Film Gowok Bakal Tayang 2 Versi, Ini Alasannya
26 May 2025 |
21:00 WIB
Film Gowok: Kamasutra Jawa garapan sutradara Hanung Bramantyo akan tayang dalam dua versi, yakni 21 plus dan 17 plus. Keputusan penayangan dua versi ini rupanya bukan bagian dari strategi awal, melainkan hasil dari proses panjang yang penuh dinamika.
“21 plus ini adalah versi orisinal. Saya tidak ada bayangan sama sekali mau membuat versi 17 plus pada awalnya,” ungkap Hanung Bramantyo saat ditanya soal alasan di balik dua versi ini.
Menurutnya, Gowok sejak awal dirancang sebagai film dewasa yang mengangkat tema sensitif dengan pendekatan jujur dan apa adanya. Dirinya pun menduga film ini mungkin akan mendapatkan rating 21 plus.
Baca juga: Dari Arsip ke Adegan, Hanung Bramantyo Ungkap Proses Kreatif Film Gowok
Hanung mengatakan setelah filmnya selesai produksi tahun lalu, dirinya dan tim pun langsung melakukan proses editing. Di tengah jalan, saat masih mengedit filmnya, Hanung mendapat pesan dari Festival Film Rotterdam di Belanda.
“Saya dihubungi pihak festival, ada film apa dari saya tahun ini. Kemudian, saya kasih dua, yakni Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dan Gowok. Ternyata, mereka tertarik pada Gowok,” tutur Hanung.
Ada perasaan senang dari Hanung. Sebab, film Gowok yang masih dalam tahap post production ini akan tayang di festival di Belanda. Namun, dirinya juga agak bingung, karena proses editing sebenarnya belum selesai.
Waktu itu, lanjutnya, Gowok masih dalam tahap offline editing. Ini adalah proses pengeditan awal yang dilakukan dengan menggunakan resolusi rendah atau draft dari rekaman untuk menentukan struktur, tempo, dan cerita film.
Proses umumnya masih memfokuskan pada penyusunan klip-klip video dan audio untuk menciptakan alur cerita yang utuh dan belum memasukkan efek suara atau audio lainnya. Jadi, masih mentah.
Pada akhirnya, proses editing pun dikebut. Film ini selesai fase editing pada Desember 2024, lalu versi finalnya dikirim ke festival. Penayangan perdana film ini di festival tersebut berlangsung pada Februari 2025 lalu.
“Ketika trailer dirilis, ternyata film ini masuk 21 plus. Jadi, film ini memang versi orisinalnya 21 plus, bukan versi yang asal dipanjang-panjangin,” jelasnya.
Tak lama setelah pemutaran di Rotterdam, pihaknya mulai menyusun persiapan untuk tayang di bioskop reguler. Pada saat itulah, produsernya, Raam Punjabi, kemudian mengajukan permintaan untuk membuat versi 17 plus.
“Setelah tayang di Rotterdam, saya pikir pekerjaan saya selesai. Rupanya, Pak Raam Punjabi meminta saya membuat versi 17 plus. Karena dari data yang ada, kalau film 21 plus itu jam tayangnya berbeda, lebih terbatas. Gak bisa siang, harus malam. Masa kita mau tayang cuma abis maghrib? Saya gak mau limitasi, akhirnya kita buat versi 17 plus,” jelas Hanung.
Dengan dua versi ini, Gowok tak hanya menjadi perbincangan karena kontennya, tetapi juga karena strateginya yang unik dalam menjembatani kebutuhan festival dan pasar bioskop komersial di Indonesia.
Versi 21 plus akan menampilkan visi Hanung yang sepenuhnya tanpa kompromi, sementara versi 17 plus dibuat agar bisa hadir di layar lebih banyak dan lebih luas.
Film Gowok bercerita tentang Ratri (Alika Jantinia), putri dari seorang pekerja seks yang tumbuh tanpa pernah mengenal sosok ayahnya. Sejak kecil, Ratri diasuh oleh Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok berwibawa dan dihormati di lingkungannya.
Di bawah didikan Nyai Santi, Ratri tumbuh menjadi perempuan cantik dan berbakat. Dia bahkan disiapkan untuk mewarisi pengetahuan dan peran sebagai seorang gowok.
Namun, sebelum waktunya, Ratri jatuh hati pada Kamanjaya (Devano Danendra), pemuda dari keluarga bangsawan. Hubungan mereka berujung pada janji pernikahan yang tak pernah ditepati oleh Kamanjaya.
Dua dekade kemudian, Ratri (kini diperankan Raihaanun) kembali berhadapan dengan Kamanjaya (Reza Rahadian), yang kini datang bersama putranya, Bagas (Ali Fikry), untuk berguru pada Nyai Santi.
Tanpa mengetahui latar belakang masa lalu orang tuanya, Bagas jatuh cinta pada Ratri. Kesempatan itu digunakan Ratri untuk merancang balas dendam melalui pesona dan kecerdasannya.
Gowok sendiri merupakan profesi yang pernah populer di Tanah Jawa zaman dahulu. Gowok merupakan seorang wanita yang dipercaya untuk mengajari calon pengantin laki-laki muda yang belum pernah menikah.
Gowok memegang peran penting dalam membimbing para pria untuk memahami cara mencintai, menghormati, dan membahagiakan istrinya, sekaligus mengenalkan seluk-beluk tubuh perempuan.
Film Gowok: Kamasutra Jawa dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 5 Juni 2025.
“21 plus ini adalah versi orisinal. Saya tidak ada bayangan sama sekali mau membuat versi 17 plus pada awalnya,” ungkap Hanung Bramantyo saat ditanya soal alasan di balik dua versi ini.
Menurutnya, Gowok sejak awal dirancang sebagai film dewasa yang mengangkat tema sensitif dengan pendekatan jujur dan apa adanya. Dirinya pun menduga film ini mungkin akan mendapatkan rating 21 plus.
Baca juga: Dari Arsip ke Adegan, Hanung Bramantyo Ungkap Proses Kreatif Film Gowok
Hanung mengatakan setelah filmnya selesai produksi tahun lalu, dirinya dan tim pun langsung melakukan proses editing. Di tengah jalan, saat masih mengedit filmnya, Hanung mendapat pesan dari Festival Film Rotterdam di Belanda.
“Saya dihubungi pihak festival, ada film apa dari saya tahun ini. Kemudian, saya kasih dua, yakni Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dan Gowok. Ternyata, mereka tertarik pada Gowok,” tutur Hanung.
Still photo film Gowok: Kamasutra Jawa (Sumber gambar: MVP Pictures)
Ada perasaan senang dari Hanung. Sebab, film Gowok yang masih dalam tahap post production ini akan tayang di festival di Belanda. Namun, dirinya juga agak bingung, karena proses editing sebenarnya belum selesai.
Waktu itu, lanjutnya, Gowok masih dalam tahap offline editing. Ini adalah proses pengeditan awal yang dilakukan dengan menggunakan resolusi rendah atau draft dari rekaman untuk menentukan struktur, tempo, dan cerita film.
Proses umumnya masih memfokuskan pada penyusunan klip-klip video dan audio untuk menciptakan alur cerita yang utuh dan belum memasukkan efek suara atau audio lainnya. Jadi, masih mentah.
Pada akhirnya, proses editing pun dikebut. Film ini selesai fase editing pada Desember 2024, lalu versi finalnya dikirim ke festival. Penayangan perdana film ini di festival tersebut berlangsung pada Februari 2025 lalu.
“Ketika trailer dirilis, ternyata film ini masuk 21 plus. Jadi, film ini memang versi orisinalnya 21 plus, bukan versi yang asal dipanjang-panjangin,” jelasnya.
Tak lama setelah pemutaran di Rotterdam, pihaknya mulai menyusun persiapan untuk tayang di bioskop reguler. Pada saat itulah, produsernya, Raam Punjabi, kemudian mengajukan permintaan untuk membuat versi 17 plus.
“Setelah tayang di Rotterdam, saya pikir pekerjaan saya selesai. Rupanya, Pak Raam Punjabi meminta saya membuat versi 17 plus. Karena dari data yang ada, kalau film 21 plus itu jam tayangnya berbeda, lebih terbatas. Gak bisa siang, harus malam. Masa kita mau tayang cuma abis maghrib? Saya gak mau limitasi, akhirnya kita buat versi 17 plus,” jelas Hanung.
Still photo film Gowok: Kamasutra Jawa (Sumber gambar: MVP Pictures)
Dengan dua versi ini, Gowok tak hanya menjadi perbincangan karena kontennya, tetapi juga karena strateginya yang unik dalam menjembatani kebutuhan festival dan pasar bioskop komersial di Indonesia.
Versi 21 plus akan menampilkan visi Hanung yang sepenuhnya tanpa kompromi, sementara versi 17 plus dibuat agar bisa hadir di layar lebih banyak dan lebih luas.
Film Gowok bercerita tentang Ratri (Alika Jantinia), putri dari seorang pekerja seks yang tumbuh tanpa pernah mengenal sosok ayahnya. Sejak kecil, Ratri diasuh oleh Nyai Santi (Lola Amaria), seorang gowok berwibawa dan dihormati di lingkungannya.
Di bawah didikan Nyai Santi, Ratri tumbuh menjadi perempuan cantik dan berbakat. Dia bahkan disiapkan untuk mewarisi pengetahuan dan peran sebagai seorang gowok.
Namun, sebelum waktunya, Ratri jatuh hati pada Kamanjaya (Devano Danendra), pemuda dari keluarga bangsawan. Hubungan mereka berujung pada janji pernikahan yang tak pernah ditepati oleh Kamanjaya.
Dua dekade kemudian, Ratri (kini diperankan Raihaanun) kembali berhadapan dengan Kamanjaya (Reza Rahadian), yang kini datang bersama putranya, Bagas (Ali Fikry), untuk berguru pada Nyai Santi.
Tanpa mengetahui latar belakang masa lalu orang tuanya, Bagas jatuh cinta pada Ratri. Kesempatan itu digunakan Ratri untuk merancang balas dendam melalui pesona dan kecerdasannya.
Gowok sendiri merupakan profesi yang pernah populer di Tanah Jawa zaman dahulu. Gowok merupakan seorang wanita yang dipercaya untuk mengajari calon pengantin laki-laki muda yang belum pernah menikah.
Gowok memegang peran penting dalam membimbing para pria untuk memahami cara mencintai, menghormati, dan membahagiakan istrinya, sekaligus mengenalkan seluk-beluk tubuh perempuan.
Film Gowok: Kamasutra Jawa dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 5 Juni 2025.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.