Ilustrasi makanan sehat dan pemicu obesitas. (Dok. Pexels)

Simak Tips Mencegah Obesitas Menurut Ahli Gizi

08 March 2022   |   19:33 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, tahu kah kamu kalau masyarakat kelompok usia dewasa muda berpotensi mengalami obesitas? Itu terjadi karena adanya perubahan aktivitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan tinggi kalori dengan kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, prevalensi obesitas untuk usia 18 tahun ke atas meningkat dari 14,8 persen pada 2013 menjadi 21,8 persen pada 2018. Kondisi ini diperburuk dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi makanan yang tidak sehat sejak pandemi.

Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan Elvieda Sariwati menerangkan perubahan gaya hidup selama pandemi seperti konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih serta berkurangnya aktivitas fisik berpotensi meningkatkan risiko obesitas dan berlanjut kepada penyakit tidak menular.

"Obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi," tegasnya.

Dia menjabarkan masyarakat yang mengalami obesitas diketahui memiliki risiko diabetes yang lebih tinggi sebesar 8 kali lipat. Selain diabetes, obesitas juga berkaitan dengan peningkatan risiko hipertensi hingga 5 kali lipat, dan risiko penyakit jantung hingga 2 kali lipat. 

Hal ini tentunya perlu diwaspadai karena prevalensi penyakit-penyakit kronis ini di Indonesia terus meningkat, yaitu 10,8 persen untuk diabetes, 34,1 persen untuk hipertensi berdasarkan hasil pengukuran, dan 1,5 persen untuk penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter.

“Obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi juga merupakan faktor komorbid Covid-19, yang dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan dan kematian saat terpapar," tegasnya.

Oleh karena itu, Elvieda mengimbau agar mereka yang berada di rentang usia dewasa muda penting untuk menjaga pola makan sehat dan memperhatikan asupan gula sehari-hari, serta rutin beraktivitas fisik. Satu lagi yang penting yakni melakukan deteksi dini risiko penyakit yang mungkin saja muncul.

Dokter Spesialis Gizi Klinis Marya Haryono menjelaskan obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebih akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. 

Ditambah lagi dengan tingginya frekuensi kegiatan online selama pandemi ini, membuat anak muda memiliki kebiasaan ngemil atau mengonsumsi jenis makanan tinggi gula, garam, lemak, diikuti dengan kurangnya aktivitas fisik selama mereka di rumah. "Alhasil lemak semakin menumpuk dan berisiko obesitas," imbuhnya.

Obesitas sejatinya dapat dicegah saat masih muda dengan mengatur keseimbangan energi dalam tubuh. Bisa dimulai dari mengatur pola tidur atau istirahat yang cukup, pola aktivitas fisik yang kontinu dengan intensitas rendah sampai sedang.

Kemudian pola emosi makan yang perlu diatur. Selain itu memperhatikan pola makan sesuai jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan yang dianjurkan, yakni jumlah sayur sebesar 2 kali lipat jumlah sumber karbohidrat dan protein.

Marya menambahkan kita juga perlu memerhatikan label kemasan sebelum makan guna membatasi asupan gula, garam, lemak yang ada di makanan dan minuman. "Anak muda perlu melakukan pengelolaan ini sedini mungkin agar dapat melawan obesitas," tegasnya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Startup Ini Bantu Ibu Rumah Tangga Sukses Berbisnis

BERIKUTNYA

Intip Profil 5 Perempuan Inspiratif dari Kreator Konten hingga Peneliti Konservasi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: