Begini Tips Menjaga Kondisi Mental agar Tubuh Sehat Optimal
26 December 2021 |
17:49 WIB
Bicara soal kesehatan, tak terbatas hanya pada kondisi fisik tapi juga kondisi mental seseorang. Isu kesehatan mental barangkali kerap luput dari perhatian, tetapi memainkan peranan yang vital dalam aktivitas seseorang sehari-hari. Kondisi mental yang sehat juga menjadi salah satu kunci untuk terhindar dari berbagai penyakit fisik.
Oleh sebab itu, penting untuk mulai dan terus memerhatikan isu kesehatan mental diri sendiri. Psikolog klinis dari International Weelbeing Center Amanda Margia Wiranata mengatakan bahwa pandemi yang berlangsung hingga lebih dari 2 tahun, telah mendorong kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan mental secara lebih luas.
Hal ini disebabkan oleh banyak tekanan yang muncul akibat berbagai faktor terkait pandemi; keterbatasan pergerakan dan aktivitas, maraknya kabar dan informasi yang bersifat negatif, dan lain sebagainya telah mendorong peningkatan stres.
Dalam konteks pandemi ini, muncul juga istilah populer di kalangan masyarakat luas seperti burnout dan pandemic fatigue yang tidak hanya berimbas pada situasi fisik seseorang tapi juga situasi kejiwaan atau mental mereka.
"Kondisi awal pandemi memang tingkat kecemasannya meningkat karena Covid-nya sendiri dan karena situasi yang tidak menentu. Tapi seiring berjalan waktu sekarang sudah mulai bisa beradaptasi, dan isu ini [kesehatan mental] juga makin disadari," katanya.
Amanda menuturkan bahwa tiap orang memiliki kemampuan untuk mengatasi situasi penuh tekanan (stressful). Akan tetapi, kadarnya berbeda-berbeda tergantung dari banyak faktor, termasuk latar belakang pendidikan hingga kondisi lingkungan sekitar.
Menurutnya, ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengelola stres dan kesehatan mental seseorang. Misalnya dengan membuat rutinitas. Amanda menyebut memiliki rutinitas dapat membantu kita untuk tetap hidup dalam keteraturan.
Hal tersebut, selanjutnya, akan mendorong kenyamanan lebih sehingga hidup menjadi lebih tenang. Pun jika ada variabel tertentu yang mengacaukan rutinitas harian, perlu ditanggapi dengan baik. "Kalau variabel itu sementara, lebih baik kembali lagi ke rutinitas yang sebelumnya. Tapi kalau itu variabel yang permanen, kita harus menyesuaikan diri dan membuat rutinitas baru dari situ," katanya.
Upaya lain yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara berbagai aktivitas seperti bekerja, olahraga, dan hiburan. Menurutnya, penting untuk memiliki waktu di luar pekerjaan yang bisa membuat diri menjadi lebih nyaman.
Selain itu, kontak sosial dengan orang lain juga diperlukan untuk mengelola kesehatan mental yang baik, karena dengan begitu seseorang tidak akan merasa sendiri, yang umumnya dapat membuat pikiran 'terbang ke mana-mana'.
Psikolog dari Enlightmind Nirmala Ika menambahkan bahwa untuk mengelola stres, tiap orang memiliki aktivitas nyamannya masing-masing. Dia menekankan bahwa kesehatan mental bukan merupakan privilese orang kalangan atas dengan aktivitas yang mewah atau mahal.
Dia mencontohkan, orang yang punya kesenangan berjalan kaki dan merasa bisa mengurangi stres, maka hal tersebut perlu dilakukan. Menurutnya, kegiatan yang bisa membuat diri sendiri menjadi nyaman perlu dijadikan kebiasaan (habit).
"Kalau kita mau melakukan upaya merawat diri sehari-hari itu bisa banget, yang sederhana dan simpel aja dulu. Itu bisa cukup signifikan untuk merawat kesehatan mental. Intinya kenali diri sendiri, apa yang membuat kita nyaman, dan konsistem menjalaninya," katanya.
Ika mengatakan bahwa batasan stres yang memerlukan bantuan profesional terlihat dari terganggunya fungsi aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang karyawan yang karena stres-nya mengalami perubahan kinerja yang drastis.
