Begini Untung-Rugi dari Bisnis Waralaba Logistik
22 November 2021 |
08:36 WIB
Manisnya bisnis waralaba menyebar ke berbagai sektor, termasuk logistik. Siapa sangka pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri bagi pelaku usaha jasa pengiriman, tak terkecuali agen jasa pengiriman barang. Hal tersebut tak terlepas dari pertumbuhan transaksi dalam platform dagang elektroik (dagang-el).
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) transaksi dagang-el tumbuh sebesar 29,6?ri Rp205,5 triliun pada 2019 menjadi Rp266,3 triliun pada 2020. Adapun sepanjang 2021, nilai transaksinya diperkirakan mencapai Rp395 triliun atau tumbuh 48,4% secara tahunan.
Hingga paruh pertama 2021, tercatat nilai transaksi dalam platform dagang-el tumbuh 63,36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau sebesar Rp186,75 triliun.
Bicara soal waralaba jasa pengiriman, Lion Parcel tentunya tak boleh dilewatkan begitu saja. Jasa pengiriman yang tergolong sebagai pemain baru ini sukses mencuri hati konsumen di Tanah Air lewat sejumlah penawaran menarik, khususnya tarif terjangkau untuk pengiriman barang jarak jauh.
Menurut Chief Executive Officer Lion Parcel Farlan Kirana, pihaknya berhasil mencatat kenaikan volume pengiriman hingga 55% sepanjang Januari-Agustus 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut diikuti oleh penambahan jumlah agen yang berstatus sebagai terwaralaba.
“Dari tahun lalu, ketika awal pandemi jumlah agen yang meregistrasikan diri mencapai 200 [agen] setiap bulannya. Banyak yang sebelumnya bekerja, tetapi karena pandemi Covid-19 ingin menjadi pengusaha lewat agen ini,” katanya.
Sebagai catatan, saat ini Lion Parcel memiliki lebih dari 7.000 agen aktif, 15.000 kurir pengantaran, dan 700 armada pengantaran yang diklaim mampu menjangkau 6.715 kecamatan di 467 kabupaten dan kota yang ada di 34 provinsi.
Tentu saja, layanan tersebut juga didukung oleh armada pesawat yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan di bawah naungan Lion Air Group, yaitu Lion Air, Batik Air, Wings Air, dan Super Air Jet.
Jumlah pengajuan agen Lion Parcel yang terbilang tinggi setiap bulannya sebenarnya tak mengherankan. Sebabnya, syarat yang harus dipenuhi untuk bermitra dengan jasa pengiriman milik Lion Group itu terbilang ringan dibandingkan dengan syarat kemitraan jasa pengiriman lainnya.
Lion Parcel tidak membebani mitranya dengan biaya waralaba. Target omset yang harus dipenuhi setiap bulannya juga disesuaikan dengan lokasi atau tidak dipukul rata. Untuk agen yang berada di wilayah permukiman, omset yang harus dipenuhi tak lebih dari Rp5 juta setiap bulannya.
Selain itu, Lion Parcel juga tidak mewajibkan mitra agen berbentuk badan hukum. Kemudian untuk pengisian saldo atau top up awal, nominalnya hanya Rp2,5 juta dengan minimal saldo yang tidak bisa digunakan sebesar Rp50.000.
Biaya lain yang harus dibayarkan kepada Lion Parcel untuk menjadi mitra agen adalah Rp200.000 untuk jaket, Rp150.000 untuk helm, dan tas kurir Rp300.000. Perlengkapan tersebut nantinya digunakan untuk mengambil barang kiriman dari konsumen atau mengirimkannya ke titik kumpul (dropping point).
Tentu saja, biaya yang disebutkan di atas belum termasuk biaya peralatan, termasuk diantaranya kendaraan operasional berupa sepeda motor atau mobil yang harus disiapkan oleh mitra. Mitra juga harus menyiapkan biaya untuk keperluan promosi dalam bentuk spanduk yang harus di pasang di gerai miliknya.
Adapun, keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih biaya pengiriman dan diskon penjualan yang diterima oleh mitra. Lion Parcel memberikan diskon penjualan 30% untuk onepack dan regpack luar kota, 15% untuk product onepack dan regpack dalam kota, 20% untuk product landpack, dan 20% untuk docupack.
Namun, perlu diingat omset sangat dipengaruhi oleh pemilihan lokasi. Oleh karena itu, Lion Parcel selektif dalam memilih mitra agen berdasarkan lokasinya. Mitra agen dari layanan pengiriman tersebut juga tidak diperbolehkan untuk menjadi agen dari layanan serupa di tempat yang sama.
Salah satu terwaralaba yang ketiban untung dari pandemi Covid-19 adalah Aswin, pemilik dari agen Lion Parcel di Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta Pusat. Tak butuh waktu lama, usaha yang dirintisnya di tengah pagebluk itu berhasil menghasilkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah.
“Saya tidak menyangka, membuka usaha logistik di saat pandemi Covid-19 bisa sangat menguntungkan. Pada bulan kedua menjadi mitra Lion Parcel, omset kami sudah mencapai ratusan juta [rupiah],” ujarnya.
Namun, bukan berarti keberhasilan itu datang begitu saja. Aswin menyebut dirinya menyiapkan strategi khusus agar usahanya bisa bersaing dengan agen jasa pengiriman lainnya yang sudah lebih dahulu hadir.
“Kami melakukan berbagai strategi, seperti branding, free pick-up. Kami juga membagikan brosur dan rajin menawarkan layanan yang kami punya ke relasi terdekat kami,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nanudita, pemilik agen Lion Parcel di Periuk, Tangerang, Banten. Volume pengiriman barang di agen miliknya mengalami kenaikan pesat selama pandemi Covid-19 hingga melebihi 1 ton dengan omset mencapai puluhan juta setiap bulannya.
“Saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Saat orang-orang mengalami pasang surut, usaha yang saya rintis sejak tahun 2017 justru berbuah manis karena kebutuhan masyarakat untuk mengirim paket serta dokumen justru meningkat,” ujarnya.
Untuk mendapatkan pelanggan, salah satu strategi yang dilakukan oleh Nanudita adalah mempromosikan tarif terjangkau untuk pengiriman menuju ke Indonesia bagian timur. Sebagai catatan, tarif yang lebih terjangkau untuk pengiriman ke wilayah tersebut menjadi keunggulan dari Lion Parcel dibandingkan dengan jasa pengiriman lainnya.
MODAL MINIM DENGAN AGEN VIRTUAL
Berbeda dengan kebanyakan jasa pengiriman barang lain kemitraannya membutuhkan modal cukup besar, khususnya untuk memenuhi kebutuhan gerai, PCP Express memungkinkan lebih banyak lapisan masyarakat untuk bermitra dengan modal minim lewat aplikasi Mitra Virtual.
Menurut Chief Executive PCP Express Dennis Soemarno, aplikasi tersebut memungkinkan siapa saja untuk menjadi Virtual Agent PCP Express. Modal yang dikeluarkan terbilang minim karena hanya meliputi ponsel pintar dengan koneksi internet, timbangan portable, meteran, dan sepeda motor pribadi.
Tidak ada biaya administrasi atau kemitraan yang harus dibayarkan oleh mitra kepada PCP Express untuk menjadi Virtual Agent PCP Express.
“PCP Express menilai potensi pasar logistik ritel sangat besar. Faktor lain, selama ini masyarakat terkendala modal untuk bisa memiliki bisnis logistik. Lewat aplikasi Virtual Agent PCP Express, individu dan pebisnis UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah] bisa memanfaatkan usahanya untuk sekaligus berbisnis logistik dengan modal minim,” katanya.
Dennis menjelaskan Virtual Agent PCP Express mendapatkan berbagai keuntungan, antara lain penjemputan paket di lokasi Virtual Agent tanpa minimum nilai transaksi, biaya kirim lebih murah dengan skema harga kemitraan dan tersedia berbagai opsi pembayaran digital. Virtual Agent PCP Express akan mendapatkan komisi sebesar 20?ri setiap nilai transaksi pengiriman yang bisa dicairkan oleh Virtual Agent setiap minggu.
Saat ini, PCP Express telah melakukan pilot project Virtual Agent di wilayah DKI Jakarta. Sudah ada puluhan Virtual Agent yang tergabung dalam pilot project. Perusahaan optimistis jumlah Virtual Agent PCP Express bertambah jadi 250 hingga akhir tahun atau dalam periode dua bulan.
“Tahap awal, fokus ekspansi Virtual Agent PCP Express di wilayah DKI Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang dan Surabaya. Selanjutnya akan berkembang ke kota besar lain seperti Medan, Makassar, Bali, Balikpapan dan Banjarmasin,”ungkap Dennis.
Lewat aplikasi Virtual Agent PCP Express, target pasar yang dibidik oleh perusahaan adalah transaksi dari pedagang di platform dagang el (direct seller), reseller, dan dropship. Sementara, komoditas yang dibidik dari layanan Virtual Agent PCP Express yakni pakaian, barang elektronik dan gawai, perlengkapan ibu & bayi, produk perawatan (personal care), mainan dan lainnya.
“Yang jelas, permintaan tinggi jasa kurir membuat PCP Express yakin skema bisnis Virtual Agent mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dalam jangka panjang. Hingga akhir tahun 2021, PCP Express membidik kenaikan pendapatan sebesar 200?ri pasar logistik ritel,” katanya.
Sementara itu, Vice President of Marketing Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) Eri Palgunadi menyebut pihaknya tidak menentukan besaran modal untuk calon mitra atau terwaralaba yang akan bekerjasama. Mereka hanya diminta membayar biaya deposit dan administrasi.
"Pada persyaratan, Biaya deposit adalah dana yang disimpan oleh JNE dan dalam waktu tertentu dana tersebut akan dikembalikan ketika mitra sudah tidak bekerjasama lagi dan biaya administrasi untuk mendapatkan promotion tools yang sudah JNE berikan
Eri menegaskan bahwa keagenan JNE sifatnya adalah kemitraan yang mana pihaknya tidak menjanjikan target balik modal atau break even point (BEP) dalam kurun waktu tertentu. Adapun, untuk target penjualan bulanan ditentukan berdasarkan kelas agen yang terdiri dari KCU Grade A sebesar Rp50 juta, KCU Grade B dan C : Rp10 juta, dan KCU Grade D dan E Rp2 juta.
"Total jaringan JNE yang lebih dari 7000 titik layanan. Penambahan tiap tahun rata-rata sekitar 10 persen," ujar Eri.
Editor: Fajar SidikBerdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) transaksi dagang-el tumbuh sebesar 29,6?ri Rp205,5 triliun pada 2019 menjadi Rp266,3 triliun pada 2020. Adapun sepanjang 2021, nilai transaksinya diperkirakan mencapai Rp395 triliun atau tumbuh 48,4% secara tahunan.
Hingga paruh pertama 2021, tercatat nilai transaksi dalam platform dagang-el tumbuh 63,36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau sebesar Rp186,75 triliun.
Bicara soal waralaba jasa pengiriman, Lion Parcel tentunya tak boleh dilewatkan begitu saja. Jasa pengiriman yang tergolong sebagai pemain baru ini sukses mencuri hati konsumen di Tanah Air lewat sejumlah penawaran menarik, khususnya tarif terjangkau untuk pengiriman barang jarak jauh.
Menurut Chief Executive Officer Lion Parcel Farlan Kirana, pihaknya berhasil mencatat kenaikan volume pengiriman hingga 55% sepanjang Januari-Agustus 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut diikuti oleh penambahan jumlah agen yang berstatus sebagai terwaralaba.
“Dari tahun lalu, ketika awal pandemi jumlah agen yang meregistrasikan diri mencapai 200 [agen] setiap bulannya. Banyak yang sebelumnya bekerja, tetapi karena pandemi Covid-19 ingin menjadi pengusaha lewat agen ini,” katanya.
Sebagai catatan, saat ini Lion Parcel memiliki lebih dari 7.000 agen aktif, 15.000 kurir pengantaran, dan 700 armada pengantaran yang diklaim mampu menjangkau 6.715 kecamatan di 467 kabupaten dan kota yang ada di 34 provinsi.
Tentu saja, layanan tersebut juga didukung oleh armada pesawat yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan di bawah naungan Lion Air Group, yaitu Lion Air, Batik Air, Wings Air, dan Super Air Jet.
