Adi Utarini, Ilmuwan & Guru Besar Indonesia Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh 2021
19 September 2021 |
13:27 WIB
Nama peneliti Indonesia kembali bersinar di kancah internasional. Baru-baru ini TIME, majalah Amerika Serikat merilis daftar tahunan 100 orang paling berpengaruh di dunia 2021. Salah satu nama yang masuk dalam daftar tersebut adalah Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH. Ph.D.
Ilmuwan wanita ini telah diakui dunia atas kontribusinya sebagai pemimpin dalam penelitian World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta dalam mengatasi demam berdarah. Salah satunya adalah kontribusi dalam rekayasa nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia.
Berkat proyek penelitiannya yang memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti dan kemudian melepaskannya di beberapa kota besar di Indonesia, kasus demam berdarah dengue bisa ditekan.
Kasus demam berdarah dengue di kota Yogyakarta sendiri dilaporkan mengalami penurunan hingga 77 persen, seperti dilansir kagama.co, media resmi di bawah naungan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA).
Pencapaian Utarini di ranah medis ini turut mendapatkan apresiasi dari Melinda French Gates, pendiri Bill and Melinda Gates Foundation.
Lewat tulisan reviewnya di TIME, Gates mengutarakan kekagumannya atas keberhasilan Utarini menekan penularan demam berdarah dengue yang menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia.
"Saat ini, hampir semua orang di Yogyakarta mengenal seseorang yang pernah terkena DBD. Utarini sendiri telah selamat dua kali. Dengue, bagaimanapun, mungkin tidak bertahan darinya," tulis Gates.
Utarini bekerja sama dengan tim peneliti internasional dari World Mosquito Program untuk mengekang ancaman ini dengan menginokulasi nyamuk dengan Wolbachia, bakteri yang tidak berbahaya bagi manusia tetapi mencegah nyamuk menularkan demam berdarah melalui gigitannya.
Sebuah studi terobosan yang dia bantu pimpin adalah yang pertama membuktikan teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di lingkungan masyarakat.
Guru Besar Bidang Kesehatan Masyarakat di Universitas Gadjah Mada itu menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran UGM, yang dia lanjutkan dengan program master di UCL Inggris dan doktor di Umea University Swedia.
Di penghujung 2020, Utarini masuk dalam Nature's 10: Ten People Who Helped Science in 2020 dari jurnal Nature.
Selain berkutat dengan isu kesehatan masyarakat, ilmuwan yang akrab disapa Prof Uut ini juga aktif di dunia seni musik sebagai pianis.
Dia mulai belajar piano klasik di Sekolah Musik Malaysia di Kuala Lumpur tahun 1971-1974 ketika sang ayah bertugas di University Malaya. Disana pula konser pertamanya dilakukan.
Editor: Fajar Sidik
Ilmuwan wanita ini telah diakui dunia atas kontribusinya sebagai pemimpin dalam penelitian World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta dalam mengatasi demam berdarah. Salah satunya adalah kontribusi dalam rekayasa nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia.
Berkat proyek penelitiannya yang memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam nyamuk Aedes aegypti dan kemudian melepaskannya di beberapa kota besar di Indonesia, kasus demam berdarah dengue bisa ditekan.
Kasus demam berdarah dengue di kota Yogyakarta sendiri dilaporkan mengalami penurunan hingga 77 persen, seperti dilansir kagama.co, media resmi di bawah naungan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA).
Dengue fever infects almost 400 million people each year. Dr. Adi Utarini has survived it twice. But dengue fever may not survive her.
— Melinda French Gates (@melindagates) September 17, 2021
I was proud to write about her groundbreaking efforts to combat this dangerous disease for #TIME100. https://t.co/IhBmNQmVDO
Pencapaian Utarini di ranah medis ini turut mendapatkan apresiasi dari Melinda French Gates, pendiri Bill and Melinda Gates Foundation.
Lewat tulisan reviewnya di TIME, Gates mengutarakan kekagumannya atas keberhasilan Utarini menekan penularan demam berdarah dengue yang menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia.
"Saat ini, hampir semua orang di Yogyakarta mengenal seseorang yang pernah terkena DBD. Utarini sendiri telah selamat dua kali. Dengue, bagaimanapun, mungkin tidak bertahan darinya," tulis Gates.
Utarini bekerja sama dengan tim peneliti internasional dari World Mosquito Program untuk mengekang ancaman ini dengan menginokulasi nyamuk dengan Wolbachia, bakteri yang tidak berbahaya bagi manusia tetapi mencegah nyamuk menularkan demam berdarah melalui gigitannya.
Sebuah studi terobosan yang dia bantu pimpin adalah yang pertama membuktikan teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di lingkungan masyarakat.
Guru Besar Bidang Kesehatan Masyarakat di Universitas Gadjah Mada itu menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Kedokteran UGM, yang dia lanjutkan dengan program master di UCL Inggris dan doktor di Umea University Swedia.
Di penghujung 2020, Utarini masuk dalam Nature's 10: Ten People Who Helped Science in 2020 dari jurnal Nature.
Selain berkutat dengan isu kesehatan masyarakat, ilmuwan yang akrab disapa Prof Uut ini juga aktif di dunia seni musik sebagai pianis.
Dia mulai belajar piano klasik di Sekolah Musik Malaysia di Kuala Lumpur tahun 1971-1974 ketika sang ayah bertugas di University Malaya. Disana pula konser pertamanya dilakukan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.