Ilustrasi picky eater (Dok. Freepik)

Gangguan Makanan pada Anak, Ini Bedanya Picky Eater dan Selective Eater

08 February 2022   |   20:33 WIB

Ketika masih kecil, pernah enggak Genhype mengalami fase di mana kalian cenderung menjadi pemilih atau rewel ketika berurusan dengan menu makanan? Nah, perilaku pemilih inilah yang membuat orang-orangnya disebut sebagai picky eater atau fussy eater.

Dalam jurnal berjudul What does it mean to be a 'picky eater'? A qualitative study of food related identities and practices yang diterbitkan pada 2015, picky eater didefinisikan sebagai orang-orang yang mengonsumsi variasi makanan yang tidak memadai melalui penolakan pada bahan-bahan makanan tertentu.

Lebih lanjut, jurnal Picky/fussy eating in children: Review of definitions, assessment, prevalence and dietary intakes (2015) merincikan bahwa orang dengan perilaku picky eating biasanya tidak mau makan makanan yang familiar atau mencoba makanan baru serta dikenal memiliki preferensi makanan yang kuat.

Perilaku memilih makanan umumnya banyak dialami oleh anak-anak, di mana dr. Meva Nareza menulis di Alodokter bahwa gejala umum yang dialami anak picky eater adalah menutup mulut atau memberontak saat diberi makan hingga menyingkirkan makanan tertentu dari piringnya. Akan tetapi, beberapa penelitian juga melihat bahwa hal ini bisa terjadi pada orang dewasa.

Studi Consequences of Picky Eating in College Students dalam Journal of Nutrition Education and Behavior yang diterbitkan oleh Elsevier pada 2021 mengungkapkan bahwa picky eating pada remaja dan orang dewasa merupakan kelanjutan dari picky eating yang dialami saat masih anak-anak.

Peneliti dan penulis studi dari Departemen Psikologi Bowling Green State University, Lauren Dial merincikan bahwa picky eating yang dialami oleh orang dewasa muda (dalam hal ini mahasiswa) biasanya terkait dengan social phobia atau ketakutan terhadap masyarakat, stres akibat situasi, kualitas hidup yang rendah.

Selain itu, keterkaitan lainnya adalah adanya tantangan akan mendapatkan makanan yang bisa diterima tubuh, orang yang diajak makan bersama, dan perencanaan makan yang terinci.

Dikutip dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), picky eater memiliki perbedaan dengan selective eater. Jika picky eater biasanya mau makan makanan yang sudah dan belum dikenalnya dengan jumlah sedikit, maka selective eater cenderung tidak mau semua jenis makanan dalam kelompok tertentu, misalnya tidak mau makanan semua jenis sayuran.

Selain itu, perbedaan lainnya adalah picky eater adalah fase normal dalam perkembangan anak, sedangkan selective eater merupakan kecenderungan yang berpotensi menyebabkan defisiensi atau kekurangan nutrisi tertentu dalam tubuh.
 

Picky Eater vs. ARFID

Tidak hanya perbedaan antara picky eater dan selective eater, perilaku ini ternyata juga berbeda dengan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID). Kim DiRé dalam situs National Eating Disorder Association (NEDA) menjelaskan bahwa ARFID sebenarnya adalah bentuk ekstrim dari picky eating dan masih masuk ke dalam kategori gangguan makan, di mana orang-orang dengan ARFID biasanya beranggapan bahwa dirinya bisa meninggal jika makan makanan tertentu.

Stanford Children's Health menambahkan bahwa mereka yang menderita ARFID biasanya tidak akan makan makanan dengan warna, aroma, tekstur, atau bahkan merek tertentu dan cenderung memiliki preferensi makanan yang spesifik.

"Rambu merah ARFID meliputi ketertarikan rendah pada makanan, ketakutan akan tercekik atau muntah, merasa kenyang saat jam makan, dan rasa sungkan untuk makan dengan orang lain di lingkungan sosial tertentu. Orang-orang dengan ARFID bisa bergantung pada suplemen dibandingkan makanan," jelas para ahli dari Stanford Children's Health.

Sebagai akibatnya, orang-orang dengan ARFID memiliki masalah kesehatan seperti kekurangan kalori dan nutrisi berupa zat besi, asam folat, hingga vitamin; rasa sakit pada pencernaan; gangguan siklus menstruasi; gangguan konsentrasi; hingga tekanan darah rendah dan kelelahan.

Untuk mengurangi kecenderungan picky eating maupun ARFID, penanganannya bisa bervariasi dari pendekatan oleh orang-orang terdekat melalui motivasi dari orang lain, menciptakan suasana makan yang mendukung perkembangan kebiasaan makan, memulai tahapan dari porsi makanan kecil dan pengolahan yang umum bagi individu, dan meminta bantuan ahli kesehatan untuk terapi.


Editor: Gita

SEBELUMNYA

Treatment Laser Ini Bisa Remajakan dan Kencangkan Miss V

BERIKUTNYA

Belum Genap Setahun, Game It Takes Two Sudah Laku 5 Juta Salinan 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: