Menyalakan lampion merupakan salah satu tradisi Cap Go Meh. (Sumber gambar: Angela Roma/Pexels)

Makna Perayaan Cap Go Meh yang Jatuh pada 12 Februari 2025

12 February 2025   |   09:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Cap Go Meh yang tahun ini jatuh pada 12 Februari 2025. Perayaan yang dikenal juga dengan nama Festival Lentera China atau Yuan Xiao Jie atau Festival Yuanxiao ini menandai bulan purnama pertama di tahun China baru, dan berakhirnya periode Tahun Baru Imlek atau Festival Musim Semi.

Cap Go Meh adalah akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa. Istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien "Chap Goh Meh" yang berarti malam kelima belas. Isitilah ini umum digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Sementara di China, nama yang umum adalah festival lampion atau Yuan Xiao Jie.

Baca juga: Jadwal & Lokasi Acara Cap Go Meh di Jakarta, Solo, sampai Makassar

Perayaan Cap Go Meh biasanya terdiri dari sejumlah tradisi seperti berdoa di vihara atau klenteng, menyalakan lampion atau lentera, menikmati Tangyuan hingga menonton pertunjukan barongsai. Beberapa tradisi ini memiliki makna tersendiri menurut kepercayaan Tionghoa.

Menyalakan dan menikmati lampion merupakan kegiatan utama dari acara Cap Go Meh. Lampion biasanya akan hadir di berbagai tempat, mulai dari rumah-rumah, pusat perbelanjaan, taman, dan jalan-jalan. Secara tradisional, lampion akan berwarna merah untuk mengundang keberuntungan.

Mengutip dari China Highlights, menyalakan lampion saat perayaan Cap Go Meh menjadi simbol untuk menerangi masa depan. Ini merupakan cara bagi orang Tionghoa untuk berdoa agar mereka memiliki masa depan yang cerah, serta memanjatkan harapan terbaik bagi keluarga mereka. 

Tradisi lain yang juga dilakukan saat perayaan Cap Go Meh ialah menikmati Tangyuan atau yang lebih dikenal dengan nama ronde. Tangyuan atau Yuan Xiao adalah bola-bola beras ketan yang disantap dengan kuah rebusan gula. Makanan ini berbentuk seperti bola, terbuat dari tepung beras ketan dan diisi dengan berbagai isian, seperti gula merah, biji wijen, kacang tanah, atau kombinasi bahan-bahan lainnya. 

Tangyuan menjadi makanan yang wajib disantap pada perayaan Cap Go Meh lantaran dianggap memiliki makna yang baik. Bentuknya yang bulat melambangkan keutuhan dan kelengkapan, sementara rasanya yang manis melambangkan kehidupan yang manis dan bahagia.

Adapun, pengucapan Tangyuan yang mirip dengan 'tuanyuan' memiliki makna persatuan, sehingga melambangkan penyatuan kembali keluarga, keharmonisan, dan kebahagiaan. Orang Tionghoa percaya bahwa bentuk bulat dari Tangyuan dan mangkuk melambangkan keutuhan dan kebersamaan.

Sementara itu, tradisi lain yang juga dilakukan saat perayaan Cap Go Meh ialah menyaksikan pertunjukan barongsai. Orang Tionghoa menganggap naga dalam tarian barongsai sebagai simbol keberanian dan kekuatan serta percaya bahwa kemunculannya dapat mengusir kejahatan dan melindungi manusia serta ternak mereka. Orang China memuja naga dan menganggapnya sebagai simbol keberuntungan. 


Asal Mula Cap Go Meh

Perayaan Yuan Xiao Jie atau Cap Go Meh dimulai sekitar 2.000 tahun lalu pada masa pemerintahan Kaisar Wu dari Dinasti Han (202 SM-220 M). Menukil dari Tionghoa.com, pada masa itu, di istana tinggal seorang wanita bernama Yuan Xiao yang berasal dari daerah barat laut Ibukota Chang’An. Yuan Xiao merasa sedih lantaran terpisah dengan keluarganya.

Mendengar hal tersebut, seorang penasehat kaisar istana, Dongfang Shuo, memutuskan untuk menyamar menjadi ahli ramal di kota Chang'an. Dia mengumumkan bahwa pada tanggal 15 bulan 1 akan terjadi kebakaran hebat. Dia juga memberi tahu Kaisar Wu Di bahwa Kaisar Langit memerintahkan Dewa Api pada tanggal 15 bulan tersebut untuk membakar seisi kota.

Setelah mengetahui hal itu, Kaisar pun menjadi khawatir dan segara memanggil penasehat untuk dimintai pendapat. Sang penasehat bijaksana memberikan saran bahwa seluruh rakyat harus menggantungkan lampion merah di pintu-pintu rumah, jembatan dan jalan-jalan pada tanggal 15 bulan 1 dan menyalakan petasan serta kembang api.

Kerajaan juga akan membuat persembahan berupa makanan berbentuk bola dari tepung beras ketan yang disajikan bersama kuah manis. Konon, Dewa Api senang memakan bola ketan.

Sang penasehat memberitahu Kaisar bahwa di istana, ada seorang dayang bernama Yuan Xiao yang sangat pandai membuat makanan bola ketan, dan meminta para dayang  membawa persembahan beserta lampion sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Api. Oleh penasehat, lampion tersebut tertulis nama “Yuan Xiao”.

Akhirnya, pada tanggal 15, Chang’an menjadi merah menyala penuh lautan lampion. Diharapkan agar Kaisar Langit mengira seluruh kota telah terbakar. Yuan Xiao yang memasuki kota Chang’an dengan membawa lampion tertulis namanya, ternyata membuat keluarganya mengenali bahwa itu adalah putri mereka, Yuan Xiao yang telah lama dirindukan. Sekeluarga pun menjadi terharu dan bahagia atas pertemuan ini. Kaisar Wu Di senang, kota Chang’an menjadi aman dan damai.

Itulah asal-usul mengapa perayaan Cap Go Meh yang berlangsung setiap tanggal 15 bulan 1 pada penanggalan Tionghoa identik dengan tradisi menyalakan lampion serta membuat dan menikmati hidangan ronde. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Jackson Wang Bakal Rilis Album Magic Man 2 pada 13 Februari 2025

BERIKUTNYA

Hypereport: Dedikasi Teater untuk Seni dan Pemberdayaan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: