saham, obligasi, emas, dan cash.
Menurut Aulia ada tiga faktor penentu alokasi aset diantaranya horizon investasi, toleransi risiko, dan usia investor. "Kesuksesan dalam proses investasi 90% ditentukan dari alokasi asetnya," imbuhnya.
Sementara itu, diversifikasi adalah kegiatan penyebaran dana ke satu kelas aset investasi. "Misalkan dari aset saham dia sebar di sektor perbankan, manufaktur, teknologi, dan lainnya, sedangkan di obligasi dia punya obligasi pemerintah tenor panjang dan pendek,” papar Aulia.
Perencana Keuangan dari Finansialku Harryka Joddy mengatakan bahwa untuk memulihkan keuangan pasca Lebaran, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencatat pemasukan dan pengeluaran selama masa Ramadan dan libur Idulfitri, sebagai bagian dari pantauan anggaran.
"Dengan pencatatan ini, diharapkan bisa memberi evaluasi dan melihat kondisi cashflow terkini karena anggaran Lebaran baiknya terpisah dari anggaran belanja rutin bulanan," ujarnya saat dihubungi Hypeabis.id baru-baru ini.
Langkah berikutnya adalah melakukan penghematan apabila terjadi pengeluaran ekstra selama liburan. Terakhir, yakni menyisihkan sebagian rezeki apabila ada lebihan untuk dana darurat dan investasi sesuai tujuan keuangan.
"Untuk investasi pasca lebaran, baiknya tetap disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Misalnya untuk jangka pendek bisa di reksadana baik konvensional maupun syariah," jelas Joddy.
Alternatif lainnya yakni membuka usaha di bidang makanan. Sebagai contoh, bisnis katering makanan sehat sebagai detoks karena pada saat Lebaran banyak masyarakat yang mengkonsumsi santan berlebih.
"Selain itu juga bisa bisnis oleh-oleh atau jastip karena banyak orang yang kemarin pulang kampung tapi tidak sempat beli oleh-oleh karena antrian dan waktu membelinya," saran Joddy.
Financial Planning Coach Emtrade Aulia Akbar menyebut untuk menjaga keuangan agar tetap aman pasca Lebaran, penting mengukur kembali profil keuangan, kemudian sisihkan dana untuk berinvestasi. "Sebelum menentukan jenis investasi yang akan dipilih, langkah penting pertama yang perlu dilakukan adalah melihat kembali profil keuangan," sebutnya.
Profil keuangan bisa dilihat dari arus kas yang dicatat secara bulanan dan tahunan. Mencatat pemasukan dan pengeluaran ini penting untuk mengetahui kesehatan keuangan, mempermudah pelaporan pajak, dan membantu mengukur kemampuan menabung serta investasi.
Nah, ketika ada arus kas bersih atau uang yang tersisa dari alokasi anggaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan, kewajiban, dan keinginan, selanjutnya bisa digunakan untuk investasi, menambah dana darurat, atau uang dingin.
"50% untuk investasi, 30% untuk dana darurat, dan 20% untuk uang dingin. Dalam investasi kita perlu uang dingin atau aset lancar. Ketika punya aset lancar dalam jumlah cukup banyak, peluang trading semakin besar. Jangan pakai tabungan untuk trading, bahaya," tegas Aulia.
Namun demikian, apabila terjadi defisit arus kas, langkah yang perlu dilakukan yakni menambah pemasukan dan mengurangi pengeluaran.
Untuk menambah pemasukan, bisa merujuk pada cashflow quadrant dari investor andal, usahawan, penulis, dan motivator Robert Kiyosaki. Opsi pertama yakni mencari pekerjaan dengan penghasilan yang lebih besar. Kedua, mencari pekerjaan sambilan atau sampingan yang pasti mengorbankan waktu dan tenaga berlebih. Opsi ketiga yaitu membuat usaha sendiri. Keempat yakni berinvestasi.
Bicara soal investasi, penting untuk terlebih dahulu menyusun portofolio investasi seperti memproyeksikan tujuan, risiko aset, dan kebutuhan yang ditargetkan. Ada dua hal yang mesti diperhatikan dalam menyusun portofolio investasi.
Hal yang utama, adalah alokasi aset dan diversifikasi. Alokasi aset adalah kegiatan menyusun persentase portofolio ke beberapa kelas aset yang berbeda, misalnya dari total dana investasi disebar ke saham, obligasi, emas, dan cash.
Menurut Aulia ada tiga faktor penentu alokasi aset diantaranya horizon investasi, toleransi risiko, dan usia investor. "Kesuksesan dalam proses investasi 90% ditentukan dari alokasi asetnya," imbuhnya.
Sementara itu, diversifikasi adalah kegiatan penyebaran dana ke satu kelas aset investasi. "Misalkan dari aset saham dia sebar di sektor perbankan, manufaktur, teknologi, dan lainnya, sedangkan di obligasi dia punya obligasi pemerintah tenor panjang dan pendek,” papar Aulia.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.