R.A. Kartini (Sumber gambar: Situs resmi Kabupaten Jepara)

Mengenang Peran R.A. Kartini, Pembawa Cahaya dalam Kegelapan

21 April 2022   |   09:34 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, setiap 21 April, Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Kartini. Memperingatinya tentu tak afdol jika kita tidak mengenal figur pejuang kesetaraan kaum perempuan ini lebih dekat. Terlebih, hasil dari jasa-jasa dan perjuangannya pada masa lalu dapat dirasakan oleh perempuan Indonesia sampai hari ini.

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879, dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904. Hidupnya dihabiskan dalam kurun waktu 25 tahun saja, sebuah angka yang relatif muda.

Namun, popularitasnya melampaui kemudaan usianya, bahkan melampaui apa yang telah beliau lakukan. Ayah Kartini adalah seorang priyayi Jawa bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang wedana di Mayong, yang kemudian menjadi bupati Jepara.

Hanya sampai usia 12 tahun, Kartini bebas menikmati dunia dengan mengecap pendidikan akhir di ELS (Europese Lagere School). Setelahnya, beliau memasuki dunia pingitan.

Oleh orang tuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah (pernah) memiliki tiga istri. Akhirnya, Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.

(Baca juga: Kesetaraan Perempuan Jadi Koreksi Lingkungan Kerja Industri Kelapa Sawit)

Kemampuannya berbahasa Belanda memungkinkan beliau bisa mengakses pengetahuan dari surat kabar, majalah, dan buku-buku berbahasa Belanda. Pengetahuan Kartini tentang dunia luar dibandingkan dengan kenyataan yang dialaminya, terutama mengenai nasib kaum perempuan pada masa itu, segera disadari ada kesenjangan yang demikian menganga. 

Segala keluhan, ide, dan gagasannya disampaikan melalui kegiatan korespondensi pribadi dengan Rosa Abendanon dan kenalan Belanda lainnya.

Tujuh tahun setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan Kartini pada teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya Dari Kegelapan  Menuju Cahaya.

Buku kumpulan surat Kartini ini baru diterbitkan pada 1911. Sebelas tahun kemudian, yakni pada 1922, Balai Pustaka menerjemahkan buku tersebut ke dalam bahasa Melayu dan menerbitkannya dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.

Kemudian pada 1938, keluarlah buku Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, pernah juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.

Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan, khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.

Beliau ingin perempuan memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Menghargai pemikiran-pemikiran Kartini dibentuklah Yayasan Kartini yang didirikan oleh keluarga van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Delapan tahun setelah Kartini wafat, pada 1912, didirikan Sekolah Perempuan di Semarang, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon. Sekolah-sekolah tersebut diberi nama “Sekolah Kartini”.

Tampaknya hal-hal itulah yang mengangkat popularitas Kartini melampaui usianya dan melampaui apa yang dilakukannya. Hal ini diperkuat dengan kebijakan Presiden Soekarno yang mengeluarkan Kepres RI No.108 Tahun 1964 tanggal 2 Mei 1964 dan menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.



Editor: Roni Yunianto
 

SEBELUMNYA

Siap Digelar Mei, Cek Deretan Line-up Kedua Java Jazz Festival 2022

BERIKUTNYA

5 Cara Seru & Berkesan untuk Memperingati Hari Kartini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: