Gaya hidup minimalis (ilustrasi/shutterstock)

Gaya Hidup Minimalis Turut Membentuk Kesehatan Mental Loh!

20 June 2021   |   15:49 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Gaya hidup minimalis disadari memiliki banyak manfaat sehingga makin banyak milenial mengadopsinya selama masa pandemi Covid-19.

Bukan cuma soal mereduksi konsumsi produk yang tidak penting, apalagi buat ajang pamer dengan beberapa barang mewah, lebih dari itu, inti gaya hidup minimalis adalah tentang kepedulian terhadap lingkungan. Efeknya, gerakan yang berangkat dari kesadaran ekologis itu turut pula membentuk kesehatan fisik dan mental.
 
Manfaat kesehatan mental itu dirasakan oleh beberapa milenial yang memilih menjadi minimalist. Meriza Netaniel, mahasiswi Psikologi di Universitas Atma Jaya ini selalu berpikir dua kali setiap kali ingin membeli barang. Kebiasaan hidup minimalis setidaknya membantu dia untuk mencegah perasaan bersalah akibat mengeluarkan uang berlebihan.
 
“Aku sekarang selalu berpikir butuh apa ingin? Dengan begitu, aku membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan maka aku terhindar dari rasa bersalah mengeluarkan uang untuk hal yang tak diinginkan,” jelas Meriza beberapa waktu lalu.
 
Dia merasakan menjadi minimalist membuat dirinya lebih memaknai hidup dibandingkan sebelumnya, mengarahkannya untuk lebih bijak dalam berbelanja, dan produktif dalam mengelola keuangan.
 
Manfaat minimalist juga ditegaskan oleh Sepri Andi. Founder Social Connect, sebuah komunitas bagi penyintas kesehatan mental ini, menjelaskan bahwa gaya hidup minimalis membantu seseorang lebih simpel dalam menjalani hidup.

Misalnya dalam kebiasaan konsumsi sehari-hari selalu berprinsip sesuai kebutuhan sehingga membeli barang seperlunya saja. Gaya hidup ini membantu seseorang lebih fokus pada hal-hal yang penting sehingga membuat kita tidak terjebak dalam pikiran panjang tentang sesuatu perkara.
 
“Pikiran sangat berperan dalam kesehatan mental di mana pikiran yang tenang, simpel, dan aktif akan membuat seseorang lebih mudah memproses informasi dan cenderung lebih mudah mengutarakan isi hati atau perasaan dan ini membantu mereka lebih mudah memanajemen stres,” kata Andi.
 
Sementara pikiran yang kompleks, bingung, banyak masalah baik di pekerjaan, di rumah, di bisnis, akan membuat capek, stres, bahkan tertekan dan buntu dalam memproses informasi. Jadi, Andi sepakat bahwa gaya hidup minimalis membantu membentuk hidup lebih sederhana yang juga akan berpengaruh banyak kepada kesehatan mental.
 
Andi menilai, mekanisme psikologi kesehatan mental terhadap gaya hidup minimalis adalah pengaruh pada cara memproses informasi yang lebih cepat, sederhana, dan tidak kompleks.

Adam Alfares Abednego, Co-Founder Menjadi Manusia-kampanye digital untuk kesehatan mental-juga memiliki pendapat yang senada. Pada dasarnya, masalah yang mengganggu psikologis dan mental bersumber dari beban pikiran. makin banyak yang dipikirkan, akan makin rumit isi kepala dan membuat seseorang kewalahan hingga depresi.
 
“Analoginya, kalau kita masuk kamar yang penuh barang dan sumpek, otomatis respons natural dari otak kita akan menangkap semua informasi di kamar. Sedangkan dengan isi yang secukupnya, kita tidak perlu banyak memproses barang-barang di kamar. Isi kamar itu sama dengan isi kepala kita,” sambung Adam.
 
Dia megatakan konsep dasar minimalis mampu mengurangi beban mental sebenarnya bertumpu pada fakta gaya hidup ini, sehingga membuat seseorang lebih sulit terdistraksi (less distraction).

Sejak pandemi Covid-19, Adam pun mulai mencoba menjadi minimalis. Ihwalnya karena dia seringkali kesulitan tidur dan seringkali mengantuk pada siang hari.
 
“Ini sangat mengganggu produktivitas saya. Saya pikir ada yang tak beres dalam hidup saya, lalu beberapa bulan ke belakang saya tersadarkan dengan cara saya mulai merapikan kamar tempat tidur saya, menata letak barang dengan lebih baik. Sekarang saya sudah bisa tidur dengan lebih tenang dan tidak pernah cemas lagi,” ungkap Adam.
 
Jadi, menjadi kaum minimalis artinya memulai hidup dengan sederhana, membuat nyaman diawali dari tempat Anda tinggal.

Meski demikian, Adam mengingatkan agar penerapan gaya hidup minimalis tidak perlu ditekuni terlalu ekstrem hingga membuang semua barang-barang yang dimiliki. Langkah termudah adalah dengan menyortir barang-barang yang tidak lagi dirasa penting.
 
“Minimalisme berarti lebih sedikit barang-barang yang mendistraksi, atau memancing pikiran kita untuk bekerja lebih. Inilah yang selama ini membuat pengaruh pada kesehatan mental kita,” tuturnya. (Bisnis Indonesia Weekly)

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Resep Tradisional Trenette al Pesto ala Film Luca

BERIKUTNYA

Begini Cara Menghentikan Aplikasi Pencatut Data Kalian di Facebook

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: