Canggih! Tim Peneliti Ini Ciptakan Sensor Pendeteksi Serangan Jantung
05 October 2021 |
17:31 WIB
Serangan jantung adalah kondisi kesehatan yang serius dan membutuhkan pertolongan medis dengan cepat. Pasalnya, keterlambatan penanganannya bisa membahayakan nyawa pasien. Namun, bukan hal yang mudah untuk mendeteksi gejala serangan jantung karena sering luput dari perhatian penderitanya.
Dibutuhkan waktu hingga delapan jam untuk bisa mendiagnosis serangan jantung mulai dari ekokardiogram untuk menunjukkan indikasi penyakit jantung hingga analisis sampel darah pasien untuk mengkonfirmasi penyakit serangan jantung.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebuah tim peneliti dari University of Notre Dame College of Engineering dan University of Florida College of Medicine telah mengembangkan sensor yang bisa mendiagnosis serangan jantung dalam waktu kurang dari 30 menit, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Lab on a Cip.
“Sensor kami menargetkan kombinasi miRNA sehingga dapat dengan cepat mendiagnosis serangan jantung atau gejala penyakit jantung lainnya,” kata Profesor Teknik Sheehan Family Collegiate di Notre Dame sekaligus penulis utama penelitian, Pinar Zorlutuna dikutip dari laman resmi University of Notre Dame, Selasa (5/10).
Dengan menargetkan tiga jenis mikroRNA atau miRNA yang berbeda, sensor yang baru dikembangkan itu bisa membedakan antara serangan jantung akut dan reperfusi--pemulihan aliran darah atau cedera reperfusi, dan membutuhkan lebih sedikit darah dibandingkan dengan metode diagnostik yang dilakukan secara tradisional.
“Kemampuan untuk membedakan antara seseorang dengan suplai darah yang tidak memadai ke organ dan seseorang yang cedera reperfusi adalah kebutuhan klinis yang tidak terpenuhi yang bisa ditangani oleh sensor ini,” imbuh Zorlutuna.
Selain itu, Profesor Teknik Kimia dan Biomolekuler Bayer di Notre Dame, Hsueh-Chia Chang, mengatakan teknologi yang dikembangkan untuk sensor ini menunjukkan keuntungan menggunakan miRNA dibandingkan biomarker berbasis protein, target diagnostik tradisional.
“Portabilitas dan efisiensi biaya perangkat ini juga menunjukkan potensi untuk meningkatkan bagaimana serangan jantung dan masalah terkait didiagnosis dalam pengaturan klinis dan di negara-negara berkembang,” ucapnya.
Adapun aplikasi paten juga telah diajukan untuk sensor tersebut dan para peneliti juga bekerja sama dengan Pusat IDEA Notre Dame untuk berpotensi mendirikan perusahaan startup yang akan memproduksi perangkat sensor tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Dibutuhkan waktu hingga delapan jam untuk bisa mendiagnosis serangan jantung mulai dari ekokardiogram untuk menunjukkan indikasi penyakit jantung hingga analisis sampel darah pasien untuk mengkonfirmasi penyakit serangan jantung.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebuah tim peneliti dari University of Notre Dame College of Engineering dan University of Florida College of Medicine telah mengembangkan sensor yang bisa mendiagnosis serangan jantung dalam waktu kurang dari 30 menit, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Lab on a Cip.
“Sensor kami menargetkan kombinasi miRNA sehingga dapat dengan cepat mendiagnosis serangan jantung atau gejala penyakit jantung lainnya,” kata Profesor Teknik Sheehan Family Collegiate di Notre Dame sekaligus penulis utama penelitian, Pinar Zorlutuna dikutip dari laman resmi University of Notre Dame, Selasa (5/10).
.@NotreDame researchers have developed a sensor that could diagnose a #heartattack in less than 30 minutes.
— Notre Dame Research (@UNDResearch) September 29, 2021
Learn more about the low-cost, portable device: https://t.co/gcTfB0VXaM pic.twitter.com/2ENjDVKYi4
Dengan menargetkan tiga jenis mikroRNA atau miRNA yang berbeda, sensor yang baru dikembangkan itu bisa membedakan antara serangan jantung akut dan reperfusi--pemulihan aliran darah atau cedera reperfusi, dan membutuhkan lebih sedikit darah dibandingkan dengan metode diagnostik yang dilakukan secara tradisional.
“Kemampuan untuk membedakan antara seseorang dengan suplai darah yang tidak memadai ke organ dan seseorang yang cedera reperfusi adalah kebutuhan klinis yang tidak terpenuhi yang bisa ditangani oleh sensor ini,” imbuh Zorlutuna.
Selain itu, Profesor Teknik Kimia dan Biomolekuler Bayer di Notre Dame, Hsueh-Chia Chang, mengatakan teknologi yang dikembangkan untuk sensor ini menunjukkan keuntungan menggunakan miRNA dibandingkan biomarker berbasis protein, target diagnostik tradisional.
“Portabilitas dan efisiensi biaya perangkat ini juga menunjukkan potensi untuk meningkatkan bagaimana serangan jantung dan masalah terkait didiagnosis dalam pengaturan klinis dan di negara-negara berkembang,” ucapnya.
Adapun aplikasi paten juga telah diajukan untuk sensor tersebut dan para peneliti juga bekerja sama dengan Pusat IDEA Notre Dame untuk berpotensi mendirikan perusahaan startup yang akan memproduksi perangkat sensor tersebut.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.