Kecanduan Smartphone Picu Nomophobia, Yuk Ketahui Gejala & Penyebabnya!
13 December 2021 |
19:40 WIB
Ponsel pintar atau smartphone telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Perangkat ini tak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi tapi juga jejaring sosial, hiburan, hingga kebutuhan layanan keuangan dan lain sebagainya.
Kendati memiliki segudang manfaat positif yang bisa memudahkan aktivitas harian, beberapa pihak berpendapat bahwa ketergantungan berlebihan pada perangkat seperti ponsel merupakan bentuk perilaku kecanduan.
Bahkan, ada istilah tersendiri yakni nomophobio yang menggambarkan kondisi tersebut di mana seseorang merasakan kekhawatiran dan ketakutan berlebih saat tidak memegang ponsel.
Dilansir dari Verywellmind, ini merupakan kekhawatiran yang berkembang di dunia di mana orang selalu terhubung dengan ponsel. Jadi, kehilangan ponsel, kehabisan baterai, atau berada di area tanpa jangkauan seluler bisa menyebabkan stres dan kecemasan.
Ketakutan tanpa perangkat seluler ini sering dianggap sebagai tanda penggunaan perangkat digital yang bermasalah, yang menurut beberapa ahli dapat berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan mental.
Ketika itu, UK Post Office menugaskan organisasi penelitian YouGov untuk melihat kecemasan yang dialami oleh pengguna ponsel. Studi yang melibatkan 2.100 itu menunjukkan 53 persen responden peserta mengalami nomofobia.
Lebih terperinci disebutkan bahwa mereka mengalami kondisi yang ditandai dengan perasaan cemas ketika orang kehilangan ponsel, kehabisan daya baterai, atau tidak memiliki jangkauan seluler.
Healthline melaporkan bahwa sebuah studi di India pada 2017 juga meneliti tentang hal ini. Temuannya adalah 17,9 persen mahasiswa kedokteran yang diteliti memiliki nomofobia ringan dan 22,1 persen memiliki nomofobia parah.
Kendati nomophobia bukanlah diagnosis klinis, beberapa gelanya yang umum telah diidentifikasi terkait dengan ketakutan ini, sebagai berikut :
- Ketidakmampuan untuk mematikan telepon seluler
- Terus-menerus memeriksa ponsel untuk pesan yang tidak terjawab, email, atau panggilan
- Mengisi daya baterai bahkan ketika ponsel hampir terisi penuh
- Membawa ponsel ke mana pun pergi, bahkan ke kamar mandi
- Berulang kali memeriksa untuk memastikan bahwa kalian memiliki akses ke ponsel
- Kekhawatiran tanpa koneksi yang dapat menghubungkan ke internet
- Stres karena terputus dari keberadaan atau identitas online seseorang
- Melewatkan aktivitas atau acara yang direncanakan untuk menghabiskan waktu di perangkat seluer.
Kondisi dengan akses ponsel yang sangat vital ini membuat banyak orang merasa takut bial kehilangan akses terhadap perangkat tersebut. Tanpa ponsel, orang bisa merasa terputus dan terisolasi dari aspek penting kehidupan mereka.
Para peneliti menyatakan bahwa penggunaan ponsel yang konstan ini merupakan sebuah paradoks teknologi, di mana smartphone bisa membebaskan manusia tapi sekaligus juga menindas penggunanya.
Kelompok muda dinilai merupakan masyarkaat digital native, yang lahir dan dibesarkan di era teknologi digital. Oleh sebab itu, mereka memiliki pengalaman yang sangat dini terkait dengan perangkat teknologi termasuk ponsel dan internet.
Editor : Fajar Sidik
Kendati memiliki segudang manfaat positif yang bisa memudahkan aktivitas harian, beberapa pihak berpendapat bahwa ketergantungan berlebihan pada perangkat seperti ponsel merupakan bentuk perilaku kecanduan.
Bahkan, ada istilah tersendiri yakni nomophobio yang menggambarkan kondisi tersebut di mana seseorang merasakan kekhawatiran dan ketakutan berlebih saat tidak memegang ponsel.
Dilansir dari Verywellmind, ini merupakan kekhawatiran yang berkembang di dunia di mana orang selalu terhubung dengan ponsel. Jadi, kehilangan ponsel, kehabisan baterai, atau berada di area tanpa jangkauan seluler bisa menyebabkan stres dan kecemasan.
