Ilustrasi gaya hidup minimalis (dok: Unsplash/Thanos Pal)

Mengenal Gaya Hidup Minimalis, Tak Selalu Harus Beli Barang Mahal

23 May 2021   |   12:52 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Menjadi minimalis adalah salah satu visi yang digaungkan oleh komunitas Lyfe With Less yakni Minimalist Community Indonesia untuk mengubah mindset gaya hidup lebih minimalis sedini mungkin, bukan sekadar mengikuti tren di tengah pandemi.
 
Upaya menjadi minimalis bukanlah perkara mudah. Menurut Founder Life With Less, Cynthia S. Lestari, di kalangan masyarakat seringkali beredar banyak mitos dan fakta yang tidak tepat tentang menjadi minimalis. Kondisi disinformasi dan mispersepsi ini kerap membuat masyarakat urung memulai gaya hidup yang populer dalam 10 tahun terakhir ini.
 
Misalnya saja sering muncul ungkapan, menjadi minimalis berarti tidak belanja. Atau, jika menjadi minimalis seseorang nyatanya akan membeli barang-barang yang jauh lebih mahal.

Ungkapan-ungkapan itu kerap kali beredar dari warganet melalui kolom komentar seusai menonton siaran tentang hidup minimalis,  ataupun melihat jenis dan bentuk barang-barang yang dimiliki kaum minimalist.
 
Dia tak menampik, kebiasaan berpikir untuk lebih minimalis dan efisien kerap kali mendorong para kaum minimalis memilih membeli barang-barang multifungsi.

Sayangnya, sejumlah barang multifungsi memang memiliki harga yang jauh lebih mahal. Kondisi ini diakui Cynthia yang seringkali membuat para penganut gaya hidup minimalis terlihat lebih mahal sisi pengeluarannya.
 
Padahal, barang multifungsi dengan kualitas berjangka panjang jika dikalkulasikan dalam rencana pengeluaran justru jauh lebih hemat, ketimbang membeli banyak barang dengan kualitas rendah dan jangka waktu penggunaan yang sangat pendek.
 
“Makanya menjadi minimalis itu adalah mindset, jadi memang umumnya menjadi minimalis itu orang lebih memilih mencari kualitas ketimbang hanya kuantitas,” kata Cynthia.
 
Mitos lain yang dia tepis adalah persepsi bahwa seorang dengan gaya hidup minimalis berarti siap dengan kekosongan dan melepaskan kemelekatan pada barang kesukaan atau barang koleksi.

Cynthia menyebut, perilaku menghindari belanja maupun decluttering alias mengosongkan isi lemari hanyalah satu bagian saja dari rangkaian upaya hidup minimalis. Artinya, seseorang yang ingin menjadi minimalist, tidak perlu mengosongkan isi lemari apalagi isi rumah.
 
Dia juga menampik bahwa seorang minimalist lupa akan kenikmatan hidup dengan bersenang-senang alias leisure. Menurut Cynthia, leisure merupakan kebutuhan dasar manusia. Jadi, seseorang perlu melakukan manajemen keuangan yang baik saat dia hendak memuaskan kebutuhan leisure dengan kondisi keuangan yang krisis di tengah pandemi.
 
Sebagai contoh, leisure atau hobi yang sulit dihilangkan oleh Cynthia adalah belanja buku. Hobi membaca berpeluang membuat perempuan ini menimbun banyak buku di rumah. Sementara, menimbun barang bukanlah ciri gaya hidup minimalist. Untuk mengakalinya, Cynthia pun selalu menerapkan konsep decluttering atas buku-buku yang sudah dibaca.
 
“Jadi biasanya kalau sudah selesai baca bukunya, bisa diobral, diadopsi untuk orang lain yang butuh, jadi terus berputar dan tidak menimbun,” tuturnya.
 
Senada dengan Cynthia, Praktisi Gaya Hidup Minimalis Fany Sebayang menjelaskan, mindset menjadi seorang minimalis seharusnya dilandasi kesadaran terkait kapasitas keuangan. Dia pun menolak paradigma yang menyebut menjadi minimalis berarti siap hidup sederhana atau ekstrimnya, siap menderita.
 
Biasanya, jika seseorang bisa mengenali kondisi finansialnya, dia akan punya kepekaan dan kapasitas untuk memulai memilah kebutuhan dengan keinginan. Di tengah masa pandemi yang sarat dengan krisis keuangan, Fany menyatakan ini merupakan saat yang tepat bagi seseorang mempelajari dan memulai gaya hidup minimalis.
 
Salah satunya dengan melatih pengambilan keputusan dengan jernih sebelum berbelanja dan mengeluarkan uang. Fany mengingatkan, Anda harus benar-benar memastikan bahwa barang yang hendak Anda beli adalah barang yang dibutuhkan bukan sekadar hasrat membeli saja. Ini adalah langkah paling mudah untuk mengawali gaya hidup sebagai minimalis.
 
Dengan menjalani sejumlah praktek minimalist, maka seseorang akan memiliki kemampuan untuk menata ulang keuangan dengan mengasah barang yang hendak dibeli dan tidak perlu dibeli. Dengan begitu, seseorang juga bisa mulai belajar memanfaatkan uang yang tersisa untuk menabung dan investasi.
 
“Setidaknya jadi minimalis bisa membuat seseorang bisa menabung minimal 30 persen pendapatan untuk tabungan hari tua, sampai dana darurat,” ujar Fany.
 
Perencana Keuangan Finansialku, Rista Zwestika CFP tak menampik ada beberapa orang yang selama masa pandemi memang punya ketergantungan terhadap berbelanja karena ini menjadi kegiatan stress released. Meski begitu, dia menegaskan pentingnya untuk tetap melihat kondisi keuangan sebelum melakukan eksekusi belanja.
 
“Maka memang paling penting mengatur cashflow, caranya harus membedakan dulu mana kebutuhan, mana keinginan,” ujar Rista.
 
Dia menganjurkan, selama pandemi Covid-19, masyarakat perlu lebih jeli dalam melakukan pengeluaran. Misalnya, mencoba memanfaatkan belanja dengan promo atau diskon khususnya untuk barang-barang yang dibutuhkan, bukan sekadar membeli barang yang diinginkan.

Editor: Fajar Sidik

 

SEBELUMNYA

4 Bintang Top Main dalam Drama Karya Kim Eun Sook. Tonton Sekarang Yuk!

BERIKUTNYA

Bieber & Ed Sheeran Lewat, BTS Cetak Rekor Debut Single Butter dengan Streaming Terbanyak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: