Mengenal Asal-Usul Istilah Ngabuburit
13 April 2022 |
11:33 WIB
Salah satu tradisi unik masyarakat pada bulan Ramadan adalah ngabuburit. Kegiatan ini biasanya dilakukan di sore hari sembari menunggu waktu berbuka puasa. Ada berbagai macam kegiatan ngabuburit yang bisa dilakukan seperti mencari takjil, bersantai dengan orang-orang terdekat, dan melakukan kegiatan sosial.
Lantas, apakah arti sebenarnya dari ngabuburit itu sendiri? Kalau mencari di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita tidak akan menemukan kata ngabuburit. Sebab, kata tersebut berasal dari bahasa Sunda.
Dalam kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBBS), kata ngabuburit berasal dari ‘ngalantung ngadagoan burit’, yang berarti bersantai sambil menunggu waktu sore.
Kata ‘burit’ sendiri berarti sore dalam bahasa Sunda. Waktu ini biasanya antara usai salat asar hingga sebelum matahari terbenam. Akan tetapi, menurut sumber lainnya, ngabuburit berasal dari kata burit saja, yang mendapatkan imbuhan dan pengulangan suku kata pertama.
Beberapa contoh kata dari bahasa Sunda lainnya yang memiliki unsur morfologis serupa yakni ngabeubeurang yang berarti menunggu siang hari, ngabebetah (nyaman) dan ngadeudeket (dekat).
Seiring waktu, kata ngabuburit dikenal oleh masyarakat luas untuk mengistilahkan kegiatan yang dilakukan pada sore hari sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.
Ngabuburit bukan satu-satunya istilah yang dipakai saat menunggu waktu berbuka puasa. Di beberapa daerah di Indonesia, ada beberapa istilah dengan arti serupa.
Dalam bahasa Minang, ada istilah malengah puaso, yang berarti melakukan kegiatan untuk mengalihkan rasa haus dan lapar karena berpuasa. Ada juga basambang dari bahasa Banjar, yang berarti jalan-jalan saat waktu senja atau sore hari.
(Baca juga: Kenalan dengan Kuliner Timur Tengah dan Ciri Khasnya)
Melansir dari laman PPID Kota Serang, Rabu (13/4/2022), pada era 80-an, istilah ngabuburit saat Ramadan sering digunakan oleh para pemuda di Tanah Pasundan khususnya kota Bandung. Kala itu, mereka sering mengadakan acara musik dengan judul ngabuburit.
Acara musik tersebut biasanya digelar kental akan unsur islami, entah itu dari pengisi acaranya atau penonton yang sama-sama menanti waktu berbuka puasa. Seiring waktu, dengan semakin banyaknya acara semacam itu, istilah ngabuburit pun menyebar dan menjadi dikenal oleh masyarakat luas.
Istilah itu pun muncul di berbagai produk budaya populer. Pada tahun 2012, acara televisi ragam hiburan bertajuk Ngabuburit ditayangkan di TransTV. Selain menyajikan komedi, acara ini juga menyajikan ceramah keagamaan. Pada tahun 2018, Trans TV juga menyiarkan acara serupa dengan judul Ngabuburit Happy.
Beberapa konser musik pada bulan Ramadan yang diselenggarakan pada sore hari pun umumnya dibubuhi istilah 'ngabuburit', seperti Ngabuburit Bersama Slank, Konser Ngabuburit bersama Iwan Fals dan Ngabuburit Concert with So7.
Pada 2016, film pendek berjudul Ngabuburit (Waiting for Iftar) ditayangkan pada gelaran Jogja-Netpac Asian Film Festival ke-14. Film itu bercerita tentang sepasang suami istri yang sedang berdiskusi tentang mudik Lebaran saat menjelang buka puasa.
Editor: Nirmala Aninda
Lantas, apakah arti sebenarnya dari ngabuburit itu sendiri? Kalau mencari di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita tidak akan menemukan kata ngabuburit. Sebab, kata tersebut berasal dari bahasa Sunda.
Dalam kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBBS), kata ngabuburit berasal dari ‘ngalantung ngadagoan burit’, yang berarti bersantai sambil menunggu waktu sore.
Kata ‘burit’ sendiri berarti sore dalam bahasa Sunda. Waktu ini biasanya antara usai salat asar hingga sebelum matahari terbenam. Akan tetapi, menurut sumber lainnya, ngabuburit berasal dari kata burit saja, yang mendapatkan imbuhan dan pengulangan suku kata pertama.
Beberapa contoh kata dari bahasa Sunda lainnya yang memiliki unsur morfologis serupa yakni ngabeubeurang yang berarti menunggu siang hari, ngabebetah (nyaman) dan ngadeudeket (dekat).
Mencari takjil menjadi kegiatan ngabuburit yang dilakukan banyak orang (Sumber gambar: Umar Ben/Unsplash)
Ngabuburit bukan satu-satunya istilah yang dipakai saat menunggu waktu berbuka puasa. Di beberapa daerah di Indonesia, ada beberapa istilah dengan arti serupa.
Dalam bahasa Minang, ada istilah malengah puaso, yang berarti melakukan kegiatan untuk mengalihkan rasa haus dan lapar karena berpuasa. Ada juga basambang dari bahasa Banjar, yang berarti jalan-jalan saat waktu senja atau sore hari.
(Baca juga: Kenalan dengan Kuliner Timur Tengah dan Ciri Khasnya)
Ngabuburit dalam Budaya Populer
Melansir dari laman PPID Kota Serang, Rabu (13/4/2022), pada era 80-an, istilah ngabuburit saat Ramadan sering digunakan oleh para pemuda di Tanah Pasundan khususnya kota Bandung. Kala itu, mereka sering mengadakan acara musik dengan judul ngabuburit.Acara musik tersebut biasanya digelar kental akan unsur islami, entah itu dari pengisi acaranya atau penonton yang sama-sama menanti waktu berbuka puasa. Seiring waktu, dengan semakin banyaknya acara semacam itu, istilah ngabuburit pun menyebar dan menjadi dikenal oleh masyarakat luas.
Istilah itu pun muncul di berbagai produk budaya populer. Pada tahun 2012, acara televisi ragam hiburan bertajuk Ngabuburit ditayangkan di TransTV. Selain menyajikan komedi, acara ini juga menyajikan ceramah keagamaan. Pada tahun 2018, Trans TV juga menyiarkan acara serupa dengan judul Ngabuburit Happy.
Beberapa konser musik pada bulan Ramadan yang diselenggarakan pada sore hari pun umumnya dibubuhi istilah 'ngabuburit', seperti Ngabuburit Bersama Slank, Konser Ngabuburit bersama Iwan Fals dan Ngabuburit Concert with So7.
Pada 2016, film pendek berjudul Ngabuburit (Waiting for Iftar) ditayangkan pada gelaran Jogja-Netpac Asian Film Festival ke-14. Film itu bercerita tentang sepasang suami istri yang sedang berdiskusi tentang mudik Lebaran saat menjelang buka puasa.
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.