Selain itu, fungsi sosialisasi yang terganggu akibat kondisi mental juga menandakan bahwa mereka memerlukan bantuan orang lain termasuk profesional, karena bisa jadi ada persoalan yang lebih mendalam.
Amanda juga menambahkan bahwa stres dengan tingkatan yang lebih parah umumnya diikuti dengan gejala fisik seperti asam lambung naik, sakit kepala, tidak bisa tidur, seringkali merasa lelah, dan perubahan aktivitas lainnya secara drastis.
Hal tersebut perlu dikenali sedari dini sehingga tidak menimbulkan persoalan lebih lanjut, misalnya depresi berlebihan yang akan sangat berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang secara menyeluruh.
Self Healing
Amanda mengatakan bahwa kondisi stres bisa ditangani secara mandiri. Cara paling simpel, katanya, adalah dengan melakukan teknik pernapasan yang baik, diawali dengan membuang napas kemudian menarik udara.
Tahapan ini, lanjutnya, penting dilakukan untuk mengeluarkan luapan emosi terlebih dahulu. Setelah siap, kita bisa menarik oksigen lebih banyak yang penting untuk sirkulasi udara ke otak hingga syaraf yang lebih rileks.
Upaya lainnya termasuk melakukan aktivitas yang bisa menenangkan diri, di mana kegiatannya sangat bergantung pada masing-masing individu. Hal ini bisa diimplementasikan mulai dari berjalan kaki, berolahraga, hingga meditasi.
Akan tetapi, Amanda mengingatkan bahwa tidak semua persoalan kesehatan mental bisa diatasi dengan diri sendiri, terlebih untuk kasus-kasus yang berat misalnya depresi berlebihan atau persoalan mental akut lainnya.
Menurutnya, penting untuk dicatat bahwa salah satu poin penting dalam self healing adalah tahu kapan kita membutuhkan bantuan orang lain. Dia menuturkan seringkali masyarakat tidak sadar atau tidak ingin meminta bantuan karena akan dianggap lemah.
Padahal, hal tersebut sangat normal. Bahkan, Amanda bercerita sebagai psikolog, dia juga membutuhkan orang lain untuk bercerita dan berkonsultasi, karena akan selalu ada titik buta ketika seseorang melihat dirinya sendiri.
"Kita selalu punya blind spot yang tidak bisa dilihat oleh diri sendiri makanya kita butuh orang lain. Perlu dipahami juga bahwa bagian dari self care adalah tahu kapan kita perlu meminta bantuan dari luar," ujarnya.
Editor: Roni Yunianto
Oleh sebab itu, penting untuk mulai dan terus memerhatikan isu kesehatan mental diri sendiri. Psikolog klinis dari International Weelbeing Center Amanda Margia Wiranata mengatakan bahwa pandemi yang berlangsung hingga lebih dari 2 tahun, telah mendorong kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan mental secara lebih luas.
Hal ini disebabkan oleh banyak tekanan yang muncul akibat berbagai faktor terkait pandemi; keterbatasan pergerakan dan aktivitas, maraknya kabar dan informasi yang bersifat negatif, dan lain sebagainya telah mendorong peningkatan stres.
Dalam konteks pandemi ini, muncul juga istilah populer di kalangan masyarakat luas seperti burnout dan pandemic fatigue yang tidak hanya berimbas pada situasi fisik seseorang tapi juga situasi kejiwaan atau mental mereka.
"Kondisi awal pandemi memang tingkat kecemasannya meningkat karena Covid-nya sendiri dan karena situasi yang tidak menentu. Tapi seiring berjalan waktu sekarang sudah mulai bisa beradaptasi, dan isu ini [kesehatan mental] juga makin disadari," katanya.
Amanda menuturkan bahwa tiap orang memiliki kemampuan untuk mengatasi situasi penuh tekanan (stressful). Akan tetapi, kadarnya berbeda-berbeda tergantung dari banyak faktor, termasuk latar belakang pendidikan hingga kondisi lingkungan sekitar.
Menurutnya, ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengelola stres dan kesehatan mental seseorang. Misalnya dengan membuat rutinitas. Amanda menyebut memiliki rutinitas dapat membantu kita untuk tetap hidup dalam keteraturan.
Hal tersebut, selanjutnya, akan mendorong kenyamanan lebih sehingga hidup menjadi lebih tenang. Pun jika ada variabel tertentu yang mengacaukan rutinitas harian, perlu ditanggapi dengan baik. "Kalau variabel itu sementara, lebih baik kembali lagi ke rutinitas yang sebelumnya. Tapi kalau itu variabel yang permanen, kita harus menyesuaikan diri dan membuat rutinitas baru dari situ," katanya.
Upaya lain yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan antara berbagai aktivitas seperti bekerja, olahraga, dan hiburan. Menurutnya, penting untuk memiliki waktu di luar pekerjaan yang bisa membuat diri menjadi lebih nyaman.
Selain itu, kontak sosial dengan orang lain juga diperlukan untuk mengelola kesehatan mental yang baik, karena dengan begitu seseorang tidak akan merasa sendiri, yang umumnya dapat membuat pikiran 'terbang ke mana-mana'.
Psikolog dari Enlightmind Nirmala Ika menambahkan bahwa untuk mengelola stres, tiap orang memiliki aktivitas nyamannya masing-masing. Dia menekankan bahwa kesehatan mental bukan merupakan privilese orang kalangan atas dengan aktivitas yang mewah atau mahal.
Dia mencontohkan, orang yang punya kesenangan berjalan kaki dan merasa bisa mengurangi stres, maka hal tersebut perlu dilakukan. Menurutnya, kegiatan yang bisa membuat diri sendiri menjadi nyaman perlu dijadikan kebiasaan (habit).
"Kalau kita mau melakukan upaya merawat diri sehari-hari itu bisa banget, yang sederhana dan simpel aja dulu. Itu bisa cukup signifikan untuk merawat kesehatan mental. Intinya kenali diri sendiri, apa yang membuat kita nyaman, dan konsistem menjalaninya," katanya.
Ika mengatakan bahwa batasan stres yang memerlukan bantuan profesional terlihat dari terganggunya fungsi aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang karyawan yang karena stres-nya mengalami perubahan kinerja yang drastis.
Selain itu, fungsi sosialisasi yang terganggu akibat kondisi mental juga menandakan bahwa mereka memerlukan bantuan orang lain termasuk profesional, karena bisa jadi ada persoalan yang lebih mendalam.
Amanda juga menambahkan bahwa stres dengan tingkatan yang lebih parah umumnya diikuti dengan gejala fisik seperti asam lambung naik, sakit kepala, tidak bisa tidur, seringkali merasa lelah, dan perubahan aktivitas lainnya secara drastis.
Hal tersebut perlu dikenali sedari dini sehingga tidak menimbulkan persoalan lebih lanjut, misalnya depresi berlebihan yang akan sangat berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang secara menyeluruh.
Self Healing
Amanda mengatakan bahwa kondisi stres bisa ditangani secara mandiri. Cara paling simpel, katanya, adalah dengan melakukan teknik pernapasan yang baik, diawali dengan membuang napas kemudian menarik udara.
Tahapan ini, lanjutnya, penting dilakukan untuk mengeluarkan luapan emosi terlebih dahulu. Setelah siap, kita bisa menarik oksigen lebih banyak yang penting untuk sirkulasi udara ke otak hingga syaraf yang lebih rileks.
Upaya lainnya termasuk melakukan aktivitas yang bisa menenangkan diri, di mana kegiatannya sangat bergantung pada masing-masing individu. Hal ini bisa diimplementasikan mulai dari berjalan kaki, berolahraga, hingga meditasi.
Akan tetapi, Amanda mengingatkan bahwa tidak semua persoalan kesehatan mental bisa diatasi dengan diri sendiri, terlebih untuk kasus-kasus yang berat misalnya depresi berlebihan atau persoalan mental akut lainnya.
Menurutnya, penting untuk dicatat bahwa salah satu poin penting dalam self healing adalah tahu kapan kita membutuhkan bantuan orang lain. Dia menuturkan seringkali masyarakat tidak sadar atau tidak ingin meminta bantuan karena akan dianggap lemah.
Padahal, hal tersebut sangat normal. Bahkan, Amanda bercerita sebagai psikolog, dia juga membutuhkan orang lain untuk bercerita dan berkonsultasi, karena akan selalu ada titik buta ketika seseorang melihat dirinya sendiri.
"Kita selalu punya blind spot yang tidak bisa dilihat oleh diri sendiri makanya kita butuh orang lain. Perlu dipahami juga bahwa bagian dari self care adalah tahu kapan kita perlu meminta bantuan dari luar," ujarnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.