Ketakutan tanpa perangkat seluler ini sering dianggap sebagai tanda penggunaan perangkat digital yang bermasalah, yang menurut beberapa ahli dapat berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan mental.
Apa itu Nomophobia?
Mengutip laman Psychology Today, Nomophobia (nomofobia) merupakan singkatan dari "no-mo bile - pho ne pho bia". Istilah ini pertama kali diciptakan dalam sebuah studi pada 2008 yang dilakukan oleh UK Pist Office dengan Yougov.Ketika itu, UK Post Office menugaskan organisasi penelitian YouGov untuk melihat kecemasan yang dialami oleh pengguna ponsel. Studi yang melibatkan 2.100 itu menunjukkan 53 persen responden peserta mengalami nomofobia.
Lebih terperinci disebutkan bahwa mereka mengalami kondisi yang ditandai dengan perasaan cemas ketika orang kehilangan ponsel, kehabisan daya baterai, atau tidak memiliki jangkauan seluler.
Healthline melaporkan bahwa sebuah studi di India pada 2017 juga meneliti tentang hal ini. Temuannya adalah 17,9 persen mahasiswa kedokteran yang diteliti memiliki nomofobia ringan dan 22,1 persen memiliki nomofobia parah.
Gejala Nomophobia
Sebuah fobia merupakan jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan adanya ketakutan irasional dari suatu obyek atau situasi. Dalam hal ini, ketakutannya adalah tidak memiliki atau bisa mengakses ponsel.Kendati nomophobia bukanlah diagnosis klinis, beberapa gelanya yang umum telah diidentifikasi terkait dengan ketakutan ini, sebagai berikut :
- Ketidakmampuan untuk mematikan telepon seluler
- Terus-menerus memeriksa ponsel untuk pesan yang tidak terjawab, email, atau panggilan
- Mengisi daya baterai bahkan ketika ponsel hampir terisi penuh
- Membawa ponsel ke mana pun pergi, bahkan ke kamar mandi
- Berulang kali memeriksa untuk memastikan bahwa kalian memiliki akses ke ponsel
- Kekhawatiran tanpa koneksi yang dapat menghubungkan ke internet
- Stres karena terputus dari keberadaan atau identitas online seseorang
- Melewatkan aktivitas atau acara yang direncanakan untuk menghabiskan waktu di perangkat seluer.
Penyebab Nomophobia
Berdasarkan sejumlah penelitian yang dilakukan menyangkut kondisi ini, ada beberapa faktor yang dinilai menjadi penyebab seseorang menglami kekhawatiran berlebih tanpa smartphone.1. Kegunaan untuk aktivitas sehari-hari.
Saat ini, ponsel memainkan peranan vital dalam banyak aktivitas kehidupan kita. Smartphone mampu melakukan banyak hal termasuk berkomunikasi, belajar, bekerja, mengelola keuangan, dan lain-lain.Kondisi dengan akses ponsel yang sangat vital ini membuat banyak orang merasa takut bial kehilangan akses terhadap perangkat tersebut. Tanpa ponsel, orang bisa merasa terputus dan terisolasi dari aspek penting kehidupan mereka.
2. Jumlah penggunaan setiap hari.
Sebuah studi dari peneliti Baylor University dan Universitat Internacional de Catalunya, yang diterbitkan di Journal of Behavioral Addictions menemukan bahwa mahasiswa menghabiskan waktu hingga 9 jam per hari di ponsel mereka.Para peneliti menyatakan bahwa penggunaan ponsel yang konstan ini merupakan sebuah paradoks teknologi, di mana smartphone bisa membebaskan manusia tapi sekaligus juga menindas penggunanya.
3. Keakraban dengan teknologi
The National Institute on Drug Abuse for Teens menunjukkan bahwa kecemasan orang berpisah dengan ponsel terjadi lebih banyak pada kategori pengguna remaja dan dewasa muda.Kelompok muda dinilai merupakan masyarkaat digital native, yang lahir dan dibesarkan di era teknologi digital. Oleh sebab itu, mereka memiliki pengalaman yang sangat dini terkait dengan perangkat teknologi termasuk ponsel dan internet.
Editor : Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.