Influencer Punya Peran Penting dalam Penipuan Investasi, Ini Alasannya!
19 March 2022 |
19:24 WIB
Dalam beberapa pekan terakhir, kasus penipuan dengan modus trading opsi biner dan robot trading seperti Binomo dan Quotex menjadi perhatian masyarakat. Kedua kasus investasi bodong ini sama-sama melibatkan afiliator dari kalangan influencer yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam menarik minat masyarakat.
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi faktor utama dari perilaku masyarakat yang masih mudah tertipu oleh modus tawaran investasi opsi biner dan robot trading yang merugikan masyarakat.
Pertama, konsumen tidak diberikan sosialisasi secara terperinci tentang produk finansial yang akan digunakan atau dimiliki sehingga muncul literasi keuangan yang rendah.
Kedua, motivasi masyarakat dalam melakukan investasi yang dilandaskan pada fantasy appeal di tengah situasi finansial yang memburuk selama pandemi.
Ketiga, adanya karakter materialistis yang diberlakukan dalam masyarakat hingga muncul istilah sultan, crazy rich, dan lainnya muncul sebagai label pada orang-orang dengan kekayaan yang besar.
Keempat, kurangnya pengawasan sebagai tindakan preventif dan penanganan kasus yang terlambat pada kegiatan finansial oleh institusi pemerintah.
Menurut Harry Susianto, Ketua Kelompok Riset Psikologi Ekonomi & Konsumen Universitas Indonesia, empat hal tersebut yang kemudian bisa mendorong masyarakat untuk mudah percaya dengan investasi tersebut, ditambah dengan faktor influencer sebagai orang yang diklaim menjadi contoh sukses dari kegiatan investasi yang ditawarkannya.
Melalui gaya hidupnya yang serba mewah, hal ini bisa menjadi daya tarik yang berkontribusi terhadap tingginya minat masyarakat akan berinvestasi. Ini kemudian ditambah dengan adanya ekspektasi masyarakat yang senang jika hasil investasi yang dimiliki mengarah ke hasil positif dan sedih jika hasil positif tersebut tidak muncul.
Perencana Keuangan dari Zelts Consulting, Ahmad Gozali menambahkan bahwa influencer bisa menjadi faktor pendorong yang besar. Sebab, keuntungan atau kekayaan yang mereka dapatkan lebih dulu dari investasi tersebut bisa membuat adanya efek domino dengan menarik pengikut untuk ikut merasakan hal yang sama.
“Itulah kenapa skema-skema investasi bodong sering kali menunjukkan testimoni, bukti transfer, rekening, dan lain-lain. Karena ini lebih besar lagi penipuannya, maka bukan hanya testimoni keuntungan, tapi gaya hidup mewahnya juga diekspos habis-habisan,” jelas Ahmad kepada Hypeabis.id.
Tidak hanya Ahmad, perencana keuangan Mike Rini juga beranggapan hal yang sama. Dia mengatakan bahwa hal ini bisa dilihat kembali layaknya fenomena orang-orang yang lebih percaya kata teman dibandingkan orang tua atau konsultan yang lebih obyektif.
Bahkan dia juga menyebut bahwa influencer yang sudah berhasil mengakumulasikan kekayaannya dengan investasi model tertentu, kemudian memanfaatkan media sosial dan memanfaatkan psikologi masyarakat yang mudah tergiur untuk masuk ke dalam lingkaran bisnis investasi yang digunakannya.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal ini, Ahmad maupun Mike memberikan beberapa kiat agar masyarakat bisa terhindar dari investasi bodong. Mike menyarankan bahwa salah satu cara pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan legalitas lembaga investasi ke Satgas Waspada Investasi (SWI) Otoritas Jasa Keuangan.
Hal ini dinilai bisa dilakukan bagi masyarakat yang masih awam dengan investasi secara umum, di mana melihat legalitas di OJK dianggap bisa menjadi ukuran utama yang menentukan apakah sebuah lembaga bisnis investasi yang diikuti merupakan lembaga resmi atau lembaga yang berpotensi melakukan penipuan.
Kiat lain yang perlu dilakukan untuk mencegah hal ini adalah dengan mengenal investasi yang akan dilakukan. Pengetahuan literasi keuangan bisa menjadi kunci untuk mengkritik tawaran investasi yang berpotensi sebagai penipuan. Ahmad mencontohkan bahwa pertanyaan tentang ajakan melakukan investasi ketika sudah untung besar juga bisa mengurangi potensi tersebut.
Selain dua kiat tersebut, cara lain yang juga wajib diingat adalah mengetahui ciri-ciri penawaran investasi berpotensi penipuan. Ahmad menjelaskan bahwa investasi ini umumnya mengedepankan profit dan tidak pernah bicara risiko yang ada di dalamnya. Kalau pun membicarakan risiko, hal ini ditepis dengan adanya jaminan bebas risiko serta ada tanggungan ketika mengalami kerugian.
“Investasi yang resmi tidak boleh menjanjikan hasil pasti, kecuali investasi tertentu seperti deposito dan obligasi. Coba perhatikan semua yang hasilnya pasti, itu kecil sekali pendapatannya. Jadi kalau hasil tinggi, itu berarti karena ada risiko di situ dan jika ada risiko, harusnya diungkapkan atau dijelaskan," tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi faktor utama dari perilaku masyarakat yang masih mudah tertipu oleh modus tawaran investasi opsi biner dan robot trading yang merugikan masyarakat.
Pertama, konsumen tidak diberikan sosialisasi secara terperinci tentang produk finansial yang akan digunakan atau dimiliki sehingga muncul literasi keuangan yang rendah.
Kedua, motivasi masyarakat dalam melakukan investasi yang dilandaskan pada fantasy appeal di tengah situasi finansial yang memburuk selama pandemi.
Ketiga, adanya karakter materialistis yang diberlakukan dalam masyarakat hingga muncul istilah sultan, crazy rich, dan lainnya muncul sebagai label pada orang-orang dengan kekayaan yang besar.
Keempat, kurangnya pengawasan sebagai tindakan preventif dan penanganan kasus yang terlambat pada kegiatan finansial oleh institusi pemerintah.
Menurut Harry Susianto, Ketua Kelompok Riset Psikologi Ekonomi & Konsumen Universitas Indonesia, empat hal tersebut yang kemudian bisa mendorong masyarakat untuk mudah percaya dengan investasi tersebut, ditambah dengan faktor influencer sebagai orang yang diklaim menjadi contoh sukses dari kegiatan investasi yang ditawarkannya.
Melalui gaya hidupnya yang serba mewah, hal ini bisa menjadi daya tarik yang berkontribusi terhadap tingginya minat masyarakat akan berinvestasi. Ini kemudian ditambah dengan adanya ekspektasi masyarakat yang senang jika hasil investasi yang dimiliki mengarah ke hasil positif dan sedih jika hasil positif tersebut tidak muncul.
Perencana Keuangan dari Zelts Consulting, Ahmad Gozali menambahkan bahwa influencer bisa menjadi faktor pendorong yang besar. Sebab, keuntungan atau kekayaan yang mereka dapatkan lebih dulu dari investasi tersebut bisa membuat adanya efek domino dengan menarik pengikut untuk ikut merasakan hal yang sama.
“Itulah kenapa skema-skema investasi bodong sering kali menunjukkan testimoni, bukti transfer, rekening, dan lain-lain. Karena ini lebih besar lagi penipuannya, maka bukan hanya testimoni keuntungan, tapi gaya hidup mewahnya juga diekspos habis-habisan,” jelas Ahmad kepada Hypeabis.id.
Tidak hanya Ahmad, perencana keuangan Mike Rini juga beranggapan hal yang sama. Dia mengatakan bahwa hal ini bisa dilihat kembali layaknya fenomena orang-orang yang lebih percaya kata teman dibandingkan orang tua atau konsultan yang lebih obyektif.
Bahkan dia juga menyebut bahwa influencer yang sudah berhasil mengakumulasikan kekayaannya dengan investasi model tertentu, kemudian memanfaatkan media sosial dan memanfaatkan psikologi masyarakat yang mudah tergiur untuk masuk ke dalam lingkaran bisnis investasi yang digunakannya.
Sebagai upaya untuk mengatasi hal ini, Ahmad maupun Mike memberikan beberapa kiat agar masyarakat bisa terhindar dari investasi bodong. Mike menyarankan bahwa salah satu cara pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan legalitas lembaga investasi ke Satgas Waspada Investasi (SWI) Otoritas Jasa Keuangan.
Hal ini dinilai bisa dilakukan bagi masyarakat yang masih awam dengan investasi secara umum, di mana melihat legalitas di OJK dianggap bisa menjadi ukuran utama yang menentukan apakah sebuah lembaga bisnis investasi yang diikuti merupakan lembaga resmi atau lembaga yang berpotensi melakukan penipuan.
Kiat lain yang perlu dilakukan untuk mencegah hal ini adalah dengan mengenal investasi yang akan dilakukan. Pengetahuan literasi keuangan bisa menjadi kunci untuk mengkritik tawaran investasi yang berpotensi sebagai penipuan. Ahmad mencontohkan bahwa pertanyaan tentang ajakan melakukan investasi ketika sudah untung besar juga bisa mengurangi potensi tersebut.
Selain dua kiat tersebut, cara lain yang juga wajib diingat adalah mengetahui ciri-ciri penawaran investasi berpotensi penipuan. Ahmad menjelaskan bahwa investasi ini umumnya mengedepankan profit dan tidak pernah bicara risiko yang ada di dalamnya. Kalau pun membicarakan risiko, hal ini ditepis dengan adanya jaminan bebas risiko serta ada tanggungan ketika mengalami kerugian.
“Investasi yang resmi tidak boleh menjanjikan hasil pasti, kecuali investasi tertentu seperti deposito dan obligasi. Coba perhatikan semua yang hasilnya pasti, itu kecil sekali pendapatannya. Jadi kalau hasil tinggi, itu berarti karena ada risiko di situ dan jika ada risiko, harusnya diungkapkan atau dijelaskan," tambahnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.