Digital Fashion, Obsesi Baru Dunia Mode
08 February 2022 |
16:43 WIB
Genhype pernah tidak menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menata gaya karakter Sim kalian supaya tampilan mereka kelihatan keren? Yup, kalian tidak sendiri. Namun, tren avatar atau virtual reality sekarang telah berubah hingga ada sebagian orang yang menginginkan pakaian digital seperti di game.
Keinginan itu direalisasikan oleh sejumlah perusahaan mode digital hingga rumah mode kelas dunia, salah satunya adalah Fabricant yang memproduksi gaun seharga US$9.500 dan laku terjual.
Gaun yang dimaksud bernama Iridescence, dibuat dengan perangkat lunak desain 3D dan tentu saja hanya tersedia dalam format digital. Meski demikian, gaun ini dapat dipakai secara virtual pada foto pemiliknya.
Iridescence hanya satu dari sekian pakaian digital yang dirancang oleh Fabricant. Di situsnya, perusahaan yang berbasis di Amsterdam itu menawarkan serangkaian pakaian 3D yang sangat realistis dengan visual tekstur seperti material asli dan bisa diunduh secara gratis.
Pakaian digital ini dirancang dengan konsep rumit untuk menampilkan visual material seperti kulit dan denim agar mirip dengan aslinya.
Pola pada pakaian juga dibuat sedemikian rupa dengan pola garmen 2D sehingga terlihat seperti pakaian yang dikenakan di kehidupan nyata.
Sebenarnya, pakaian digital tidak jauh berbeda dengan pakaian tradisional yang kita kenakan sehari-hari. Ada atasan, bawahan, aksesoris, dan lain-lain dengan pola dan material beragam. Hanya saja produknya tidak berwujud atau non tangible.
Pemilik pakaian digital dapat mengenakan pakaian ini secara digital melalui foto atau augmented reality.
Evolusi ini ternyata sudah berlangsung selama beberapa waktu belakangan. Menurut sebuah studi tentang digital 3D fashion, saat ini generasi baru perancang dunia sedang mencari cara untuk membuat pakaian secara etis, ekonomis, dan kreatif dengan beralih ke teknologi.
Tren mode digital secara garis besar dimulai melalui 'skins' yang digunakan gamer untuk mengubah tampilan avatar atau karakter mereka. Dilansir oleh Deseret News, industri ini menghasilkan US$40 miliar per tahun.
Ada sekitar 3,2 miliar gamer di seluruh dunia, menurut studi DFC Intelligence baru-baru ini. Para gamer juga menyesuaikan penampilan karakter mereka di video game sebagi bentuk ekspresi diri. Karena 'skins' tidak memengaruhi jalannya permainan, brand memiliki ruang untuk bereksperimen.
Hiruk-pikuk mode digital tidak terbatas di perusahaan game dan rumah mode kontemporer saja. Adidas, Armani dan Calvin Klien telah mencoba mode digital di Second Life dan pada tahun 2012, Diesel menjual pakaian dan furnitur di game The Sims.
Tren ini kembali booming setelah NFT merajai pasar digital. Tahun lalu, Balenciaga memamerkan koleksi musim gugur musim dingin 2021 melalui Afterworld: The Age of Tomorrow, sebuah game yang dilengkapi dengan runway digital dari masa depan.
Di sisi lain, Gucci telah bermitra dengan game-game seperti Tennis Clash, The Sims, Genies, Roblox, Pokémon Go, dan Animal Crossing untuk membuat pakaian avatar digital. Rumah mode Italia tersebut juga meluncurkan gamenya sendiri yang disebut Gucci Grip.
Meskipun ide pakaian digital mungkin belum bisa diterima oleh sebagian orang, daya tariknya cukup sederhana.
Pertama, pakaian digital cukup ramah lingkungan karena mengeliminasi proses produksi dengan material sesungguhnya serta tidak ada pengiriman, yang keduanya menghasilkan emisi karbon berbahaya.
Klaimnya, kita dapat berbelanja sepuasnya tanpa mengkhawatirkan dampak lingkungan — tapi klaim ini masih perlu dipertanyakan, sama seperti NFT dan efek menyimpan ribuan e-mail yang tidak terbaca.
Kedua, pakaian digital memenuhi keinginan kita yang didorong oleh media sosial untuk memiliki pakaian dengan gaya terbaru tanpa membuang sumber daya.
Keinginan itu direalisasikan oleh sejumlah perusahaan mode digital hingga rumah mode kelas dunia, salah satunya adalah Fabricant yang memproduksi gaun seharga US$9.500 dan laku terjual.
Gaun yang dimaksud bernama Iridescence, dibuat dengan perangkat lunak desain 3D dan tentu saja hanya tersedia dalam format digital. Meski demikian, gaun ini dapat dipakai secara virtual pada foto pemiliknya.
Iridescence hanya satu dari sekian pakaian digital yang dirancang oleh Fabricant. Di situsnya, perusahaan yang berbasis di Amsterdam itu menawarkan serangkaian pakaian 3D yang sangat realistis dengan visual tekstur seperti material asli dan bisa diunduh secara gratis.
Pakaian digital ini dirancang dengan konsep rumit untuk menampilkan visual material seperti kulit dan denim agar mirip dengan aslinya.
Pola pada pakaian juga dibuat sedemikian rupa dengan pola garmen 2D sehingga terlihat seperti pakaian yang dikenakan di kehidupan nyata.
Jadi, apa sih Digital Fashion itu?
Sebenarnya, pakaian digital tidak jauh berbeda dengan pakaian tradisional yang kita kenakan sehari-hari. Ada atasan, bawahan, aksesoris, dan lain-lain dengan pola dan material beragam. Hanya saja produknya tidak berwujud atau non tangible.
Pemilik pakaian digital dapat mengenakan pakaian ini secara digital melalui foto atau augmented reality.
Evolusi ini ternyata sudah berlangsung selama beberapa waktu belakangan. Menurut sebuah studi tentang digital 3D fashion, saat ini generasi baru perancang dunia sedang mencari cara untuk membuat pakaian secara etis, ekonomis, dan kreatif dengan beralih ke teknologi.
Tren mode digital secara garis besar dimulai melalui 'skins' yang digunakan gamer untuk mengubah tampilan avatar atau karakter mereka. Dilansir oleh Deseret News, industri ini menghasilkan US$40 miliar per tahun.
Ada sekitar 3,2 miliar gamer di seluruh dunia, menurut studi DFC Intelligence baru-baru ini. Para gamer juga menyesuaikan penampilan karakter mereka di video game sebagi bentuk ekspresi diri. Karena 'skins' tidak memengaruhi jalannya permainan, brand memiliki ruang untuk bereksperimen.
Hiruk-pikuk mode digital tidak terbatas di perusahaan game dan rumah mode kontemporer saja. Adidas, Armani dan Calvin Klien telah mencoba mode digital di Second Life dan pada tahun 2012, Diesel menjual pakaian dan furnitur di game The Sims.
Tren ini kembali booming setelah NFT merajai pasar digital. Tahun lalu, Balenciaga memamerkan koleksi musim gugur musim dingin 2021 melalui Afterworld: The Age of Tomorrow, sebuah game yang dilengkapi dengan runway digital dari masa depan.
Di sisi lain, Gucci telah bermitra dengan game-game seperti Tennis Clash, The Sims, Genies, Roblox, Pokémon Go, dan Animal Crossing untuk membuat pakaian avatar digital. Rumah mode Italia tersebut juga meluncurkan gamenya sendiri yang disebut Gucci Grip.
Lalu apa yang membuat industri mode sekarang begitu terobsesi dengan Digital Fashion?
Meskipun ide pakaian digital mungkin belum bisa diterima oleh sebagian orang, daya tariknya cukup sederhana.
Pertama, pakaian digital cukup ramah lingkungan karena mengeliminasi proses produksi dengan material sesungguhnya serta tidak ada pengiriman, yang keduanya menghasilkan emisi karbon berbahaya.
Klaimnya, kita dapat berbelanja sepuasnya tanpa mengkhawatirkan dampak lingkungan — tapi klaim ini masih perlu dipertanyakan, sama seperti NFT dan efek menyimpan ribuan e-mail yang tidak terbaca.
Kedua, pakaian digital memenuhi keinginan kita yang didorong oleh media sosial untuk memiliki pakaian dengan gaya terbaru tanpa membuang sumber daya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.