Punya Hobi Unik, Yosep Anggi Noen Bakal Bikin Film Dokumenter tentang Gedung Bioskop di Tanah Air
15 May 2025 |
16:45 WIB
Pepatah barang siapa yang bersungguh-sungguh maka bakal menuai hasil sepertinya menghampiri sutradara Yosep Anggi Noen. Terbaru, sineas asal Sleman, Yogyakarta itu, bakal membuat film dokumenter tentang sejarah dan nasib gedung-gedung bioskop dari hobinya melabang ke sejumlah bioskop tua di Tanah Air.
Beberapa waktu terakhir, Anggi memang memiliki hobi unik, yakni mengunjungi gedung-gedung bioskop tua untuk dijadikan inspirasi karya. Hasil kegiatan sutradara film Istirahatlah Kata-Kata (2016) ini, juga kerap diunggah di laman Instagramnya @Angginoen, yang mengundang ketertarikan sinefil.
Baca juga: 12 Film yang Sesuai dengan Kepribadian Zodiak, Cek Genhype Dapet Apa
"Sebenarnya ini bukan hobi baru. Dari kegiatan ini aku juga punya banyak arsip foto bioskop seluruh Indonesia, termasuk yang aku pakai untuk syuting film Istirahatlah kata-Kata," papar Anggi saat ditemui Hypeabis.id, belum lama ini.
Dari hobinya ini, Anggi mengaku banyak mendapat insight terkait peran gedung bioskop yang bukan hanya sekedar gedung pemutar film. Lebih dari itu, gedung bioskop, menurutnya juga berkelindan dengan perkembangan industri hiburan, politik, dan sejarah Indonesia.
Kebiasaan Anggi mendatangi gedung-gedung bioskop kuno di tempat yang disinggahi juga karena bentuk gedungnya yang berbeda. Menurut Anggi, gedung bioskop biasanya memiliki arsitektur yang khas, dan punya kesejarahan yang panjang dengan lingkungan sekitarnya.
Saat berkunjung ke Pontianak, misal, Anggi menemukan bioskop dengan arsitektur unik di mana dindingnya terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Namun, karena turunnya jumlah penonton, bioskop tersebut kemudian beralih fungsi jadi tempat bermain badminton.
Berdasarkan cerita sang pemilik, bioskop tersebut, papar Anggi dulunya memang menjadi tempat mencari hiburan para nelayan setelah pulang melaut. Uniknya lagi, dibuatnya bioskop tersebut juga terjadi karena pemiliknya gemar menonton film.
"Alih fungsi tempat badminton juga dikarenakan pemiliknya hobi olahraga. Berdasarkan premis ini saja sudah menarik, ada orang yang mencari nafkah berdasarkan hobi. Dan itu baru satu bioskop," katanya.
Dari risetnya selama beberapa waktu terakhir, Anggi mengaku saat ini sudah memiliki puluhan data visual gedung bioskop tua di Tanah Air. Bahkan, saat mengunjungi gedung tertentu, nominator sutradara Terbaik, FFI 2016, ini juga kerap menemukan harta karun.
Salah satunya saat dia berkunjung ke bioskop Permata di Yogyakarta, yang dibangun pada masa kolonial, tapi tutup pada 2010. Di gedung berarsitektur langgam art deco, itu Anggi menemukan sejenis kaca yang digunakan untuk iklan sebelum film diputar.
Anggi menjelaskan, iklan kaca tersebut mengajak masyarakat untuk menyukseskan kongres Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) pada 1961. Ada juga, iklan yang mengajak masyarakat untuk memeriahkan penyambutan seorang raja yang datang ke Kota Gudeg pada 1950-an.
Berangkat dari refleksi itulah Anggi berencana membuat film dokumenter yang berkisah tentang hubungan bioskop dengan masyarakat. Namun, saat ini dia mengaku masih mengumpulkan materi dan bujet produksinya, yang kemungkinan masih membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Jadi, bioskop itu entertainment industrinya juga sangat politikal. Kita tahu betul bahwa agenda propaganda juga bisa masuk lewat ruang sinema. Makanya aku sangat tertarik dengan hal ini," jelasnya.
Baca juga: Jumlah Penonton Bioskop Indonesia Melonjak Sepanjang April 2025
Beberapa waktu terakhir, Anggi memang memiliki hobi unik, yakni mengunjungi gedung-gedung bioskop tua untuk dijadikan inspirasi karya. Hasil kegiatan sutradara film Istirahatlah Kata-Kata (2016) ini, juga kerap diunggah di laman Instagramnya @Angginoen, yang mengundang ketertarikan sinefil.
Baca juga: 12 Film yang Sesuai dengan Kepribadian Zodiak, Cek Genhype Dapet Apa
"Sebenarnya ini bukan hobi baru. Dari kegiatan ini aku juga punya banyak arsip foto bioskop seluruh Indonesia, termasuk yang aku pakai untuk syuting film Istirahatlah kata-Kata," papar Anggi saat ditemui Hypeabis.id, belum lama ini.
Dari hobinya ini, Anggi mengaku banyak mendapat insight terkait peran gedung bioskop yang bukan hanya sekedar gedung pemutar film. Lebih dari itu, gedung bioskop, menurutnya juga berkelindan dengan perkembangan industri hiburan, politik, dan sejarah Indonesia.
Kebiasaan Anggi mendatangi gedung-gedung bioskop kuno di tempat yang disinggahi juga karena bentuk gedungnya yang berbeda. Menurut Anggi, gedung bioskop biasanya memiliki arsitektur yang khas, dan punya kesejarahan yang panjang dengan lingkungan sekitarnya.
Saat berkunjung ke Pontianak, misal, Anggi menemukan bioskop dengan arsitektur unik di mana dindingnya terbuat dari kayu dan beratapkan seng. Namun, karena turunnya jumlah penonton, bioskop tersebut kemudian beralih fungsi jadi tempat bermain badminton.
Berdasarkan cerita sang pemilik, bioskop tersebut, papar Anggi dulunya memang menjadi tempat mencari hiburan para nelayan setelah pulang melaut. Uniknya lagi, dibuatnya bioskop tersebut juga terjadi karena pemiliknya gemar menonton film.
"Alih fungsi tempat badminton juga dikarenakan pemiliknya hobi olahraga. Berdasarkan premis ini saja sudah menarik, ada orang yang mencari nafkah berdasarkan hobi. Dan itu baru satu bioskop," katanya.
Dari risetnya selama beberapa waktu terakhir, Anggi mengaku saat ini sudah memiliki puluhan data visual gedung bioskop tua di Tanah Air. Bahkan, saat mengunjungi gedung tertentu, nominator sutradara Terbaik, FFI 2016, ini juga kerap menemukan harta karun.
Salah satunya saat dia berkunjung ke bioskop Permata di Yogyakarta, yang dibangun pada masa kolonial, tapi tutup pada 2010. Di gedung berarsitektur langgam art deco, itu Anggi menemukan sejenis kaca yang digunakan untuk iklan sebelum film diputar.
Anggi menjelaskan, iklan kaca tersebut mengajak masyarakat untuk menyukseskan kongres Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) pada 1961. Ada juga, iklan yang mengajak masyarakat untuk memeriahkan penyambutan seorang raja yang datang ke Kota Gudeg pada 1950-an.
Berangkat dari refleksi itulah Anggi berencana membuat film dokumenter yang berkisah tentang hubungan bioskop dengan masyarakat. Namun, saat ini dia mengaku masih mengumpulkan materi dan bujet produksinya, yang kemungkinan masih membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Jadi, bioskop itu entertainment industrinya juga sangat politikal. Kita tahu betul bahwa agenda propaganda juga bisa masuk lewat ruang sinema. Makanya aku sangat tertarik dengan hal ini," jelasnya.
Baca juga: Jumlah Penonton Bioskop Indonesia Melonjak Sepanjang April 2025
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.