Riset: Orang Indonesia Makin Banyak Gunakan Fitur E-Wallet dan Pay Later
14 March 2022 |
16:46 WIB
Tidak ada yang pernah menyangka sebelumnya bahwa aplikasi sistem pembayaran digital akan tumbuh pesat dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun bersamaan dengan pandemi Covid-19. Penggunaan dompet digital misalnya, telah mengambil alih sistem pembayaran di era sistem nirsentuh.
Menurut riset FinTech in ASEAN 2021 yang dirilis oleh UOB, hasil kerja sama dengan PwC Singapore dan Singapore FinTech Association, 1 dari 3 orang Indonesia menggunakan dompet digital sebagai metode pembayaran, tertinggi di Asean.
Dompet digital atau e-wallet anyak digemari karena kepraktisannya. 33 persen responden Indonesia memilih e-wallet sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan kedua setelah uang tunai (46 persen).
Akan tetapi, tidak seperti negara Asean-6 lainnya, Indonesia tidak memiliki e-wallet favorit. Dalam satu gawai pengguna Indonesia cenderung memiliki beberapa e-wallet sekaligus untuk bertransaksi.
OVO, DANA dan GoPay merupakan tiga layanan yang menguasai pasar di Indonesia, di mana pembayaran non-tunai digital menjadi standar untuk memfasilitasi peningkatan aktivitas dalam layanan digital seperti e-commerce, ride-hailing, dan pengiriman makanan.
OVO dan GoPay digunakan untuk memudahkan transaksi di aplikasi ride-hailing dan pengiriman makanan masing-masing dan dengan bermitra dengan ritel offline.
Kedua aplikasi tersebut juga terintegrasi dengan Tokopedia, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia.
DANA, di sisi lain, cukup lambat masuk ke dalam bidang ini. Didirikan pada Desember 2018, e-wallet tersebut secara mayoritas dimiliki oleh raksasa media lokal EMTEK dan sering digunakan untuk memfasilitasi pembayaran tagihan online untuk kebutuhan seperti listrik dan data seluler.
Ketiga aplikasi tersebut disukai karena faktor kepraktisan (82 persen), dapat menerima hadiah/poin loyalitas (50 persen), dan kemungkinan untuk potongan harga (47 persen).
Selain itu, sebagian besar dompet digital berbasis QR juga telah terintegrasi dengan PeduliLindungi, basis data pelacakan kontak Covid-19 nasional Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan masuk di seluruh lokasi publik.
Menurut riset FinTech in ASEAN 2021 yang dirilis oleh UOB, hasil kerja sama dengan PwC Singapore dan Singapore FinTech Association, 1 dari 3 orang Indonesia menggunakan dompet digital sebagai metode pembayaran, tertinggi di Asean.
Dompet digital atau e-wallet anyak digemari karena kepraktisannya. 33 persen responden Indonesia memilih e-wallet sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan kedua setelah uang tunai (46 persen).
Akan tetapi, tidak seperti negara Asean-6 lainnya, Indonesia tidak memiliki e-wallet favorit. Dalam satu gawai pengguna Indonesia cenderung memiliki beberapa e-wallet sekaligus untuk bertransaksi.
OVO, DANA dan GoPay merupakan tiga layanan yang menguasai pasar di Indonesia, di mana pembayaran non-tunai digital menjadi standar untuk memfasilitasi peningkatan aktivitas dalam layanan digital seperti e-commerce, ride-hailing, dan pengiriman makanan.
OVO dan GoPay digunakan untuk memudahkan transaksi di aplikasi ride-hailing dan pengiriman makanan masing-masing dan dengan bermitra dengan ritel offline.
Tiga e-wallet yang paling banyak digunakan di Indonesia. (Dok. FinTech in ASEAN 2021/UOB)
Kedua aplikasi tersebut juga terintegrasi dengan Tokopedia, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia.
DANA, di sisi lain, cukup lambat masuk ke dalam bidang ini. Didirikan pada Desember 2018, e-wallet tersebut secara mayoritas dimiliki oleh raksasa media lokal EMTEK dan sering digunakan untuk memfasilitasi pembayaran tagihan online untuk kebutuhan seperti listrik dan data seluler.
Ketiga aplikasi tersebut disukai karena faktor kepraktisan (82 persen), dapat menerima hadiah/poin loyalitas (50 persen), dan kemungkinan untuk potongan harga (47 persen).
Selain itu, sebagian besar dompet digital berbasis QR juga telah terintegrasi dengan PeduliLindungi, basis data pelacakan kontak Covid-19 nasional Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan masuk di seluruh lokasi publik.
Buy Now, Pay Later
Pertumbuhan antusiasme masyarakat terhadap pinjaman digital atau yang lebih dikenal dengan skema buy now, pay later (BNPL) turut meningkat dengan pencarian terkait BNPL di Google tumbuh 16 kali lipat di Asean sepanjang 2021.
Tingginya jumlah masyarakat bankable namun belum memiliki akses terhadap produk keuangan perbankan memberikan peluang yang besar bagi platform e-commerce yang menawarkan pinjaman sebagai metode pembayaran sehingga mereka dapat bertransaksi bahkan tanpa mengandalkan ekosistem perbankan tradisional.
Kemudahan dan peningkatan ketersediaan platform BNPL membuat konsumen Indonesia jauh lebih tertarik menggunakan BNPL (42 persen) untuk pembelian di masa mendatang daripada menggunakan cicilan kartu kredit (25 persen).
Ketertarikan ini didorong karena adanya promosi saat registrasi dan promosi referal (51 persen), suku bunga yang kompetitif dibandingkan dengan kartu kredit (51 persen), dan karena tidak memiliki kartu kredit (28 persen).
Potensi pertumbuhan teknologi finansial masih sangat luas di Asean maupun di Indonesia, di mana literasi keuangan akan terus mengalami peningkatan. Apalagi masyarakat kita memiliki rasa ingin tahu dan keterbukaan untuk mencoba hal baru.
Editor: Gita Carla
Tingginya jumlah masyarakat bankable namun belum memiliki akses terhadap produk keuangan perbankan memberikan peluang yang besar bagi platform e-commerce yang menawarkan pinjaman sebagai metode pembayaran sehingga mereka dapat bertransaksi bahkan tanpa mengandalkan ekosistem perbankan tradisional.
Kemudahan dan peningkatan ketersediaan platform BNPL membuat konsumen Indonesia jauh lebih tertarik menggunakan BNPL (42 persen) untuk pembelian di masa mendatang daripada menggunakan cicilan kartu kredit (25 persen).
Ketertarikan ini didorong karena adanya promosi saat registrasi dan promosi referal (51 persen), suku bunga yang kompetitif dibandingkan dengan kartu kredit (51 persen), dan karena tidak memiliki kartu kredit (28 persen).
Potensi pertumbuhan teknologi finansial masih sangat luas di Asean maupun di Indonesia, di mana literasi keuangan akan terus mengalami peningkatan. Apalagi masyarakat kita memiliki rasa ingin tahu dan keterbukaan untuk mencoba hal baru.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.