MSG Bikin Obesitas? Begini Faktanya
08 February 2022 |
21:49 WIB
Bumbu umami seperti monosodium glutamat (MSG) selalu mendapat stigma negatif sebagai pemicu obesitas. Namun menurut para ahli bumbu yang dikenal masyarakat Indonesia dengan sebutan micin ini justru bermanfaat dalam proses pencernaan.
Ahli Gizi Profesor Hardinsyah menjelaskan ada banyak faktor pemicu obesitas, mulai dari genetik, gangguan metabolisme, atau juga ketidakseimbangan hormonal. MSG tidak termasuk ke dalamnya.
Dia menyebut ada banyak jurnal penelitian seperti di China dan Vietnam yang dapat membuktikan bahwa penggunaan MSG tidak menyebabkan overweight atau obesitas. "Penelitian-penelitian tersebut dimulai dari menggunakan sampel hewan hingga yang terbaru adalah pada manusia, di mulai dari tahun 2008 hingga 2013,” ujarnya dalam webinar yang digelar Ajinomoto baru-baru ini.
Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi di Fakultas Ekologi Manusia IPB Profesor Ahmad Sulaeman menyampaikan MSG atau bumbu umami justru memiliki manfaat seperti dapat mengontrol nafsu makan, meningkatkan pencernaan makanan berprotein, serta mampu meningkatkan produksi saliva (air liur) yang berperan membantu proses pencernaan senyawa kompleks di mulut.
"Sehingga pada saat sudah di lambung pun kemudian mudah diserap tubuh," jelasnya. Untuk mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, jantung, dan hipertensi, ada baiknya memperhatikan anjuran dari Kementerian Kesehatan tentang pembatasan asupan gula, garam, lemak (GGL).
Ahmad menyebut jika kita ingin makanan yang kita konsumsi memiliki cita rasa yang tinggi, namun juga ingin diet rendah garam, bumbu umami seperti MSG bisa dijadikan solusi.
"Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang, menunjukkan bahwa penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam. Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” lanjutnya.
Menyadari pentingnya diet garam bagi kesehatan, Ajinomoto memperkenalkan kampanye “Bijak Garam”. Head of Public Relation Department PT Ajinomoto Indonesia Grant Senjaya menjelaskan menerangkan salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar.
Kampanye “Bijak Garam” menurutnya bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang. "Pengurangan asupan garam atau diet rendah garam dapat diganti dengan penggunaan garam dengan bumbu umami seperti MSG," saran Grant.
Editor: Gita
Ahli Gizi Profesor Hardinsyah menjelaskan ada banyak faktor pemicu obesitas, mulai dari genetik, gangguan metabolisme, atau juga ketidakseimbangan hormonal. MSG tidak termasuk ke dalamnya.
Dia menyebut ada banyak jurnal penelitian seperti di China dan Vietnam yang dapat membuktikan bahwa penggunaan MSG tidak menyebabkan overweight atau obesitas. "Penelitian-penelitian tersebut dimulai dari menggunakan sampel hewan hingga yang terbaru adalah pada manusia, di mulai dari tahun 2008 hingga 2013,” ujarnya dalam webinar yang digelar Ajinomoto baru-baru ini.
Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi di Fakultas Ekologi Manusia IPB Profesor Ahmad Sulaeman menyampaikan MSG atau bumbu umami justru memiliki manfaat seperti dapat mengontrol nafsu makan, meningkatkan pencernaan makanan berprotein, serta mampu meningkatkan produksi saliva (air liur) yang berperan membantu proses pencernaan senyawa kompleks di mulut.
"Sehingga pada saat sudah di lambung pun kemudian mudah diserap tubuh," jelasnya. Untuk mencegah penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, jantung, dan hipertensi, ada baiknya memperhatikan anjuran dari Kementerian Kesehatan tentang pembatasan asupan gula, garam, lemak (GGL).
Ahmad menyebut jika kita ingin makanan yang kita konsumsi memiliki cita rasa yang tinggi, namun juga ingin diet rendah garam, bumbu umami seperti MSG bisa dijadikan solusi.
"Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang, menunjukkan bahwa penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam. Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya sepertiga dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” lanjutnya.
Menyadari pentingnya diet garam bagi kesehatan, Ajinomoto memperkenalkan kampanye “Bijak Garam”. Head of Public Relation Department PT Ajinomoto Indonesia Grant Senjaya menjelaskan menerangkan salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar.
Kampanye “Bijak Garam” menurutnya bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang. "Pengurangan asupan garam atau diet rendah garam dapat diganti dengan penggunaan garam dengan bumbu umami seperti MSG," saran Grant.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.