Waspada, Penyakit Ini Mengintai Kalian yang Gila Kerja
27 April 2022 |
19:45 WIB
Tidak sedikit orang yang bekerja di luar waktu normal saat ini. Entah karena pekerjaan menumpuk hingga mengejar target yang tidak kunjung terpenuhi. Namun, kerja secara berlebihan ini rupanya tidak baik untuk kesehatan. Beberapa penyakit bisa timbul, salah satunya gastroesophageal reflux disease (GERD) atau yang disebut gangguan asam lambung.
Dokter Amanda Pitarini dari Brawijaya Hospital Saharjo menerangkan, GERD terjadi ketika katup yang menghubungkan kerongkongan dan lambung melemah. Akhirnya makanan yang ada di dalam lambung bisa kembali ke kerongkongan.
Nah, ada banyak pemicu GERD. Salah satunya kecanduan bekerja, hampir seharian, dan kurang memperhatikan kondisi badan. Pekerjaan yang tidak ada habisnya itu membuat pekerja lupa makan, istirahat kurang, kurang tidur yang akhirnya mempengaruhi kesehatan.
Bahkan untuk mempertahankan performa, akhirnya minum kopi yang justru dapat merusak kondisi lambung, terutama jika lambung belum terisi makanan. "Semangat boleh, tetapi kebutuhan nonimal seperti tidur minimal 6 jam, makan teratur harus diperhatikan," tegas Amanda dalam IG Live bersama Hypeabis.id, Rabu (27/4/2022).
Bukan hanya penyakit pencernaan yang dapat dialami, dalam jangka panjang bisa terjadi mental breakdown. Ini adalah istilah untuk menggambarkan situasi stres yang membuat orang yang mengalaminya sulit menjalani fungsinya secara normal.
"Performa bisa turun, respon melambat," imbuhnya.
Namun, memang efek kesehatan yang perlu diperhatikan. Menurut Amanda lambung memiliki asam yang sifatnya seprti air keras. Apabila GERD tidak ditangani, asam lambung ini lama kelamaan akan melukai lambung.
Peradangan bisa terjadi. Jika kronis, bisa terjadi perubahan sel. "Kalau lama, bisa jadi risiko meningkatnya kanker di kerongkongan. Kalau lebih lama, terbentuk jaringan parut, jadi keras, akhirnya makanan tidak bisa ditelan," terang Amanda.
Bicara stres, kondisi ini juga berpengaruh pada refluks atau baliknya makanan dari lambung ke kerongkongan. "Kadang ada pasien yang merasa ada refluks, rasa terbakar di dada, belum tentu saat pemeriksaan benar-benar GERD, hanya hipersensitif saja. Pada seperti ini, fungsional penecernaan terpengaruh faktor psikis, anxiety, dan depresi," terang Amanda.
Editor: Dika Irawan
Dokter Amanda Pitarini dari Brawijaya Hospital Saharjo menerangkan, GERD terjadi ketika katup yang menghubungkan kerongkongan dan lambung melemah. Akhirnya makanan yang ada di dalam lambung bisa kembali ke kerongkongan.
Nah, ada banyak pemicu GERD. Salah satunya kecanduan bekerja, hampir seharian, dan kurang memperhatikan kondisi badan. Pekerjaan yang tidak ada habisnya itu membuat pekerja lupa makan, istirahat kurang, kurang tidur yang akhirnya mempengaruhi kesehatan.
Bahkan untuk mempertahankan performa, akhirnya minum kopi yang justru dapat merusak kondisi lambung, terutama jika lambung belum terisi makanan. "Semangat boleh, tetapi kebutuhan nonimal seperti tidur minimal 6 jam, makan teratur harus diperhatikan," tegas Amanda dalam IG Live bersama Hypeabis.id, Rabu (27/4/2022).
Bukan hanya penyakit pencernaan yang dapat dialami, dalam jangka panjang bisa terjadi mental breakdown. Ini adalah istilah untuk menggambarkan situasi stres yang membuat orang yang mengalaminya sulit menjalani fungsinya secara normal.
"Performa bisa turun, respon melambat," imbuhnya.
Namun, memang efek kesehatan yang perlu diperhatikan. Menurut Amanda lambung memiliki asam yang sifatnya seprti air keras. Apabila GERD tidak ditangani, asam lambung ini lama kelamaan akan melukai lambung.
Peradangan bisa terjadi. Jika kronis, bisa terjadi perubahan sel. "Kalau lama, bisa jadi risiko meningkatnya kanker di kerongkongan. Kalau lebih lama, terbentuk jaringan parut, jadi keras, akhirnya makanan tidak bisa ditelan," terang Amanda.
Bicara stres, kondisi ini juga berpengaruh pada refluks atau baliknya makanan dari lambung ke kerongkongan. "Kadang ada pasien yang merasa ada refluks, rasa terbakar di dada, belum tentu saat pemeriksaan benar-benar GERD, hanya hipersensitif saja. Pada seperti ini, fungsional penecernaan terpengaruh faktor psikis, anxiety, dan depresi," terang Amanda.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.