Jumlah pengajuan agen Lion Parcel yang terbilang tinggi setiap bulannya sebenarnya tak mengherankan. Sebabnya, syarat yang harus dipenuhi untuk bermitra dengan jasa pengiriman milik Lion Group itu terbilang ringan dibandingkan dengan syarat kemitraan jasa pengiriman lainnya.
Lion Parcel tidak membebani mitranya dengan biaya waralaba. Target omset yang harus dipenuhi setiap bulannya juga disesuaikan dengan lokasi atau tidak dipukul rata. Untuk agen yang berada di wilayah permukiman, omset yang harus dipenuhi tak lebih dari Rp5 juta setiap bulannya.
Selain itu, Lion Parcel juga tidak mewajibkan mitra agen berbentuk badan hukum. Kemudian untuk pengisian saldo atau top up awal, nominalnya hanya Rp2,5 juta dengan minimal saldo yang tidak bisa digunakan sebesar Rp50.000.
Biaya lain yang harus dibayarkan kepada Lion Parcel untuk menjadi mitra agen adalah Rp200.000 untuk jaket, Rp150.000 untuk helm, dan tas kurir Rp300.000. Perlengkapan tersebut nantinya digunakan untuk mengambil barang kiriman dari konsumen atau mengirimkannya ke titik kumpul (dropping point).
Tentu saja, biaya yang disebutkan di atas belum termasuk biaya peralatan, termasuk diantaranya kendaraan operasional berupa sepeda motor atau mobil yang harus disiapkan oleh mitra. Mitra juga harus menyiapkan biaya untuk keperluan promosi dalam bentuk spanduk yang harus di pasang di gerai miliknya.
Adapun, keuntungan yang diperoleh berasal dari selisih biaya pengiriman dan diskon penjualan yang diterima oleh mitra. Lion Parcel memberikan diskon penjualan 30% untuk onepack dan regpack luar kota, 15% untuk product onepack dan regpack dalam kota, 20% untuk product landpack, dan 20% untuk docupack.
Namun, perlu diingat omset sangat dipengaruhi oleh pemilihan lokasi. Oleh karena itu, Lion Parcel selektif dalam memilih mitra agen berdasarkan lokasinya. Mitra agen dari layanan pengiriman tersebut juga tidak diperbolehkan untuk menjadi agen dari layanan serupa di tempat yang sama.
Salah satu terwaralaba yang ketiban untung dari pandemi Covid-19 adalah Aswin, pemilik dari agen Lion Parcel di Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta Pusat. Tak butuh waktu lama, usaha yang dirintisnya di tengah pagebluk itu berhasil menghasilkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah.
“Saya tidak menyangka, membuka usaha logistik di saat pandemi Covid-19 bisa sangat menguntungkan. Pada bulan kedua menjadi mitra Lion Parcel, omset kami sudah mencapai ratusan juta [rupiah],” ujarnya.
Namun, bukan berarti keberhasilan itu datang begitu saja. Aswin menyebut dirinya menyiapkan strategi khusus agar usahanya bisa bersaing dengan agen jasa pengiriman lainnya yang sudah lebih dahulu hadir.
“Kami melakukan berbagai strategi, seperti branding, free pick-up. Kami juga membagikan brosur dan rajin menawarkan layanan yang kami punya ke relasi terdekat kami,” ungkapnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Nanudita, pemilik agen Lion Parcel di Periuk, Tangerang, Banten. Volume pengiriman barang di agen miliknya mengalami kenaikan pesat selama pandemi Covid-19 hingga melebihi 1 ton dengan omset mencapai puluhan juta setiap bulannya.
“Saat pandemi Covid-19 seperti sekarang. Saat orang-orang mengalami pasang surut, usaha yang saya rintis sejak tahun 2017 justru berbuah manis karena kebutuhan masyarakat untuk mengirim paket serta dokumen justru meningkat,” ujarnya.
Untuk mendapatkan pelanggan, salah satu strategi yang dilakukan oleh Nanudita adalah mempromosikan tarif terjangkau untuk pengiriman menuju ke Indonesia bagian timur. Sebagai catatan, tarif yang lebih terjangkau untuk pengiriman ke wilayah tersebut menjadi keunggulan dari Lion Parcel dibandingkan dengan jasa pengiriman lainnya.
MODAL MINIM DENGAN AGEN VIRTUAL
Berbeda dengan kebanyakan jasa pengiriman barang lain kemitraannya membutuhkan modal cukup besar, khususnya untuk memenuhi kebutuhan gerai, PCP Express memungkinkan lebih banyak lapisan masyarakat untuk bermitra dengan modal minim lewat aplikasi Mitra Virtual.
Menurut Chief Executive PCP Express Dennis Soemarno, aplikasi tersebut memungkinkan siapa saja untuk menjadi Virtual Agent PCP Express. Modal yang dikeluarkan terbilang minim karena hanya meliputi ponsel pintar dengan koneksi internet, timbangan portable, meteran, dan sepeda motor pribadi.
Tidak ada biaya administrasi atau kemitraan yang harus dibayarkan oleh mitra kepada PCP Express untuk menjadi Virtual Agent PCP Express.
“PCP Express menilai potensi pasar logistik ritel sangat besar. Faktor lain, selama ini masyarakat terkendala modal untuk bisa memiliki bisnis logistik. Lewat aplikasi Virtual Agent PCP Express, individu dan pebisnis UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah] bisa memanfaatkan usahanya untuk sekaligus berbisnis logistik dengan modal minim,” katanya.
Dennis menjelaskan Virtual Agent PCP Express mendapatkan berbagai keuntungan, antara lain penjemputan paket di lokasi Virtual Agent tanpa minimum nilai transaksi, biaya kirim lebih murah dengan skema harga kemitraan dan tersedia berbagai opsi pembayaran digital. Virtual Agent PCP Express akan mendapatkan komisi sebesar 20?ri setiap nilai transaksi pengiriman yang bisa dicairkan oleh Virtual Agent setiap minggu.
Saat ini, PCP Express telah melakukan pilot project Virtual Agent di wilayah DKI Jakarta. Sudah ada puluhan Virtual Agent yang tergabung dalam pilot project. Perusahaan optimistis jumlah Virtual Agent PCP Express bertambah jadi 250 hingga akhir tahun atau dalam periode dua bulan.
“Tahap awal, fokus ekspansi Virtual Agent PCP Express di wilayah DKI Jakarta, Bandung, Jogja, Semarang dan Surabaya. Selanjutnya akan berkembang ke kota besar lain seperti Medan, Makassar, Bali, Balikpapan dan Banjarmasin,”ungkap Dennis.
Lewat aplikasi Virtual Agent PCP Express, target pasar yang dibidik oleh perusahaan adalah transaksi dari pedagang di platform dagang el (direct seller), reseller, dan dropship. Sementara, komoditas yang dibidik dari layanan Virtual Agent PCP Express yakni pakaian, barang elektronik dan gawai, perlengkapan ibu & bayi, produk perawatan (personal care), mainan dan lainnya.
“Yang jelas, permintaan tinggi jasa kurir membuat PCP Express yakin skema bisnis Virtual Agent mampu meningkatkan pendapatan perusahaan dalam jangka panjang. Hingga akhir tahun 2021, PCP Express membidik kenaikan pendapatan sebesar 200?ri pasar logistik ritel,” katanya.
Sementara itu, Vice President of Marketing Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) Eri Palgunadi menyebut pihaknya tidak menentukan besaran modal untuk calon mitra atau terwaralaba yang akan bekerjasama. Mereka hanya diminta membayar biaya deposit dan administrasi.
"Pada persyaratan, Biaya deposit adalah dana yang disimpan oleh JNE dan dalam waktu tertentu dana tersebut akan dikembalikan ketika mitra sudah tidak bekerjasama lagi dan biaya administrasi untuk mendapatkan promotion tools yang sudah JNE berikan
Eri menegaskan bahwa keagenan JNE sifatnya adalah kemitraan yang mana pihaknya tidak menjanjikan target balik modal atau break even point (BEP) dalam kurun waktu tertentu. Adapun, untuk target penjualan bulanan ditentukan berdasarkan kelas agen yang terdiri dari KCU Grade A sebesar Rp50 juta, KCU Grade B dan C : Rp10 juta, dan KCU Grade D dan E Rp2 juta.
"Total jaringan JNE yang lebih dari 7000 titik layanan. Penambahan tiap tahun rata-rata sekitar 10 persen," ujar Eri.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.