Ini Daya Tawar Film Indonesia di Festival Internasional
30 March 2022 |
22:06 WIB
Sejumlah film Indonesia mampu memenangkan berbagai penghargaan dalam ajang festival film internasional. Hal itu membuktikan bahwa industri film Indonesia makin berkembang dan berkualitas. Lantas, jenis film apa yang dapat diterima di berbagai festival film di dunia.
Edwin Nazir, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), menuturkan jenis film yang diterima di lingkup internasional bisa beragam. Adapun festival-festival film yang ada di luar negeri memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain.
“Mereka cenderung suka film dengan karakter ini [karakter itu],” katanya.
Meskipun begitu, terdapat satu hal yang pasti terutama seperti di negara-negara Eropa. Kawasan ini banyak melihat sesuatu yang sifatnya terkait dengan budaya. Namun, bukan secara harfiah tentang kebudayaan.
Budaya tersebut adalah sesuatu yang menggambarkan karakter manusia di daerah tertentu yang membuat mereka tertarik untuk melihat lebih jauh. Dia menuturkan semua kembali ke ide cerita dan premis film yang akan dibuat.
Sementara film yang digemari oleh penonton di dalam negeri, ujarnya, berbeda-beda. Film yang laris di dalam negeri beragam jika melihat film-film tersebut.
Menurutnya, pernah ada film terlaris bergenre komedi, drama remaja, drama keluarga, dan horor. Jadi, minat penonton terhadap genre film Indonesia cukup beragam.
“Yang pasti film itu harus diproduksi dengan baik,” katanya.
Meskipun begitu, beberapa riset menunjukkan bahwa pelanggan digital platform di dalam negeri yang disurvei menunjukkan hampir 70 persen ingin mencari konten lokal. Kondisi ini sama dengan pola kerja sama antara produsen film dengan pihak luar negeri.
Sejak daftar negatif investasi (DNI) di industri perfilman dibuka, lanjutnya, kerja sama dalam memproduksi film dapat terjadi. Saat ini makin banyak kerja sama produksi antara produsen di dalam negeri dengan rumah produksi asing sejak DNI dibuka.
“Menariknya rumah produksi tidak membawa konten mereka,” katanya.
Konten-konten lokal adalah konten yang ingin digarap bersama. Konten-konten lokal di setiap negara menjadi jauh lebih menarik. Hanya saja skalanya yang diperbesar, film menjadi lebih baik dan skala produksi jadi lebih besar untuk menarik minat penonton.
Editor: Fajar Sidik
Edwin Nazir, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), menuturkan jenis film yang diterima di lingkup internasional bisa beragam. Adapun festival-festival film yang ada di luar negeri memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lain.
“Mereka cenderung suka film dengan karakter ini [karakter itu],” katanya.
Meskipun begitu, terdapat satu hal yang pasti terutama seperti di negara-negara Eropa. Kawasan ini banyak melihat sesuatu yang sifatnya terkait dengan budaya. Namun, bukan secara harfiah tentang kebudayaan.
Budaya tersebut adalah sesuatu yang menggambarkan karakter manusia di daerah tertentu yang membuat mereka tertarik untuk melihat lebih jauh. Dia menuturkan semua kembali ke ide cerita dan premis film yang akan dibuat.
Sementara film yang digemari oleh penonton di dalam negeri, ujarnya, berbeda-beda. Film yang laris di dalam negeri beragam jika melihat film-film tersebut.
Menurutnya, pernah ada film terlaris bergenre komedi, drama remaja, drama keluarga, dan horor. Jadi, minat penonton terhadap genre film Indonesia cukup beragam.
“Yang pasti film itu harus diproduksi dengan baik,” katanya.
Meskipun begitu, beberapa riset menunjukkan bahwa pelanggan digital platform di dalam negeri yang disurvei menunjukkan hampir 70 persen ingin mencari konten lokal. Kondisi ini sama dengan pola kerja sama antara produsen film dengan pihak luar negeri.
Sejak daftar negatif investasi (DNI) di industri perfilman dibuka, lanjutnya, kerja sama dalam memproduksi film dapat terjadi. Saat ini makin banyak kerja sama produksi antara produsen di dalam negeri dengan rumah produksi asing sejak DNI dibuka.
“Menariknya rumah produksi tidak membawa konten mereka,” katanya.
Konten-konten lokal adalah konten yang ingin digarap bersama. Konten-konten lokal di setiap negara menjadi jauh lebih menarik. Hanya saja skalanya yang diperbesar, film menjadi lebih baik dan skala produksi jadi lebih besar untuk menarik minat penonton.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.