Sambut Festival Mooncake, Yuk Intip Sejarah Kue Bulan yang Legendaris itu
21 September 2021 |
18:58 WIB
Seperti setiap festival lainnya di China, Festival Musim Gugur (Mid Autumn Festival) memiliki makanan khasnya sendiri yakni mooncake atau kue bulan. Sajian ini adalah sejenis kue dengan berbagai isian dan pola artistik yang berbeda pada permukaan kue yang menggambarkan legenda dari festival tersebut.
Festival Musim Gugur atau Festival Mooncake lekat dengan perayaan pada akhir musim panen yang dimulai sejak Dinasti Shang abad ke-16 di China. Keluarga berkumpul untuk mengucap syukur dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik.
Orang-orang mempersembahkan kue-kue ini ke bulan, memakannya untuk perayaan dan menyajikannya kepada kerabat dan teman seraya mendoakan harapan baik.
Festival ini baru populer sekitar tahun 618 SM pada masa Dinasti Tang, ketika Kaisar Xuanzong mengadakan perayaan resmi setelah mengunjungi Istana Bulan.
Seperti dilansir situs Visit Beijing, kisah fabel Moon Goddess Chang'e adalah aspek integral yang tidak bisa dilupakan selama festival ini berlangsung.
Bulan memang memainkan peran penting, selain kue berbentuk bulat, karena festival ini diadakan di Cina daratan, Hong Kong, Taiwan, Vietnam, dan diaspora Cina lainnya selama bulan panen.
Chang'er, dewi bulan keabadian, dipuja karena orang Cina percaya pada hubungan bulan dan air dengan peremajaan.
Mitos bangkitnya Chang'er ke surga melibatkan ramuan keabadian dan suaminya pemanah terkenal Houyi, yang digambarkan sebagai karakter yang tidak baik hati namun juga tidak jahat.
Adapun kue bulan itu sendiri dikisahkan datang bersama dengan kaum revolusioner Ming yang menggulingkan penguasa Mongolia pada akhir Dinasti Yuan dibantu oleh kue-kue tersebut.
Kaisar Hongwu saat itu dan penasihatnya menyebarkan desas-desus tentang wabah mematikan yang hanya bisa disembuhkan oleh kue bulan khusus.
Kue-kue ini sebenarnya menyembunyikan pesan di dalamnya.
Satu paket berisi empat kue dengan desain kaligrafi pada kulitnya akan dipotong menjadi 16 bagian, dirangkai menjadi teka-teki dan kemudian dimakan untuk dihancurkan, benar-benar seperti balas dendam yang manis.
Kue bulan di Indonesia cenderung menggunakan kulit khas Kanton yang kenyal, yang berasal dari Provinsi Guangdong.
Kue ini kemudian diisi dengan isian tradisional mulai dari pasta manis hingga ayam, bebek, babi panggang, jamur, hingga empat kuning telur untuk mewakili empat fase bulan.
Adonannya dibentuk menyerupai bentuk ikan atau babi dan dijual di toko roti dalam keranjang kecil untuk melambangkan tangkapan ikan yang melimpah atau ternak babi yang akan dijual.
Editor: Fajar Sidik
Festival Musim Gugur atau Festival Mooncake lekat dengan perayaan pada akhir musim panen yang dimulai sejak Dinasti Shang abad ke-16 di China. Keluarga berkumpul untuk mengucap syukur dan berdoa untuk masa depan yang lebih baik.
Orang-orang mempersembahkan kue-kue ini ke bulan, memakannya untuk perayaan dan menyajikannya kepada kerabat dan teman seraya mendoakan harapan baik.
Festival ini baru populer sekitar tahun 618 SM pada masa Dinasti Tang, ketika Kaisar Xuanzong mengadakan perayaan resmi setelah mengunjungi Istana Bulan.
Food for #MidAutumnFestival pic.twitter.com/KSRJMZeYFL
— Ambassador Deng Xijun (@China2ASEAN) September 21, 2021
Seperti dilansir situs Visit Beijing, kisah fabel Moon Goddess Chang'e adalah aspek integral yang tidak bisa dilupakan selama festival ini berlangsung.
Bulan memang memainkan peran penting, selain kue berbentuk bulat, karena festival ini diadakan di Cina daratan, Hong Kong, Taiwan, Vietnam, dan diaspora Cina lainnya selama bulan panen.
Chang'er, dewi bulan keabadian, dipuja karena orang Cina percaya pada hubungan bulan dan air dengan peremajaan.
Mitos bangkitnya Chang'er ke surga melibatkan ramuan keabadian dan suaminya pemanah terkenal Houyi, yang digambarkan sebagai karakter yang tidak baik hati namun juga tidak jahat.
Adapun kue bulan itu sendiri dikisahkan datang bersama dengan kaum revolusioner Ming yang menggulingkan penguasa Mongolia pada akhir Dinasti Yuan dibantu oleh kue-kue tersebut.
Kaisar Hongwu saat itu dan penasihatnya menyebarkan desas-desus tentang wabah mematikan yang hanya bisa disembuhkan oleh kue bulan khusus.
Kue-kue ini sebenarnya menyembunyikan pesan di dalamnya.
Satu paket berisi empat kue dengan desain kaligrafi pada kulitnya akan dipotong menjadi 16 bagian, dirangkai menjadi teka-teki dan kemudian dimakan untuk dihancurkan, benar-benar seperti balas dendam yang manis.
Kue bulan di Indonesia cenderung menggunakan kulit khas Kanton yang kenyal, yang berasal dari Provinsi Guangdong.
Kue ini kemudian diisi dengan isian tradisional mulai dari pasta manis hingga ayam, bebek, babi panggang, jamur, hingga empat kuning telur untuk mewakili empat fase bulan.
Adonannya dibentuk menyerupai bentuk ikan atau babi dan dijual di toko roti dalam keranjang kecil untuk melambangkan tangkapan ikan yang melimpah atau ternak babi yang akan dijual.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.