Pengunjung mengamati sejumlah keris dalam pameran Pesona Keris Nusantara di MNI. (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Menbud Resmikan Monumen Keris di Sumenep, Begini Seluk Beluknya!

03 February 2025   |   14:06 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Bagi masyarakat Sumenep, khususnya Desa Aeng Tong Tong, keris bukan hanya senjata tajam. Warisan budaya ini, selain bernilai filosofi, juga memiliki potensi ekonomi. Bahkan hingga saat ini di Pulau Garam itu tercatat setidaknya 554 empu yang terus membuat senjata tradisional keris.

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengatakan, seperti Toledo di Spanyol yang dikenal sebagai kota pandai besi, Sumenep telah lama menjadi pusat perkerisan yang menghasilkan keris-keris dengan kreativitas unik dan menawan.

Baca juga: Menelisik Sejarah Keris di Nusantara, dari Prosesi Ritual hingga Benda Pusaka

Menurutnya, dari ratusan pengrajin keris di sana,  mereka bisa menghasilkan sekitar 2.000 keris setiap bulannya, yang kemudian dijual sebagai cinderamata ataupun koleksi. Hasil tempaan tosan aji itu juga tak hanya dijual di pasar domestik, tapi juga di luar negeri.

"Jadi sangat layak jika Sumenep diakui sebagai Ibu Kota Keris Dunia," katanya dalam lawatan kerja di Desa Sendang, Kabupaten Sumenep, Madura belum lama ini.

Dalam kunjungan tersebut, Menbud bersama Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, juga turut meresmikan Monumen Keris Aria Wiraraja. Monumen ini terdiri dari tugu setinggi 17 meter yang dihiasi 45 kelopak bunga sebagai simbol kemerdekaan Indonesia.

Monumen tersebut, papar Menbud dinamai Aria Wiraraja, salah satu tokoh penting Madura pada era Kerajaan Singosari. Bentuknya, terinspirasi dari keris pusaka era Sultan Abdurrahman, yaitu keris luk-9 dengan pamor rojo abolo rojo, yang melambangkan kekuatan dan kebesaran budaya Madura.

Menbud menambahkan, selain sebagai penanda wilayah, monumen ini juga menjadi simbol identitas kebanggaan, pengakuan, dan pelestarian warisan budaya bagi masyarakat Sumenep. "Pemajuan kebudayaan seperti ini adalah contoh nyata bahwa budaya merupakan aset yang memiliki potensi ekonomi dan kebanggaan nasional," imbuhnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Fadli Zon (@fadlizon)


Sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya pelestarian budaya, Menbud juga menyerahkan sertifikat kepada para pengrajin keris. Total Fadli memberikan 102 sertifikat kompetensi panjak, edukator keris, dan pangrukti (perawat) keris kepada masyarakat dari Desa Aeng Tong Tong dan Desa Palongan, Kabupaten Sumenep.

Tak hanya itu, Menbud juga turut meresmikan Yayasan Helmi Art Museum sebagai museum keris pertama di Sumenep. Museum ini merupakan inisiatif dari Helmi, yang  terus mengedukasi masyarakat dan generasi muda di tempatnya tinggal untuk memahami lebih dalam tentang perkerisan.

"Dengan adanya monumen dan museum keris ini, kita semakin memperkuat ekosistem budaya Sumenep. Semoga inisiatif ini semakin memperkuat identitas dan jati diri masyarakat, menjadikannya kantong budaya sekaligus pusat ekonomi berbasis budaya," katanya.


Edukasi Keris

Keris merupakan senjata tradisional khas Indonesia yang juga dianggap sebagai benda pusaka. Selain sebagai senjata, keris memiliki makna budaya, spiritual, dan simbolis yang mendalam di masyarakat sejak masa silam.

Jejak sejarah keris ditemukan pada prasasti dan relief candi abad ke-9-10 Masehi. Salah satunya di Prasasti Kayumwungan (824 M), yang berada di Desa Karang Tengah, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dengan dua bahasa, yakni Sansekerta, dan Jawa Kuno.

Seiring waktu, keris kemudian menyebar ke berbagai daerah di wilayah Nusantara seperti Pulau Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara. Proses penyebarannya terjadi dalam beberapa periode, baik melalui perdagangan, hubungan politik antar kerajaan, peperangan, dan perkawinan.

Baca juga: Pameran Pesona Keris Nusantara Kenalkan Keris ke Generasi Muda

Staf Khusus Menteri Kebudayan Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya Basuki Teguh Yuwono, mengatakan generasi muda yang tertarik untuk menggeluti seluk beluk perkerisan, saat ini secara akademik sudah ada jurusannya di bangku universitas, yakni di Institut Seni Indonesia Surakarta.

Basuki, yang juga aktif di Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) menuturkan, mereka yang tertarik mempelajari keris juga bisa mengunjungi SNKI. Dengan adanya kajian ilmiah terkait dunia perkerisan ini, dia berharap masyarakat tidak terjebak pada penilaian dangkal tentang keris.

"Saat ini sudah sangat terbuka pusat-pusat edukasi perkerisan di Indonesia. Secara umum, pesona keris juga dapat dinikmati dari 3 aspek, yakni segi sejarah, estetika, dan makna nilai," katanya.

Editor: Fajar Sidik
 

SEBELUMNYA

5 Film Choi Woo Shik yang Menarik Ditonton, Terbaru Ada Melo Movie

BERIKUTNYA

Love Me, Film Baru Kristen Stewart yang Sarat Kritik terhadap Media Sosial

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: