Cerita Gramedia x Toko Buku Akik Mengembangkan Makarya, Utamakan Browsing Experience
11 February 2025 |
20:51 WIB
Penerbit Gramedia menggandeng pemilik toko buku Akik Tomi Wibisono untuk mengonsep dan mengelola Makarya yang diluncurkan pada hari ini, Selasa (11/2/2025). Passion dan pengalamannya dalam mengelola toko buku menjadi alasan manajemen Gramedia memilihnya.
Immaculata Adhista, staf Business Development Group Penerbit Gramedia, mengungkapkan alasan perusahaan mengangkat Tomi karena dia adalah gambaran generasi yang memberikan pandangan bahwa buku masih relevan ketika disampaikan dengan cara yang berbeda.
Tidak hanya itu, dia juga terlihat mengelola toko buku dengan passion. Pengalamannya bekerja juga menunjukkan bahwa Tomi tak selalu berorientasi pada hal-hal yang bersifat transaksional di bidang ini. “Tapi memang dia mencintai apa yang dia kerjakan,” katanya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Toko Buku Makarya dari Gramedia Hadirkan Ruang Aman & Nyaman Para Pencinta Literasi
Adhista menambahkan, manajemen juga menilai bekerja sama dengan Tomi bisa menghasilkan sesuatu yang bagus untuk khalayak.
Sementara itu, Tomi menuturkan, proses kerja sama yang terjadi antara dirinya dengan Gramedia tidak terjadi begitu saja. Ada proses yang cukup panjang yang berlangsung di baliknya. Dia mengungkapkan, toko buku Akik yang dimiliki di Yogyakarta kerap dikunjungi oleh para penerbit.
Salah satunya adalah Gramedia. Pada satu waktu, salah seorang dari penerbit Gramedia datang dan menawarkan untuk membawa kenikmatan membaca buku yang ada di toko buku Akik dapat dirasakan di toko buku lainnya.
Dia menuturkan frekuensi yang sama membuat diskusi tentang toko buku kian sering terjadi. “Semakin sering ketemu, semakin punya banyak keresahan, punya banyak keinginan dan kritik. Semakin sering kritik, semakin diajak,” ujarnya.
Makarya, bisa dibilang, sebagai autokritik dari Gramedia. Dia merasa toko buka adalah ruang yang seharusnya tidak selalu transaksional. Datang untuk beli buku dan pulang setelahnya. Toko buku seharusnya menjadi titik temu, tempat healing, dan tempat melambat di dunia yang semakin cepat.
Dengan begitu, toko buku sebagai market saat ini kurang relevan. Dia pun menjadikan browsing experience sebagai
hal utama ketika membuat Makarya, termasuk di toko buku Akik.
Dia menegaskan, produk utama Makarya bukan buku melainkan browsing experience. Kondisi tersebut dapat terlihat dari penataan buku yang dirancang sedemikian rupa. Penataan buku di dalam Makarya akan membuat pengunjung selalu merasakan kebaruan dan perbedaan setiap beberapa waktu.
Konsep toko buku Makarya dengan toko buku Akik pun memiliki perbedaan. Akan tetapi, ada banyak semangat yang sama dan dibawa dari toko buku Akik ke Makarya. Kesamaan itu bukan sesuatu yang menjadi masalah karena hal baik yang menular di banyak tempat menjadi sesuatu yang bagus.
Baca juga: Kutu Buku Merapat, Cek 5 Rekomendasi Toko Buku Independen di Jakarta yang Wajib Kalian Tahu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Immaculata Adhista, staf Business Development Group Penerbit Gramedia, mengungkapkan alasan perusahaan mengangkat Tomi karena dia adalah gambaran generasi yang memberikan pandangan bahwa buku masih relevan ketika disampaikan dengan cara yang berbeda.
Tidak hanya itu, dia juga terlihat mengelola toko buku dengan passion. Pengalamannya bekerja juga menunjukkan bahwa Tomi tak selalu berorientasi pada hal-hal yang bersifat transaksional di bidang ini. “Tapi memang dia mencintai apa yang dia kerjakan,” katanya kepada Hypeabis.id.
Baca juga: Toko Buku Makarya dari Gramedia Hadirkan Ruang Aman & Nyaman Para Pencinta Literasi
Suasana di dalam toko buku Makarya (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Nadhif Alwan Kamil)
Sementara itu, Tomi menuturkan, proses kerja sama yang terjadi antara dirinya dengan Gramedia tidak terjadi begitu saja. Ada proses yang cukup panjang yang berlangsung di baliknya. Dia mengungkapkan, toko buku Akik yang dimiliki di Yogyakarta kerap dikunjungi oleh para penerbit.
Salah satunya adalah Gramedia. Pada satu waktu, salah seorang dari penerbit Gramedia datang dan menawarkan untuk membawa kenikmatan membaca buku yang ada di toko buku Akik dapat dirasakan di toko buku lainnya.
Dia menuturkan frekuensi yang sama membuat diskusi tentang toko buku kian sering terjadi. “Semakin sering ketemu, semakin punya banyak keresahan, punya banyak keinginan dan kritik. Semakin sering kritik, semakin diajak,” ujarnya.
Pengunjung di toko buku Makarya (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Nadhif Alwan Kamil)
Dengan begitu, toko buku sebagai market saat ini kurang relevan. Dia pun menjadikan browsing experience sebagai
hal utama ketika membuat Makarya, termasuk di toko buku Akik.
Dia menegaskan, produk utama Makarya bukan buku melainkan browsing experience. Kondisi tersebut dapat terlihat dari penataan buku yang dirancang sedemikian rupa. Penataan buku di dalam Makarya akan membuat pengunjung selalu merasakan kebaruan dan perbedaan setiap beberapa waktu.
Konsep toko buku Makarya dengan toko buku Akik pun memiliki perbedaan. Akan tetapi, ada banyak semangat yang sama dan dibawa dari toko buku Akik ke Makarya. Kesamaan itu bukan sesuatu yang menjadi masalah karena hal baik yang menular di banyak tempat menjadi sesuatu yang bagus.
Baca juga: Kutu Buku Merapat, Cek 5 Rekomendasi Toko Buku Independen di Jakarta yang Wajib Kalian Tahu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.