5 Bakteri Penyebab Keracunan Makanan, Ada Salmonella dan E.Coli
03 May 2025 |
14:30 WIB
Keracunan makanan, atau food poisoning, adalah gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Makanan dan minuman bisa terpapar racun selama proses pembuatan, penyimpanan, atau cara penanganannya yang tidak higienis.
Menurut MedlinePlus, keracunan makanan terjadi ketika seseorang menelan makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit, virus, atau racun yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri umum seperti Staphylococcus atau E.coli.
Baca juga: Kiat Masak dalam Porsi Besar untuk Cegah Keracunan Massal
Gejala umum keracunan makanan meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, demam, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Sebagian besar kasus keracunan makanan bersifat ringan dan sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, komplikasi serius dapat terjadi, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Komplikasi tersebut meliputi dehidrasi parah, sindrom uremik hemolitik (kerusakan ginjal), dan gangguan neurologis seperti sindrom Guillain-Barré. Pada kasus yang lebih parah, bahkan bisa mengancam jiwa.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah keracunan makanan, terutama menjaga kebersihan saat proses memasak. Bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dalam kondisi penyimpanan atau pengolahan makanan yang tidak higienis. Berikut beberapa jenis bakteri yang menyebabkan keracunanan makanan.
Salmonella biasanya ditemukan pada daging unggas, telur, daging sapi, serta susu yang tidak dipasteurisasi. Infeksi bisa terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau tidak dimasak dengan sempurna.
Gejala infeksi Salmonella meliputi diare, demam, dan kram perut yang muncul dalam waktu enam jam hingga enam hari setelah terpapar. Meskipun kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan, infeksi ini dapat berbahaya bagi bayi, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
E. Coli adalah kelompok bakteri yang sebagian besar tidak berbahaya dan hidup di usus manusia. Namun, beberapa strain (tipe) tertentu seperti E. coli O157:H7 dapat menghasilkan toksin kuat yang merusak lapisan usus, bahkan menyebabkan diare berdarah.
Infeksi E. coli sering dikaitkan dengan konsumsi daging sapi giling yang kurang matang, susu mentah, dan sayuran mentah yang terkontaminasi. Gejalanya biasanya muncul dalam tiga hingga empat hari setelah terpapar, yang mencakup diare, kram perut, dan muntah. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat berkembang menjadi sindrom uremik hemolitik (HUS), kondisi serius yang memengaruhi ginjal.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Campylobacter termasuk dalam empat penyebab utama penyakit diare di seluruh dunia. Bakteri ini biasanya ditemukan pada unggas mentah atau kurang matang, susu mentah, dan air yang terkontaminasi.
Gejala infeksinya meliputi diare berdarah, demam, mual, dan kram perut, yang muncul dalam dua hingga lima hari setelah terpapar. Meskipun kebanyakan kasus sembuh tanpa pengobatan, infeksinya dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sindrom Guillain-Barré atau gangguan autoimun yang memengaruhi sistem saraf.
Clostridium Perfringens bisa memicu keracunan makanan, terutama jika daging atau unggas disimpan pada suhu yang tidak tepat setelah dimasak. Bakteri ini menghasilkan spora yang tahan panas dan dapat berkembang biak dengan cepat dalam kondisi hangat.
Baca juga: Penyebab Kematian Aktor Gene Hackman, Keracunan Karbon Monoksida?
Gejala infeksi biasanya muncul dalam enam hingga 24 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, bisanya ditandai dengan diare dan kram perut. Infeksi ini jarang menyebabkan muntah atau demam dan umumnya sembuh dalam waktu 24 jam.
Listeria monocytogenes dapat menyebabkan listeriosis, infeksi serius yang berisiko tinggi bagi wanita hamil, bayi baru lahir, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan siap saji seperti daging olahan, keju lunak, dan susu yang tidak dipasteurisasi.
Gejala listeriosis meliputi demam, nyeri otot, mual, dan diare. Jika infeksi menyebar ke sistem saraf, maka bisa menyebabkan sakit kepala, leher kaku, kehilangan keseimbangan, atau kejang. Pada wanita hamil, infeksi dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau infeksi serius pada bayi baru lahir.
Menurut MedlinePlus, keracunan makanan terjadi ketika seseorang menelan makanan atau air yang mengandung bakteri, parasit, virus, atau racun yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri umum seperti Staphylococcus atau E.coli.
Baca juga: Kiat Masak dalam Porsi Besar untuk Cegah Keracunan Massal
Gejala umum keracunan makanan meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, demam, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Sebagian besar kasus keracunan makanan bersifat ringan dan sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, komplikasi serius dapat terjadi, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Komplikasi tersebut meliputi dehidrasi parah, sindrom uremik hemolitik (kerusakan ginjal), dan gangguan neurologis seperti sindrom Guillain-Barré. Pada kasus yang lebih parah, bahkan bisa mengancam jiwa.
Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah keracunan makanan, terutama menjaga kebersihan saat proses memasak. Bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dalam kondisi penyimpanan atau pengolahan makanan yang tidak higienis. Berikut beberapa jenis bakteri yang menyebabkan keracunanan makanan.
1. Salmonella
Salmonella biasanya ditemukan pada daging unggas, telur, daging sapi, serta susu yang tidak dipasteurisasi. Infeksi bisa terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau tidak dimasak dengan sempurna.Gejala infeksi Salmonella meliputi diare, demam, dan kram perut yang muncul dalam waktu enam jam hingga enam hari setelah terpapar. Meskipun kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan, infeksi ini dapat berbahaya bagi bayi, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
2. Escherichia Coli (E. coli)
E. Coli adalah kelompok bakteri yang sebagian besar tidak berbahaya dan hidup di usus manusia. Namun, beberapa strain (tipe) tertentu seperti E. coli O157:H7 dapat menghasilkan toksin kuat yang merusak lapisan usus, bahkan menyebabkan diare berdarah.Infeksi E. coli sering dikaitkan dengan konsumsi daging sapi giling yang kurang matang, susu mentah, dan sayuran mentah yang terkontaminasi. Gejalanya biasanya muncul dalam tiga hingga empat hari setelah terpapar, yang mencakup diare, kram perut, dan muntah. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat berkembang menjadi sindrom uremik hemolitik (HUS), kondisi serius yang memengaruhi ginjal.
3. Campylobacter Jejuni
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Campylobacter termasuk dalam empat penyebab utama penyakit diare di seluruh dunia. Bakteri ini biasanya ditemukan pada unggas mentah atau kurang matang, susu mentah, dan air yang terkontaminasi. Gejala infeksinya meliputi diare berdarah, demam, mual, dan kram perut, yang muncul dalam dua hingga lima hari setelah terpapar. Meskipun kebanyakan kasus sembuh tanpa pengobatan, infeksinya dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sindrom Guillain-Barré atau gangguan autoimun yang memengaruhi sistem saraf.
4. Clostridium Perfringens
Clostridium Perfringens bisa memicu keracunan makanan, terutama jika daging atau unggas disimpan pada suhu yang tidak tepat setelah dimasak. Bakteri ini menghasilkan spora yang tahan panas dan dapat berkembang biak dengan cepat dalam kondisi hangat. Baca juga: Penyebab Kematian Aktor Gene Hackman, Keracunan Karbon Monoksida?
Gejala infeksi biasanya muncul dalam enam hingga 24 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, bisanya ditandai dengan diare dan kram perut. Infeksi ini jarang menyebabkan muntah atau demam dan umumnya sembuh dalam waktu 24 jam.
5. Listeria Monocytogenes
Listeria monocytogenes dapat menyebabkan listeriosis, infeksi serius yang berisiko tinggi bagi wanita hamil, bayi baru lahir, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan siap saji seperti daging olahan, keju lunak, dan susu yang tidak dipasteurisasi.Gejala listeriosis meliputi demam, nyeri otot, mual, dan diare. Jika infeksi menyebar ke sistem saraf, maka bisa menyebabkan sakit kepala, leher kaku, kehilangan keseimbangan, atau kejang. Pada wanita hamil, infeksi dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau infeksi serius pada bayi baru lahir.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.