Kenapa Cokelat Identik dengan Perayaan Valentine? Begini Sejarahnya!
13 February 2022 |
12:34 WIB
Hari Valentine setiap tanggal 14 Februari dirayakan hampir di seluruh dunia, khususnya oleh remaja atau pasangan yang ingin mengungkapkan rasa sayangnya. Selain ucapan khusus, ungkapan tersebut juga biasanya berbentuk hadiah seperti bunga, cokelat, kue, dan perhiasan.
Di antara beberapa kado tersebut, cokelat adalah salah satu yang sangat identik dengan perayaan Valentine. Cokelat dalam berbagai bentuk dan hiasan biasanya mulai banyak dijumpai di toko-toko menjelang perayaan yang disebut hari kasih sayang itu.
Cokelat sebagai makanan yang identik dengan Valentine ternyata telah memiliki sejarah yang panjang bahkan berakar pada sejarah Mesoamerika. Dilansir dari Smithsonian Magazine, Minggu (13/2/2022), saat itu cokelat dianggap sebagai barang mewah yang sangat berharga di kalangan elit kelas atas Maya dan Aztec.
Mereka biasa menikmati cokelat dengan cara mencampurkan biji kakao panggang dengan tepung jagung, vanila, madu dan cabai. Saat itu, biji kakao adalah komoditas yang sama berharganya dengan emas, bahkan digunakan untuk membayar pajak yang dipungut oleh penguasa Aztec.
Pada awal 1600-an, ‘demam’ cokelat mulai melanda di seluruh Eropa. Di London, rumah cokelat mulai menyaingi kedai kopi sebagai tempat berkumpul. Bahkan, sebuah toko di Gracechurch Street pada tahun 1657 mengiklankan cokelat sebagai minuman dari India Barat yang bisa menyembuhkan dan memelihara tubuh dari banyak penyakit.
(Baca juga: 10 Ide Makan Malam Romantis pada Hari Valentine dari TikTok)
Dilansir dari history.com, pada tahun 1840-an, gagasan Hari Valentine sebagai hari libur untuk merayakan hubungan cinta yang romantis mulai diberlakukan di sebagian besar wilayah Eropa.
Orang-orang dari era Victoria saat itu merayakan Valentine dengan mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya termasuk memberikannya hadiah serta kartu ucapan.
Antusias orang-orang pada perayaan tersebut akhirnya ditangkap sebagai peluang oleh Richard Cadbury, seorang keturunan dari keluarga pengusaha cokelat di Inggris. Kala itu, dia memiliki tanggung jawab penting atas penjualan cokelat dari bisnis keluarganya.
Cadbury pun akhirnya meningkatkan teknik pembuatan cokelatnya dengan mengekstrak mentega kakao murni dari biji utuh, sehingga menghasilkan cairan cokelat yang lebih enak daripada yang pernah dicicipi kebanyakan orang-orang Inggris.
Dari sinilah, Cadbury secara tidak sengaja menghasilkan varian cokelat baru yang disebut dengan dark chocolate atau cokelat masak pekat. Menyadari peluang bisnisnya, dia pun mulai menjual varian cokelat ini dengan dikemas menggunakan kotak yang indah.
Untuk semakin mempercantik hiasan, Cadbury juga menaruh gambar Cupid dan bunga mawar di atas kotak berisi cokelat berbentuk hati. Dari sinilah muncul gagasan cokelat sebagai hadiah Valentine.
Dari Eropa, budaya memberikan cokelat pada Hari Valentine pun mulai merambah ke seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Di antara beberapa kado tersebut, cokelat adalah salah satu yang sangat identik dengan perayaan Valentine. Cokelat dalam berbagai bentuk dan hiasan biasanya mulai banyak dijumpai di toko-toko menjelang perayaan yang disebut hari kasih sayang itu.
Cokelat sebagai makanan yang identik dengan Valentine ternyata telah memiliki sejarah yang panjang bahkan berakar pada sejarah Mesoamerika. Dilansir dari Smithsonian Magazine, Minggu (13/2/2022), saat itu cokelat dianggap sebagai barang mewah yang sangat berharga di kalangan elit kelas atas Maya dan Aztec.
Mereka biasa menikmati cokelat dengan cara mencampurkan biji kakao panggang dengan tepung jagung, vanila, madu dan cabai. Saat itu, biji kakao adalah komoditas yang sama berharganya dengan emas, bahkan digunakan untuk membayar pajak yang dipungut oleh penguasa Aztec.
Pada awal 1600-an, ‘demam’ cokelat mulai melanda di seluruh Eropa. Di London, rumah cokelat mulai menyaingi kedai kopi sebagai tempat berkumpul. Bahkan, sebuah toko di Gracechurch Street pada tahun 1657 mengiklankan cokelat sebagai minuman dari India Barat yang bisa menyembuhkan dan memelihara tubuh dari banyak penyakit.
Ilustrasi sepasang kekasih (Dok. Budgeron Bach/Pexels)
(Baca juga: 10 Ide Makan Malam Romantis pada Hari Valentine dari TikTok)
Dilansir dari history.com, pada tahun 1840-an, gagasan Hari Valentine sebagai hari libur untuk merayakan hubungan cinta yang romantis mulai diberlakukan di sebagian besar wilayah Eropa.
Orang-orang dari era Victoria saat itu merayakan Valentine dengan mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya termasuk memberikannya hadiah serta kartu ucapan.
Antusias orang-orang pada perayaan tersebut akhirnya ditangkap sebagai peluang oleh Richard Cadbury, seorang keturunan dari keluarga pengusaha cokelat di Inggris. Kala itu, dia memiliki tanggung jawab penting atas penjualan cokelat dari bisnis keluarganya.
Cadbury pun akhirnya meningkatkan teknik pembuatan cokelatnya dengan mengekstrak mentega kakao murni dari biji utuh, sehingga menghasilkan cairan cokelat yang lebih enak daripada yang pernah dicicipi kebanyakan orang-orang Inggris.
Dari sinilah, Cadbury secara tidak sengaja menghasilkan varian cokelat baru yang disebut dengan dark chocolate atau cokelat masak pekat. Menyadari peluang bisnisnya, dia pun mulai menjual varian cokelat ini dengan dikemas menggunakan kotak yang indah.
Untuk semakin mempercantik hiasan, Cadbury juga menaruh gambar Cupid dan bunga mawar di atas kotak berisi cokelat berbentuk hati. Dari sinilah muncul gagasan cokelat sebagai hadiah Valentine.
Dari Eropa, budaya memberikan cokelat pada Hari Valentine pun mulai merambah ke seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.