Debut Jadi Sutradara di Hollywood, Ini Alasan Joko Anwar Mau Garap Film Fritzchen
07 April 2022 |
16:26 WIB
Sutradara Joko Anwar akan menggarap proyek film Fritzchen. Diadaptasi dari cerita pendek klasik karya Charles Beaumont, film tersebut akan menjadi debut penyutradaraan Joko Anwar di Hollywood. Kabar tersebut pertama kali diumumkan oleh media Deadline pada Senin (4/4/2022).
Proyek film Fritzchen akan diproduksi oleh produsen film asal Amerika Serikat, Village Roadshow Pictures. Joko Anwar mengatakan bahwa tawaran untuk mengerjakan proyek ini dimulai pada 2020 lalu. Dia mengaku tertarik dengan proyek film Fritzchen, baik dari segi genre maupun cerita.
“Aku suka jadi ya sudah aku terima. Sesederhana itu sih, jadi ada tawaran ternyata cocok. Sama kayak di Indonesia aja, kalau misalnya ada tawaran proyek, kalau cocok diambil kalau enggak ya enggak,” kata Joko saat dihubungi Hypeabis.id, Kamis (7/4/2022).
Sutradara film Pengabdi Setan itu juga mengatakan bahwa Fritzchen memiliki cerita yang bagus dengan memadukan genre science-fiction dengan horor yang belum pernah digarap dalam film-filmnya selama ini. Terkait plot cerita dari film tersebut, Joko mengaku belum bisa berbicara banyak untuk saat ini.
Meski begitu, jika mengacu pada cerita yang diterbitkan di majalah Orbit pada 1953–yang kemudian dituliskan dalam antologi cerita pendek Beaumont Yonder– Fritzchen mengikuti kisah pertemuan seorang anak laki-laki dengan makhluk aneh di pantai.
Ketika ditanya soal penggarapan proyek terbarunya ini, Joko mengatakan bahwa saat ini sedang melakukan proses finalisasi naskah yang digarapnya bersama penulis asal Amerika Serikat, Michael Voyer.
Tak hanya dari segi isi konten film, sutradara berusia 46 tahun itu juga mengaku antusias untuk menggarap proyek ini karena beberapa pengalaman baru yang akan dijalaninya seperti syuting di luar negeri, termasuk menyutradarai film dengan kru dan pemain yang berasal dari Amerika Serikat.
“Yang berbeda syutingnya di luar Indonesia, karena selama ini bikin film di Indonesia. Jadi syutingnya dengan kru dan pemain Amerika,” ucapnya.
(Baca juga: Hari Film Nasional, Melihat Peran Usmar Ismail dan Industri Perfilman Hari Ini)
Selain itu, melalui proyek ini, Joko juga mengaku ingin belajar dan memahami cara kerja penggarapan film di AS, yang nantinya bisa dia terapkan saat menggarap film di Indonesia. Sebaliknya, jika menurutnya cara kerja di AS tidak efisien, dia justru akan memperkenalkan cara kerja yang selama ini dia terapkan dalam menggarap sebuah film.
“Mungkin nanti pengalamannya baru lagi. Kalo misalnya ada yang lebih baik dan efisien ya nanti aku akan bawa ke sini [Indonesia],” terangnya.
Bicara soal tempat proses syuting, Joko mengatakan kemungkinan sebanyak 30-40 persen dilakukan di tempat syuting langsung (on location), dan sisanya dilakukan di studio. Menurut Joko, proses syuting film di AS jarang dilakukan di lokasi secara langsung. Biasanya, akan dibangun studio baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
“Bahkan adegan-adegan yang eksterior itu ada tempatnya tersendiri untuk syuting. Jadi kita enggak ganggu orang hidup. Kalau di Indonesia kan, butuhnya di jalan raya syutingnya di jalan raya sampai bikin macet,” katanya.
