llustrasi pewarta foto sedang meliput sebuah unjuk rasa (sumber gambar: Unsplash/Engin Akyurt)

Begini Sikap dan Posisi Insan Pers di Tengah Gempuran AI

24 February 2025   |   16:39 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Tekonologi artificial intelligence (AI) telah meruyak ke berbagai lini kehidupan, tak terkecuali industri media. Hadirnya kecerdasan buatan ini bukan hanya menciptakan peluang, tapi juga tantangan baru bagi para jurnalis yang tidak bisa menampik perkembangan masif inovasi teknologi digital tersebut.

Implementasi AI untuk membantu kerja jurnalistik memang telah menjadi isu penting di industri media. Sejumlah perusahaan media, baik di dalam dan luar negeri pun sudah menerapkannya untuk kepentingan advetorial hingga editing berita.  

Berdasarkan data Indonesia Digital Conference (IDC) 2024, sebagaimana dikutip dari laman Aliansi Jurnalis Independen (AJI), setidaknya sudah terdapat lima media yang memanfaatkan AI dalam proses kerja di ruang redaksinya, baik segi editorial dan bisnis.

Baca juga: Artificial Intelligence (AI) Bukan Ancaman buat Pekerja Kreatif, Tetapi Teman

Agus Sudibyo, Ketua Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik, Televisi Republik Indonesia (TVRI), mengatakan AI adalah sebuah keniscayaan dalam kehidupan modern. Sebab, teknologi kecerdasan buatan dapat membantu kerja seseorang jadi lebih sangkil dan mangkus.

Dalam kerja jurnalistik, kecerdasan buatan juga sangat membantu para wartawan. Namun para pewarta, harus menggunakannya secara bijak karena teknologi ini masih memiliki banyak keterbatasan, termasuk akurasi, rentan bias, hingga informasi yang kerap sepekultif.

"Apapun yang dihasilkan dari sebuah prompt adalah proses daur ulang dari konten banyak orang. Karena itu hasil buatan orang lain, maka sangat tidak bertanggung jawab jika seseorang [jurnalis] mengklaim itu sebagai karyanya," katanya.

Agus juga mengajak insan pers untuk tidak hanya fokus pada kecanggihan dan manfaat praktis dari AI. Sebab, teknologi ini juga berpotensi mendatangkan masalah etis seperti hak cipta dan plagiasi, karena AI mengolah data dari pengguna lain.

Salah satu hal mendasar yang dilakukan jurnalis saat menggunakan AI, menurut Agus adalah memahami cara kerjanya. Dia mengungkapkan, AI adalah mesin cerdas karena selalu di-supply kelindan informasi dan model-model perilaku dari para pengguna yang kian menjamur.

"Jadi [redaksi] harus jujur mengatakan, paling tidak sekian persen karya yang dibuat adalah hasil AI. Wartawan juga jangan pernah menyerahkan hasil tulisan sepenuhnya pada AI. Harus ada akal budi, dan proses jurnalistik yang manusiawi," tegasnya.

Terkait pemanfaatan AI di lingkungan kerja jurnalistik, sejauh ini sejumlah industri media menurutnya telah menggunakan AI dalam berbagai bidang. Secara umum, terdapat tiga hal yang sudah diimplementasikan yakni proses produksi, distribusi, dan monetisasi.

Agus menambahkan, ke depannya, jika memang AI akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kerja jurnalistik adalah pengelola media harus mampu menghentikan operasi sitem AI yang dipilih, jika sistem tersebut tiba-tiba tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dan menimbulkan kerugian.
 
"AI belum bisa menghadirkan nuansa, karena dia keunggulannya hanya data. Hadirnya presenter virtual di stasiun televisi, sejauh ini juga hanya untuk ramalan cuaca, dan indeks harga saham," kata penulis buku Memahami AI: Sebuah Panduan Etik, itu.


Jurnalisme Tak Perlu Antipati terhadap AI

Pemimpin Redaksi Jogja TV, Heri Purnomo mengatakan bahwa teknologi kecerdasan buatan memiliki dampak plus-minus dalam industri media. Momen ini ditandai juga dengan peristiwa pandemi Covid-19 yang mengubah lanskap sosial di masyarakat dunia.

Syahdan, teknologi tersebut juga mulai masuk ke industri televisi dengan dimanfaatkannya presenter AI, dan voice over untuk menarik minat masyarakat. Segmentasi pasar dari penggunaan teknologi ini juga untuk menyasar gen Z dan milenial.

"Dari sisi efisiensi waktu dan biaya, AI memang memudahkan pekerja industri media. Namun, implementasinya juga harus ada tanggung jawab moral dan kode etik yang dijunjung," katanya.

Munculnya AI dan platform digital lain menurut Heri juga harus disikapi dengan bijak. Alih-alih antipati atau melihatnya sebagai ancaman, industri media justru harus ikut nimbrung agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

Kolaborasi penggunaan AI dan medsos misal, dapat dijadikan sebagai bentuk monetisasi yang memberikan keuntungan yang materil dan non materil. Sebab, informasi di media sosial justru lebih cepat sampai di masyarakat daripada berita resmi yang disiarkan televisi.

Namun yang menjadi tantangan dari implementasi ini adalah platform-platform yang dimanfaatkan, baik medsos hingga YouTube merupakan rimba bebas. Oleh karena itu, peran industri media mainstream harus lebih dapat menjadi rujukan berita yang terverifikasi.

Heri menambahkan, dalam beberapa waktu terakhir tingkat konsumsi menonton televisi masyarakat Indonesia juga terus menurun. Momen tersebut juga tak lepas dari preferensi masyarakat yang telah berpindah medium, dari yang sebelumnya televisi beralih ke gawai.

Baca juga: 4 Kesalahan Penerapan Artificial Intelligence dalam Bisnis

Berdasarkan data Reportal, mayoritas masyarakat rata-rata menonton televisi selama 3 jam 8 menit per hari secara global. Amerika Serikat mencatat durasi menonton tertinggi, mencapai 4 jam 45 menit, sedangkan Indonesia berada di peringkat ke-43 dengan rata-rata 2 jam 37 menit per hari.

Alih-alih menyajikan informasi yang bermutu, media massa, termasuk televisi saat ini juga cenderung ikut mengambil sumber berita dari media sosial. Walhasil peristiwa yang diwartakan juga hanya sebatas pemberian informasi yang sebenarnya bisa ditemukan di medsos.

"Jika ditarik ke ranah perkembangan teknologi, saya berharap AI ini bisa membantu media televisi dalam membuat konten-konten yang menarik, tapi tinggal bagaimana SDM yang ada mengeksekusinya dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang ada," katanya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ne Zha 2 Jadi Film Animasi Pertama dengan Pendapatan Global US$1,9 miliar

BERIKUTNYA

Deretan Kendaraan Terbaik dan Peluncuran Terbaru yang Mencuri Perhatian di IIMS 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: