Eksplorasi Sinematik Mouly Surya dengan Rasio Gambar 4:3 di film Perang Kota
28 March 2025 |
13:00 WIB
Sutradara Mouly Surya akan menghadirkan film perang-drama berjudul Perang Kota. Film ini disajikan dengan aspek rasio 4:3, alih-alih format widescreen seperti kebanyakan sinema modern. Keputusan ini membuat tampilan visual Perang Kota terasa retro atau jadul, memberikan pengalaman menonton yang unik bagi audiens.
Aspek rasio 4:3 sendiri umumnya digunakan pada televisi Cathode Ray Tube (CRT) dan layar komputer zaman dulu. Format ini memberikan kesan klasik yang berbeda dibandingkan dengan layar lebar yang lebih umum digunakan saat ini.
Baca juga: Sutradara Mouly Surya Hadirkan Film Perang Kota, Tayang 30 April 2025 di Bioskop
Selain itu, 4:3 juga merupakan aspek rasio default dalam film seluloid 35 mm, yang menghasilkan gambar berbentuk persegi atau kotak. Penggunaan aspek rasio ini dalam Perang Kota kemungkinan bertujuan untuk menambah nuansa sinematik yang lebih intim dan autentik sesuai dengan latar cerita yang diangkat.
Ada alasan tersendiri mengapa Mouly Surya menggunakan aspek rasio 4:3 dalam film Perang Kota. Dia mengaku ingin lebih fokus pada karakter-karakter di film tersebut. Menurutnya, kebanyakan film periodik rentan membuat penonton justru lebih berfokus untuk melihat sajian set film yang megah, alih-alih fokus untuk mengikuti karakter-karakternya.
Sebaliknya, dalam film Perang Kota, Mouly justru ingin mengajak penonton bisa fokus mengikuti emosi dari karakter-karakternya yang menggerakkan cerita. Hal itu dimungkinkan dengan aspek rasio 4:3 yang membuat gambar film tidak menampilkan set dengan ruang yang lebih luas seperti format widescreen, sehingga gambar film menjadi lebih fokus pada karakternya.
"Jadi memang keputusan saya mengambil [aspek rasio] 4:3 itu adalah untuk memberikan fokus tersebut, untuk perasaan yang lebih dekat sama karakter-karakter utama di film ini," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta, baru-baru ini.
Mouly tidak menampik dengan pengaturan gambar seperti itu, dia harus lebih ekstra dalam mengatur pengambilan gambar saat proses syuting, salah satunya konsep koreografi dari para pemain. Namun, dia tetap memilih aspek rasio 4:3 agar penonton Perang Kota bisa menangkap esensi kesederhanaan dalam fim tersebut.
"Kalau seandainya saya bikin dengan format 16:9 [widescreen] rasanya nanti jadi epic banget, jadi terlalu wah istilahnya. Sedangkan saya ingin ada kesederhanaan di film ini, saya ingin ada keklasikan di film ini seperti kita menonton film lama. Rasanya enggak mau terlalu modern, jadi kurang lebih untuk menyeimbangkan itu," jelasnya.
Sutradara berusia 44 tahun itu menambahkan berbeda dengan film-film periodik lainnya, Perang Kota menawarkan kisah keseharian dari para karakternya yang berlatar di sebuah kota urban, di samping banyak adegan aksi yang cukup intens dan menegangkan.
"Ini bukan lagi film dengan cerita yang ditulis pada 1952, ini adalah cerita yang saya tulis di beberapa tahun belakangan ini. Perspektif modern tersebut sih yang menurut saya paling berbeda, dengan warna-warni fesyen vintage yang stylish, yang mungkin mempunyai rasa dan tone yang cukup berbeda," ucapnya.
Perang Kota menjadi film Indonesia layar lebar pertama yang dihadirkan Mouly selama 8 tahun terakhir, sejak merilis Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak pada 2017. Sejak itu, Mouly lebih sering menggarap film pendek, serta film Trigger Warning yang menjadi debut dirinya menyutradarai film berbahasa Inggris. Film yang tayang di Netflix itu dibintangi aktris Hollywood Jessica Alba.
Film Perang Kota mengambil latar Kota Jakarta tahun 1946, pada masa tentara sekutu datang ke Indonesia diboncengi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Kisahnya menyoroti kehidupan seorang pahlawan perang sekaligus guru bernama Isa (Chicco Jerikho).
Guru Isa dipercaya untuk memimpin misi pembunuhan petinggi kolonial Belanda guna mempertahankan kemerdekaan, dibantu oleh sahabatnya, Hazil (Jerome Kurnia), seorang pemuda tampan dan bersemangat tinggi.
Namun, di tengah krisis dan perang yang berkecamuk, cinta dan pengkhianatan hadir. Guru Isa mengalami permasalahan di ranjang perkawinannya bersama istrinya, Fatimah (Ariel Tatum). Di sisi lain, dia harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri, Hazil, yang diam-diam berupaya memenangkan hati Fatimah.
Film Perang Kota dibintangi oleh jajaran aktor dan aktris berbakat Indonesia yakni Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, dan Rukman Rosadi. Ada juga Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, dan Dea Panendra.
Menjadi ko-produksi antara Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja, film ini dibuat oleh Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures.
Sebelumnya, film Perang Kota telah world premiere di ajang International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Film tersebut menjadi penutup IFFR dan mendapatkan respons positif dari audiens global.
Kini, film Perang Kota akan tayang di bioskop Indonesia pada 30 April 2025. Tak hanya di dalam negeri, film ini juga akan tayang secara komersial di layar bioskop beberapa negara seperti Belanda, Belgia, dan Luksemburg pada 17 April 2025.
Baca juga: Alasan Mouly Surya Tertarik Adaptasi Novel Mochtar Lubis Jadi Film Perang Kota
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Aspek rasio 4:3 sendiri umumnya digunakan pada televisi Cathode Ray Tube (CRT) dan layar komputer zaman dulu. Format ini memberikan kesan klasik yang berbeda dibandingkan dengan layar lebar yang lebih umum digunakan saat ini.
Baca juga: Sutradara Mouly Surya Hadirkan Film Perang Kota, Tayang 30 April 2025 di Bioskop
Selain itu, 4:3 juga merupakan aspek rasio default dalam film seluloid 35 mm, yang menghasilkan gambar berbentuk persegi atau kotak. Penggunaan aspek rasio ini dalam Perang Kota kemungkinan bertujuan untuk menambah nuansa sinematik yang lebih intim dan autentik sesuai dengan latar cerita yang diangkat.
Ada alasan tersendiri mengapa Mouly Surya menggunakan aspek rasio 4:3 dalam film Perang Kota. Dia mengaku ingin lebih fokus pada karakter-karakter di film tersebut. Menurutnya, kebanyakan film periodik rentan membuat penonton justru lebih berfokus untuk melihat sajian set film yang megah, alih-alih fokus untuk mengikuti karakter-karakternya.
Sebaliknya, dalam film Perang Kota, Mouly justru ingin mengajak penonton bisa fokus mengikuti emosi dari karakter-karakternya yang menggerakkan cerita. Hal itu dimungkinkan dengan aspek rasio 4:3 yang membuat gambar film tidak menampilkan set dengan ruang yang lebih luas seperti format widescreen, sehingga gambar film menjadi lebih fokus pada karakternya.
"Jadi memang keputusan saya mengambil [aspek rasio] 4:3 itu adalah untuk memberikan fokus tersebut, untuk perasaan yang lebih dekat sama karakter-karakter utama di film ini," katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta, baru-baru ini.
Mouly tidak menampik dengan pengaturan gambar seperti itu, dia harus lebih ekstra dalam mengatur pengambilan gambar saat proses syuting, salah satunya konsep koreografi dari para pemain. Namun, dia tetap memilih aspek rasio 4:3 agar penonton Perang Kota bisa menangkap esensi kesederhanaan dalam fim tersebut.
"Kalau seandainya saya bikin dengan format 16:9 [widescreen] rasanya nanti jadi epic banget, jadi terlalu wah istilahnya. Sedangkan saya ingin ada kesederhanaan di film ini, saya ingin ada keklasikan di film ini seperti kita menonton film lama. Rasanya enggak mau terlalu modern, jadi kurang lebih untuk menyeimbangkan itu," jelasnya.
Sutradara berusia 44 tahun itu menambahkan berbeda dengan film-film periodik lainnya, Perang Kota menawarkan kisah keseharian dari para karakternya yang berlatar di sebuah kota urban, di samping banyak adegan aksi yang cukup intens dan menegangkan.
"Ini bukan lagi film dengan cerita yang ditulis pada 1952, ini adalah cerita yang saya tulis di beberapa tahun belakangan ini. Perspektif modern tersebut sih yang menurut saya paling berbeda, dengan warna-warni fesyen vintage yang stylish, yang mungkin mempunyai rasa dan tone yang cukup berbeda," ucapnya.
Perang Kota menjadi film Indonesia layar lebar pertama yang dihadirkan Mouly selama 8 tahun terakhir, sejak merilis Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak pada 2017. Sejak itu, Mouly lebih sering menggarap film pendek, serta film Trigger Warning yang menjadi debut dirinya menyutradarai film berbahasa Inggris. Film yang tayang di Netflix itu dibintangi aktris Hollywood Jessica Alba.
Film Perang Kota mengambil latar Kota Jakarta tahun 1946, pada masa tentara sekutu datang ke Indonesia diboncengi Belanda yang ingin kembali berkuasa. Kisahnya menyoroti kehidupan seorang pahlawan perang sekaligus guru bernama Isa (Chicco Jerikho).
Guru Isa dipercaya untuk memimpin misi pembunuhan petinggi kolonial Belanda guna mempertahankan kemerdekaan, dibantu oleh sahabatnya, Hazil (Jerome Kurnia), seorang pemuda tampan dan bersemangat tinggi.
Namun, di tengah krisis dan perang yang berkecamuk, cinta dan pengkhianatan hadir. Guru Isa mengalami permasalahan di ranjang perkawinannya bersama istrinya, Fatimah (Ariel Tatum). Di sisi lain, dia harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri, Hazil, yang diam-diam berupaya memenangkan hati Fatimah.
Film Perang Kota dibintangi oleh jajaran aktor dan aktris berbakat Indonesia yakni Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, dan Rukman Rosadi. Ada juga Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, dan Dea Panendra.
Menjadi ko-produksi antara Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina, dan Kamboja, film ini dibuat oleh Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures.
Sebelumnya, film Perang Kota telah world premiere di ajang International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Film tersebut menjadi penutup IFFR dan mendapatkan respons positif dari audiens global.
Kini, film Perang Kota akan tayang di bioskop Indonesia pada 30 April 2025. Tak hanya di dalam negeri, film ini juga akan tayang secara komersial di layar bioskop beberapa negara seperti Belanda, Belgia, dan Luksemburg pada 17 April 2025.
Baca juga: Alasan Mouly Surya Tertarik Adaptasi Novel Mochtar Lubis Jadi Film Perang Kota
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.