Sebelum menerima tawaran proyek ini, Joko juga mengaku bahwa dia telah mendapatkan banyak tawaran untuk menyutradarai film di Hollywood sejak 2012. Melalui agensinya yang berbasis di Los Angeles, AS, Creative Artist Agency (CAA), dia kerap mendapatkan tawaran dari produser untuk menggarap film.
Editor: M R Purboyo
Proyek film Fritzchen akan diproduksi oleh produsen film asal Amerika Serikat, Village Roadshow Pictures. Joko Anwar mengatakan bahwa tawaran untuk mengerjakan proyek ini dimulai pada 2020 lalu. Dia mengaku tertarik dengan proyek film Fritzchen, baik dari segi genre maupun cerita.
“Aku suka jadi ya sudah aku terima. Sesederhana itu sih, jadi ada tawaran ternyata cocok. Sama kayak di Indonesia aja, kalau misalnya ada tawaran proyek, kalau cocok diambil kalau enggak ya enggak,” kata Joko saat dihubungi Hypeabis.id, Kamis (7/4/2022).
Sutradara film Pengabdi Setan itu juga mengatakan bahwa Fritzchen memiliki cerita yang bagus dengan memadukan genre science-fiction dengan horor yang belum pernah digarap dalam film-filmnya selama ini. Terkait plot cerita dari film tersebut, Joko mengaku belum bisa berbicara banyak untuk saat ini.
Meski begitu, jika mengacu pada cerita yang diterbitkan di majalah Orbit pada 1953–yang kemudian dituliskan dalam antologi cerita pendek Beaumont Yonder– Fritzchen mengikuti kisah pertemuan seorang anak laki-laki dengan makhluk aneh di pantai.
Ketika ditanya soal penggarapan proyek terbarunya ini, Joko mengatakan bahwa saat ini sedang melakukan proses finalisasi naskah yang digarapnya bersama penulis asal Amerika Serikat, Michael Voyer.
Tak hanya dari segi isi konten film, sutradara berusia 46 tahun itu juga mengaku antusias untuk menggarap proyek ini karena beberapa pengalaman baru yang akan dijalaninya seperti syuting di luar negeri, termasuk menyutradarai film dengan kru dan pemain yang berasal dari Amerika Serikat.
“Yang berbeda syutingnya di luar Indonesia, karena selama ini bikin film di Indonesia. Jadi syutingnya dengan kru dan pemain Amerika,” ucapnya.
(Baca juga: Hari Film Nasional, Melihat Peran Usmar Ismail dan Industri Perfilman Hari Ini)
Selain itu, melalui proyek ini, Joko juga mengaku ingin belajar dan memahami cara kerja penggarapan film di AS, yang nantinya bisa dia terapkan saat menggarap film di Indonesia. Sebaliknya, jika menurutnya cara kerja di AS tidak efisien, dia justru akan memperkenalkan cara kerja yang selama ini dia terapkan dalam menggarap sebuah film.
“Mungkin nanti pengalamannya baru lagi. Kalo misalnya ada yang lebih baik dan efisien ya nanti aku akan bawa ke sini [Indonesia],” terangnya.
Bicara soal tempat proses syuting, Joko mengatakan kemungkinan sebanyak 30-40 persen dilakukan di tempat syuting langsung (on location), dan sisanya dilakukan di studio. Menurut Joko, proses syuting film di AS jarang dilakukan di lokasi secara langsung. Biasanya, akan dibangun studio baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
“Bahkan adegan-adegan yang eksterior itu ada tempatnya tersendiri untuk syuting. Jadi kita enggak ganggu orang hidup. Kalau di Indonesia kan, butuhnya di jalan raya syutingnya di jalan raya sampai bikin macet,” katanya.
Sebelum menerima tawaran proyek ini, Joko juga mengaku bahwa dia telah mendapatkan banyak tawaran untuk menyutradarai film di Hollywood sejak 2012. Melalui agensinya yang berbasis di Los Angeles, AS, Creative Artist Agency (CAA), dia kerap mendapatkan tawaran dari produser untuk menggarap film.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.