Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier (Sumber gambar: Instagram Raffi Ahmad)

Mengenal Egg Freezing yang Dilakukan Luna Maya Sebelum Menikah di Usia 41 Tahun

08 May 2025   |   11:53 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Kabar bahagia datang dari dunia hiburan Tanah Air. Setelah menjalin hubungan beberapa tahun, Luna Maya dan Maxime Bouttier resmi menjadi pasangan suami istri setelah menggelar akad nikah yang berlangsung khidmat di Bali, pada Rabu, 7 Mei 2025 lalu.

Pernikahan ini menjadi momen penuh haru dan suka cita, terlebih karena Luna menginjak usia 41 tahun. Sebuah fase hidup yang penuh pertimbangan bagi banyak perempuan, khususnya terkait perencanaan kehamilan.

Baca juga:  Fakta Menarik di Balik Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier

Di tengah suka cita dan kemeriahan pernikahan, publik kembali menyoroti keputusan penting Luna pada masa lalu, yakni melakukan egg freezing. Empat tahun lalu, saat usianya masih di pertengahan 30-an dan belum menemukan pasangan, Luna memilih langkah medis yang saat itu masih jarang dibicarakan secara terbuka.

Keputusan melakukan egg freezing atau membekukan sel terus diambil bukan alasan. Sebab, kala itu Luna menyimpan keinginan untuk menjadi seorang ibu.

“Kalau ditanya pengin nikah, pengin punya anak, iya pengin, pengin banget. Ini sebenarnya lebih pada kan aku enggak tahu jodoh aku kapan, enggak tahu kapan bisa benar-benar berkeluarga dan memiliki anak,” ujarnya dalam wawancara di kanal YouTube Venna Melinda.

Mengutip UCLA Health, lembaga kesehatan yang berafiliasi dengan University of California, Egg freezing atau cryopreservation oosit, adalah proses pembekuan sel telur (oosit) seorang wanita untuk digunakan di masa depan. 

Prosedur ini memungkinkan wanita untuk menyimpan sel telur berkualitas baik, terutama bagi mereka yang belum memiliki rencana untuk memiliki anak, menikah, atau bisa juga karena mengalami kondisi medis yang dapat mengganggu kesuburan. 

Riset terkait egg freezing telah dilakukan lama di dunia kedokteran. Kelahiran manusia pertama dari metoe ini dilaporkan terjadi pada 1986. Sejak saat itu, metode ini terus dikembangkan dan mengalami kemajian pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, American Society for Reproductive Medicine (ASRM) tercatat baru menyatakan pembekuan sel telur (egg freezing) bukan termasuk prosedur ekspremintal sejak Oktober 2012 lalu. Setelah tanggal tersebut, prosedur ini dianggap sebagai praktik klinis standar. 

Umumnya, metode pembekuan sel telur dilakukan oleh perempuan dengan kondisi tertentu yang dapat mengancam kesuburan mereka. Misalnya, bagi pasien kanker yang harus menjalani kemoterapi atau terapi radiasi di area panggul, yang berisiko merusak fungsi reproduksi.

Prosedur ini juga bisa dibutuhkan setelah tindakan operasi yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada ovarium. Selain itu, perempuan yang memiliki risiko mengalami kegagalan ovarium prematur, seperti karena kelainan kromosom (contohnya sindrom Turner atau sindrom Fragile X), atau memiliki riwayat keluarga dengan menopause dini, juga menjadi kandidat penting untuk metode ini.

Tak hanya karena alasan medis, metode ini kini juga dipilih oleh perempuan yang ingin menunda kehamilan karena alasan sosial atau pribadi, sembari tetap menjaga peluang untuk memiliki anak di kemudian hari.


Tahapan Egg Freezing


Sebelum memulai proses ini, dokter spesialis kesuburan akan terlebih dahulu mengevaluasi cadangan ovarium untuk memperkirakan kemampuan tubuh memproduksi sel telur. Evaluasi ini mencakup pemeriksaan darah dan USG, yang juga berfungsi untuk menentukan dosis obat hormonal yang tepat.

Proses stimulasi dilakukan dengan metode serupa yang digunakan dalam program bayi tabung (IVF), yakni dengan menyuntikkan hormon guna merangsang indung telur memproduksi beberapa oosit dalam satu siklus.
Setelah periode stimulasi selesai, sel telur beserta cairan folikel di sekitarnya diambil melalui prosedur aspirasi menggunakan jarum yang dimasukkan melalui vagina saat pasien dibius.

Selanjutnya, tingkat kematangan sel telur dianalisis di bawah mikroskop. Sel telur yang dinyatakan matang akan dibekukan menggunakan teknik vitrifikasi, yakni metode pembekuan cepat yang kini menjadi standar utama dalam kriopreservasi.

Sel telur dibekukan dalam nitrogen cair dan dapat disimpan untuk jangka waktu lama. Saat perempuan memutuskan untuk menggunakan sel telur beku tersebut untuk program kehamilan, sel akan dicairkan dalam larutan khusus dan diperiksa kelayakannya.

Sel telur yang tetap utuh setelah pencairan kemudian dibuahi menggunakan metode injeksi sperma intrasitoplasma (ICSI). Satu sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur.

Embrio yang terbentuk akan dikembangkan dalam media kultur selama 3 hingga 5 hari, sebelum akhirnya ditanamkan ke dalam rahim dengan harapan tercapainya kehamilan.

Baca juga:  Mengenal Teknologi PGT-A, Efektif Tingkatkan Persentase Kehamilan
 

SEBELUMNYA

Perpustakaan Jakarta & PDS H.B. Jassin Kini Buka Sampai Malam, Ini Cara Berkunjungnya

BERIKUTNYA

Makna Mendalam Pakaian Adat Jawa Luna Maya & Maxime Bouttier saat Akad Nikah

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: