Bayi dengan Antibodi Covid-19 Lahir Dari Ibu yang Divaksin
17 January 2022 |
19:40 WIB
Ibu hamil menjadi kelompok paling berisiko terkena gejala berat dan komplikasi apabila terinfeksi Covid-19. Mereka yang belum divaksinasi pun lebih mungkin mengalami kelahiran prematur dan memiliki hasil kelahiran yang lebih buruk. Oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan tetap menerima vaksin.
Namun kini ada kabar baik. Laporan para peneliti di New York University (NYU) menyebut bayi baru lahir yang ibunya menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna memiliki tingkat antibodi yang tinggi. Studi ini diambil dari survei terhadap 40.000 wanita hamil. Para peneliti tidak menemukan hubungan terkait antara vaksin dan kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah.
“Berita terbaiknya adalah ketika seorang wanita hamil divaksinasi, bayi yang baru lahir memiliki antibodi pelindung terhadap Covid,” ujar Dokter Obgyn Sheryl Ross di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California dikutip dari Healthline, Senin (17/1/2022).
Laporan dari NYU juga mengukur tingkat antibodi pada 36 bayi baru lahir yang ibunya telah menerima salah satu vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer-BioNTech atau Moderna.
Para peneliti menemukan bahwa semua bayi yang baru lahir memiliki tingkat antibodi yang tinggi. Bayi yang lahir dari ibu yang divaksinasi dalam 13 minggu setelah melahirkan memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan bayi baru lahir yang ibunya menerima suntikan lebih dari 20 minggu sebelum melahirkan.
“Kekebalan akan diteruskan ke janin melalui tali pusar,” jelas Daniel Roshan, dokter Obgyn di Kota New York.
Menurut para peneliti, lebih banyak data diperlukan untuk memahami seberapa terlindunginya bayi dan bagaimana waktu suntikan vaksin dapat memengaruhi tingkat kekebalan yang diteruskan ke bayi baru lahir.
Kendati demikian, Roshan menyebut penelitian ini menegaskan bahwa wanita hamil dengan infeksi virus corona memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit, intubasi, preeklamsia, kelahiran prematur, bahkan kematian ibu.
Editor: Gita
Namun kini ada kabar baik. Laporan para peneliti di New York University (NYU) menyebut bayi baru lahir yang ibunya menerima vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna memiliki tingkat antibodi yang tinggi. Studi ini diambil dari survei terhadap 40.000 wanita hamil. Para peneliti tidak menemukan hubungan terkait antara vaksin dan kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah.
“Berita terbaiknya adalah ketika seorang wanita hamil divaksinasi, bayi yang baru lahir memiliki antibodi pelindung terhadap Covid,” ujar Dokter Obgyn Sheryl Ross di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California dikutip dari Healthline, Senin (17/1/2022).
Laporan dari NYU juga mengukur tingkat antibodi pada 36 bayi baru lahir yang ibunya telah menerima salah satu vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer-BioNTech atau Moderna.
Para peneliti menemukan bahwa semua bayi yang baru lahir memiliki tingkat antibodi yang tinggi. Bayi yang lahir dari ibu yang divaksinasi dalam 13 minggu setelah melahirkan memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan bayi baru lahir yang ibunya menerima suntikan lebih dari 20 minggu sebelum melahirkan.
“Kekebalan akan diteruskan ke janin melalui tali pusar,” jelas Daniel Roshan, dokter Obgyn di Kota New York.
Menurut para peneliti, lebih banyak data diperlukan untuk memahami seberapa terlindunginya bayi dan bagaimana waktu suntikan vaksin dapat memengaruhi tingkat kekebalan yang diteruskan ke bayi baru lahir.
Kendati demikian, Roshan menyebut penelitian ini menegaskan bahwa wanita hamil dengan infeksi virus corona memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di rumah sakit, intubasi, preeklamsia, kelahiran prematur, bahkan kematian ibu.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.