Indonesia Krisis Talenta Keamanan Siber, Ancaman Serangan Capai 36 Juta Kasus
17 February 2025 |
15:01 WIB
Kebutuhan talenta dalam industri keamanan siber di Indonesia dinilai sangat krusial. Pasalnya, di tengah percepatan digitalisasi dan perkembangan teknologi pasca pandemi Covid-19, semakin meningkat pula jumlah serangan siber di dunia, termasuk di Tanah Air.
Berdasarkan telemetri terbaru Kaspersky sepanjang 2024, perusahaan keamanan digital itu mendeteksi dan memblokir lebih dari 36 juta upaya ancaman penjahat dunia maya di Indonesia. Data ini diperoleh dari ikhtisar ancaman tahunan berdasarkan pemrosesan dan pengumpulan data dari pengguna sukarela Kaspersky Security Network (KSN).
Baca juga: AI Bikin Hidup Lebih Mudah, Tapi Juga Buka Pintu Kejahatan Siber?
Secara umum, 35,6 persen pengguna KSN menjadi target ancaman lokal tahun lalu. Pemanfaatan statistik infeksi lokal untuk komputer pengguna KSN, dianggap merupakan indikator yang sangat penting.
Worm dan virus file merupakan penyebab sebagian besar insiden tersebut. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, dan metode offline lainnya.
Adapun secara global, Turkmenistan menempati posisi teratas dengan deteksi ancaman lokal terbanyak pada 2024, yakni sebesar 67,2 persen. Diikuti Afghanistan pada posisi kedua sebesar 62,6 persen dan Tajikistan sebesar 61,6 persen.
Memang jika dibandingkan, deteksi ancaman lokal di Indonesia terbilang rendah. Angka ancamannya pun terpantau menurun 29,44 persen jika dibandingkan periode yang sama pada 2023, dengan 51,2 juta serangan yang terdeteksi.
Kendati demikian, angka 36 juta serangan siber menurut Adrian Hia, Managing Director Kaspersky untuk wilayah Asia Pasifik, masih terbilang cukup besar. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih membutuhkan talenta siber yang berkualitas di bidangnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat Indonesia kekurangan 500.000 talenta digital per tahun. Selain itu, berdasarkan data yang diolah Kominfo dalam laporan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024, kebutuhan talenta digital nasional pada 2030 ditargetkan mencapai 12 juta orang.
“Kurangnya pengalaman langsung dapat berdampak pada bisnis. Penguatan kapasitas talenta siber, khususnya di organisasi, akan menjawab kebutuhan industri di era digital saat ini,” ujar Adrian dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Senin (17/2/2025).
Bagi organisasi di Indonesia, penting untuk memperkaya dan membangun talenta siber terbaik demi keberlanjutan bisnis mereka. Caranya yakni dengan mengedukasi karyawan dan meningkatkan literasi keamanan siber.
Karyawan harus menyadari risiko ancaman keamanan siber dan cara melindungi diri dan organisasi dari ancaman tersebut. Teknologi diketahui akan terus membentuk masa depan pekerjaan, dan bisnis harus mengimbanginya dengan meningkatkan level digital.
Keterampilan praktis layanan TI dalam mengenali tanda-tanda serangan juga membantu mengurangi beban kerja departemen infosec. Keterampilan tersebut dapat diperoleh, dengan mengikuti pelatihan keamanan siber.
Pelaku bisnis juga perlu mengambil langkah-langkah perlindungan data utama. Selalu lindungi data dan perangkat perusahaan, termasuk mengaktifkan perlindungan kata sandi, mengenkripsi perangkat kerja, dan memastikan data dicadangkan.
Selanjutnya, Adrian menyarankan untuk menggunakan produk yang memungkinkan karyawan untuk melakukan pekerjaan inti, tetapi tetap terlindungi dari malware, ransomware, pengambilalihan akun, penipuan online, dan penipuan.
Cara lain untuk mengatasi kekurangan talenta adalah dengan menggunakan alat keamanan yang tangguh dan hemat waktu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Berdasarkan telemetri terbaru Kaspersky sepanjang 2024, perusahaan keamanan digital itu mendeteksi dan memblokir lebih dari 36 juta upaya ancaman penjahat dunia maya di Indonesia. Data ini diperoleh dari ikhtisar ancaman tahunan berdasarkan pemrosesan dan pengumpulan data dari pengguna sukarela Kaspersky Security Network (KSN).
Baca juga: AI Bikin Hidup Lebih Mudah, Tapi Juga Buka Pintu Kejahatan Siber?
Secara umum, 35,6 persen pengguna KSN menjadi target ancaman lokal tahun lalu. Pemanfaatan statistik infeksi lokal untuk komputer pengguna KSN, dianggap merupakan indikator yang sangat penting.
Worm dan virus file merupakan penyebab sebagian besar insiden tersebut. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, dan metode offline lainnya.
Adapun secara global, Turkmenistan menempati posisi teratas dengan deteksi ancaman lokal terbanyak pada 2024, yakni sebesar 67,2 persen. Diikuti Afghanistan pada posisi kedua sebesar 62,6 persen dan Tajikistan sebesar 61,6 persen.
Memang jika dibandingkan, deteksi ancaman lokal di Indonesia terbilang rendah. Angka ancamannya pun terpantau menurun 29,44 persen jika dibandingkan periode yang sama pada 2023, dengan 51,2 juta serangan yang terdeteksi.
Kendati demikian, angka 36 juta serangan siber menurut Adrian Hia, Managing Director Kaspersky untuk wilayah Asia Pasifik, masih terbilang cukup besar. Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih membutuhkan talenta siber yang berkualitas di bidangnya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat Indonesia kekurangan 500.000 talenta digital per tahun. Selain itu, berdasarkan data yang diolah Kominfo dalam laporan Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024, kebutuhan talenta digital nasional pada 2030 ditargetkan mencapai 12 juta orang.
“Kurangnya pengalaman langsung dapat berdampak pada bisnis. Penguatan kapasitas talenta siber, khususnya di organisasi, akan menjawab kebutuhan industri di era digital saat ini,” ujar Adrian dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Senin (17/2/2025).
Bagi organisasi di Indonesia, penting untuk memperkaya dan membangun talenta siber terbaik demi keberlanjutan bisnis mereka. Caranya yakni dengan mengedukasi karyawan dan meningkatkan literasi keamanan siber.
Karyawan harus menyadari risiko ancaman keamanan siber dan cara melindungi diri dan organisasi dari ancaman tersebut. Teknologi diketahui akan terus membentuk masa depan pekerjaan, dan bisnis harus mengimbanginya dengan meningkatkan level digital.
Keterampilan praktis layanan TI dalam mengenali tanda-tanda serangan juga membantu mengurangi beban kerja departemen infosec. Keterampilan tersebut dapat diperoleh, dengan mengikuti pelatihan keamanan siber.
Pelaku bisnis juga perlu mengambil langkah-langkah perlindungan data utama. Selalu lindungi data dan perangkat perusahaan, termasuk mengaktifkan perlindungan kata sandi, mengenkripsi perangkat kerja, dan memastikan data dicadangkan.
Selanjutnya, Adrian menyarankan untuk menggunakan produk yang memungkinkan karyawan untuk melakukan pekerjaan inti, tetapi tetap terlindungi dari malware, ransomware, pengambilalihan akun, penipuan online, dan penipuan.
Cara lain untuk mengatasi kekurangan talenta adalah dengan menggunakan alat keamanan yang tangguh dan hemat waktu.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.