Perhatikan Daftar Pertimbangan ini Sebelum Pindah Kerja Agar Tidak Salah Tempat
30 January 2025 |
21:30 WIB
Tren perpindahan kerja di kalangan profesional di Indonesia berpotensi semakin meningkat seiring dengan perubahan pola industri, adopsi teknologi, serta perubahan ekspektasi pekerja terhadap lingkungan kerja. Namun demikian, mencari tempat kerja baru tidaklah mudah lantaran ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan supaya tidak salah berlabuh.
Bagi Genhype yang ingin mencari peluang baru dalam berkarier, perlu terlebih dahulu memahami tantangan dan strategi yang tepat sebelum memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saat ini.
Menurut survei terbaru Linkedin tentang Riset Konsumen dan Profesional SDM Global, tujuh dari sepuluh (70%) profesional di Indonesia diketahui berencana untuk mencari pekerjaan baru pada 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya 58%.
Baca juga: Hypereport: Meningkatnya Profesi Asisten Virtual di Dunia Kerja Digital
Alasan utama di balik tren ini meliputi keinginan untuk mendapatkan gaji lebih baik, kesempatan karier yang lebih menantang, serta lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan mendukung keseimbangan kehidupan pribadi.
Meski peluangnya tersedia, lebih dari setengah responden mengatakan bahwa proses pencarian kerja menjadi lebih sulit (58%) dan memakan waktu lebih lama (59%) dalam setahun terakhir.
Persaingan yang ketat, perubahan kriteria perekrutan oleh perusahaan, serta meningkatnya penggunaan teknologi AI dalam seleksi kandidat menjadi beberapa faktor yang membuat proses hijrah pekerjaan menjadi tidak mudah.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para pencari kerja adalah fenomena ghosting dari perekrut. Sekitar 59% pencari kerja mengaku pernah mengalami situasi di mana lamaran mereka tidak mendapatkan tanggapan, meskipun sudah melalui beberapa tahap seleksi. Hal ini dapat memicu frustrasi dan kebingungan dalam mencari pekerjaan yang sesuai.
Bagi banyak orang, mencari pekerjaan kini seperti permainan peluang. Rata-rata, profesional di Indonesia menghabiskan waktu hingga 4 jam per minggu untuk mengirim sebanyak lima lamaran pekerjaan. 42% profesional percaya bahwa semakin banyak lamaran yang dikirimkan, semakin besar peluang mereka mendapat pekerjaan. Anggapan ini paling banyak berasal dari Gen Z (45%) dan Milenial (43%).
Namun, kenyataannya strategi ini justru menjadi bumerang. Sekitar 4 dari 10 (43%) profesional di Indonesia mengaku telah mengirim lebih banyak lamaran dari biasanya, tetapi tidak mendapatkan balasan. Di sisi lain, para perekrut kelelahan dengan banyaknya lamaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Sebanyak 8 dari 10 (80%) perekrut mengatakan bahwa mereka menerima lebih banyak lamaran dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi ini mengakibatkan 29?ri calon perekrut menghabiskan waktu hingga 3-5 jam dalam sehari untuk menyeleksi lamaran. Sayangnya, banyak dari mereka melaporkan bahwa dari lamaran yang diterima, tidak ada satupun yang benar-benar memenuhi kualifikasi.
Serla Rusli, LinkedIn Career Expert mengatakan bahwa di tengah persaingan job market yang kompetitif, para pencari kerja seringkali ingin melamar sebanyak mungkin untuk setiap posisi yang ada, dengan harapan peluang mendapatkan pekerjaan semakin besar.
Namun, mengirimkan lamaran terlalu banyak justru tidak akan berhasil, dan bisa membuat mereka kecewa saat menerima respons yang minim atau bahkan di-ghosting oleh para perekrut.
"Dengan semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan tahun ini, para profesional di Indonesia harus bisa beradaptasi, mengambil pendekatan baru dan lebih strategis dalam melamar pekerjaan yang sesuai dengan skill sehingga mereka dapat tampil lebih menonjol," katanya dalam keterangan tertulis.
Riset terbaru LinkedIn menunjukkan, 56% pencari kerja berharap mereka memiliki cara yang lebih efisien untuk memastikan mereka memiliki skill yang dibutuhkan. Untuk memudahkan para pencari kerja di Indonesia dalam menyesuaikan strategi, LinkedIn pun meluncurkan fitur job match terbaru yang menampilkan bagaimana skill dan pengalaman mereka cocok untuk posisi yang tersedia. Dengan begitu, para pencari kerja bisa fokus mencari pekerjaan dengan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan tanggapan.
"Cukup dengan sekali klik, para pencari kerja bisa mendapatkan info lengkap dari kualifikasi apa saja yang mereka miliki dan tidak miliki, sehingga mereka bisa memutuskan apakah perlu melamar pekerjaan tersebut atau tidak. Tersedia juga panduan tambahan dengan alat bantu bertenaga AI untuk memperbaiki CV, surat lamaran, dan melihat pekerjaan yang lebih cocok untuk mereka," tulisnya.
Di Indonesia, hampir 7 dari 10 (69%) pencari kerja terbuka terhadap peran-peran di industri atau bidang baru. Bagi yang ingin beralih atau mengeksplorasi peluang baru, laporan Jobs on the Rise terbaru dari LinkedIn menawarkan insights menarik tentang pekerjaan yang paling cepat berkembang di Indonesia selama 3 tahun terakhir.
Peringkat tahun ini mengungkap adanya peningkatan posisi untuk pekerjaan yang berfokus pada teknik keamanan, perjalanan, dan pekerjaan di sektor pelayanan karena, seperti banyak negara lain di dunia, sektor bisnis di Indonesia sudah kembali normal pascapandemi. Adapun tiga pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia Konsultan Perjalanan, Ahli Keamanan Siber, dan Analis Pusat Operasi Keamanan.
Menghadapi pasar tenaga kerja saat ini memang sulit. Namun, dengan kemauan untuk beradaptasi, pekerja profesional bisa mendapatkan lebih banyak peluang untuk mengembangkan karier. "Sekarang, kita perlu menonjolkan soft skills, seperti kemampuan beradaptasi dan komunikasi, selama proses perekrutan. Jadi, mulai luangkan waktu untuk membangun skills tersebut, salah satunya dengan LinkedIn Learning Courses, seperti Building Career Agility and Resilience in the Age of AI dan Landing a Job as a Skills-First Candidate, yang tersedia secara gratis hingga 31 Maret 2025."
Penting juga untuk memastikan profil LinkedIn selalu update, terutama di tengah pasar tenaga kerja yang kompetitif saat ini. Halaman profil sering kali menjadi tempat pertama yang dilihat oleh perekrut untuk menemukan talenta dan mempelajari kandidat. Agar terlihat menonjol, pastikan untuk mencantumkan skill di bagian pengalaman. Profil yang mencantumkan lima atau lebih skills bisa dilirik hingga 5-6 kali lebih banyak oleh perekrut dan menerima InMail dari perekrut 24 kali lebih banyak.
Untuk memudahkan pencarian peluang kerja, gunakan fitur job match baru di LinkedIn untuk memahami secara cepat bagaimana skill dan kualifikasi cocok dengan suatu lowongan pekerjaan. Fitur ini membantu pelamar untuk mengidentifikasi posisi yang paling cocok dan kemampuan yang harus ditingkatkan dengan lebih mudah.
Baca juga: Hypereport: Menilik Kondisi Pekerja dan Prospek Ekonomi Gig di Indonesia
Telusuri berbagai posisi yang sedang tren di Jobs on the Rise dari LinkedIn dan insight berharga seperti posisi yang sedang dibuka, peluang bekerja secara remote, keahlian yang paling umum untuk tiap posisi, dan kota yang paling banyak merekrut, untuk membantu pelamar mendapatkan pekerjaan berikutnya.
"Agar bisa lebih tenang dan percaya diri saat mencari peluang berikutnya, pelamar bisa melihat lencana verifikasi pada lowongan pekerjaan yang telah diverifikasi, yang kini jumlahnya mencapai setengah dari seluruh lowongan di LinkedIn."
Sebagai informasi, Riset Konsumen dan Profesional SDM Global dilakukan oleh Censuswide antara 27 November hingga 16 Desember 2024 terhadap 22.010 responden konsumen dan terhadap 8.035 profesional SDM global antara 28 November hingga 18 Desember 2024. Pasar yang disurvei meliputi Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, India, Spanyol, Brasil, Irlandia, Belanda, Singapura, Jepang, Swedia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Australia, Indonesia, dan Italia.
Bagi Genhype yang ingin mencari peluang baru dalam berkarier, perlu terlebih dahulu memahami tantangan dan strategi yang tepat sebelum memutuskan untuk keluar dari pekerjaan saat ini.
Menurut survei terbaru Linkedin tentang Riset Konsumen dan Profesional SDM Global, tujuh dari sepuluh (70%) profesional di Indonesia diketahui berencana untuk mencari pekerjaan baru pada 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yang hanya 58%.
Baca juga: Hypereport: Meningkatnya Profesi Asisten Virtual di Dunia Kerja Digital
Alasan utama di balik tren ini meliputi keinginan untuk mendapatkan gaji lebih baik, kesempatan karier yang lebih menantang, serta lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan mendukung keseimbangan kehidupan pribadi.
Meski peluangnya tersedia, lebih dari setengah responden mengatakan bahwa proses pencarian kerja menjadi lebih sulit (58%) dan memakan waktu lebih lama (59%) dalam setahun terakhir.
Persaingan yang ketat, perubahan kriteria perekrutan oleh perusahaan, serta meningkatnya penggunaan teknologi AI dalam seleksi kandidat menjadi beberapa faktor yang membuat proses hijrah pekerjaan menjadi tidak mudah.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para pencari kerja adalah fenomena ghosting dari perekrut. Sekitar 59% pencari kerja mengaku pernah mengalami situasi di mana lamaran mereka tidak mendapatkan tanggapan, meskipun sudah melalui beberapa tahap seleksi. Hal ini dapat memicu frustrasi dan kebingungan dalam mencari pekerjaan yang sesuai.
Bagi banyak orang, mencari pekerjaan kini seperti permainan peluang. Rata-rata, profesional di Indonesia menghabiskan waktu hingga 4 jam per minggu untuk mengirim sebanyak lima lamaran pekerjaan. 42% profesional percaya bahwa semakin banyak lamaran yang dikirimkan, semakin besar peluang mereka mendapat pekerjaan. Anggapan ini paling banyak berasal dari Gen Z (45%) dan Milenial (43%).
Namun, kenyataannya strategi ini justru menjadi bumerang. Sekitar 4 dari 10 (43%) profesional di Indonesia mengaku telah mengirim lebih banyak lamaran dari biasanya, tetapi tidak mendapatkan balasan. Di sisi lain, para perekrut kelelahan dengan banyaknya lamaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Sebanyak 8 dari 10 (80%) perekrut mengatakan bahwa mereka menerima lebih banyak lamaran dibandingkan dengan tahun lalu. Kondisi ini mengakibatkan 29?ri calon perekrut menghabiskan waktu hingga 3-5 jam dalam sehari untuk menyeleksi lamaran. Sayangnya, banyak dari mereka melaporkan bahwa dari lamaran yang diterima, tidak ada satupun yang benar-benar memenuhi kualifikasi.
Serla Rusli, LinkedIn Career Expert mengatakan bahwa di tengah persaingan job market yang kompetitif, para pencari kerja seringkali ingin melamar sebanyak mungkin untuk setiap posisi yang ada, dengan harapan peluang mendapatkan pekerjaan semakin besar.
Namun, mengirimkan lamaran terlalu banyak justru tidak akan berhasil, dan bisa membuat mereka kecewa saat menerima respons yang minim atau bahkan di-ghosting oleh para perekrut.
"Dengan semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan tahun ini, para profesional di Indonesia harus bisa beradaptasi, mengambil pendekatan baru dan lebih strategis dalam melamar pekerjaan yang sesuai dengan skill sehingga mereka dapat tampil lebih menonjol," katanya dalam keterangan tertulis.
Riset terbaru LinkedIn menunjukkan, 56% pencari kerja berharap mereka memiliki cara yang lebih efisien untuk memastikan mereka memiliki skill yang dibutuhkan. Untuk memudahkan para pencari kerja di Indonesia dalam menyesuaikan strategi, LinkedIn pun meluncurkan fitur job match terbaru yang menampilkan bagaimana skill dan pengalaman mereka cocok untuk posisi yang tersedia. Dengan begitu, para pencari kerja bisa fokus mencari pekerjaan dengan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan tanggapan.
"Cukup dengan sekali klik, para pencari kerja bisa mendapatkan info lengkap dari kualifikasi apa saja yang mereka miliki dan tidak miliki, sehingga mereka bisa memutuskan apakah perlu melamar pekerjaan tersebut atau tidak. Tersedia juga panduan tambahan dengan alat bantu bertenaga AI untuk memperbaiki CV, surat lamaran, dan melihat pekerjaan yang lebih cocok untuk mereka," tulisnya.
Di Indonesia, hampir 7 dari 10 (69%) pencari kerja terbuka terhadap peran-peran di industri atau bidang baru. Bagi yang ingin beralih atau mengeksplorasi peluang baru, laporan Jobs on the Rise terbaru dari LinkedIn menawarkan insights menarik tentang pekerjaan yang paling cepat berkembang di Indonesia selama 3 tahun terakhir.
Peringkat tahun ini mengungkap adanya peningkatan posisi untuk pekerjaan yang berfokus pada teknik keamanan, perjalanan, dan pekerjaan di sektor pelayanan karena, seperti banyak negara lain di dunia, sektor bisnis di Indonesia sudah kembali normal pascapandemi. Adapun tiga pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia Konsultan Perjalanan, Ahli Keamanan Siber, dan Analis Pusat Operasi Keamanan.
Tip menyesuaikan pencarian kerja 2025
Menghadapi pasar tenaga kerja saat ini memang sulit. Namun, dengan kemauan untuk beradaptasi, pekerja profesional bisa mendapatkan lebih banyak peluang untuk mengembangkan karier. "Sekarang, kita perlu menonjolkan soft skills, seperti kemampuan beradaptasi dan komunikasi, selama proses perekrutan. Jadi, mulai luangkan waktu untuk membangun skills tersebut, salah satunya dengan LinkedIn Learning Courses, seperti Building Career Agility and Resilience in the Age of AI dan Landing a Job as a Skills-First Candidate, yang tersedia secara gratis hingga 31 Maret 2025."Penting juga untuk memastikan profil LinkedIn selalu update, terutama di tengah pasar tenaga kerja yang kompetitif saat ini. Halaman profil sering kali menjadi tempat pertama yang dilihat oleh perekrut untuk menemukan talenta dan mempelajari kandidat. Agar terlihat menonjol, pastikan untuk mencantumkan skill di bagian pengalaman. Profil yang mencantumkan lima atau lebih skills bisa dilirik hingga 5-6 kali lebih banyak oleh perekrut dan menerima InMail dari perekrut 24 kali lebih banyak.
Untuk memudahkan pencarian peluang kerja, gunakan fitur job match baru di LinkedIn untuk memahami secara cepat bagaimana skill dan kualifikasi cocok dengan suatu lowongan pekerjaan. Fitur ini membantu pelamar untuk mengidentifikasi posisi yang paling cocok dan kemampuan yang harus ditingkatkan dengan lebih mudah.
Baca juga: Hypereport: Menilik Kondisi Pekerja dan Prospek Ekonomi Gig di Indonesia
Telusuri berbagai posisi yang sedang tren di Jobs on the Rise dari LinkedIn dan insight berharga seperti posisi yang sedang dibuka, peluang bekerja secara remote, keahlian yang paling umum untuk tiap posisi, dan kota yang paling banyak merekrut, untuk membantu pelamar mendapatkan pekerjaan berikutnya.
"Agar bisa lebih tenang dan percaya diri saat mencari peluang berikutnya, pelamar bisa melihat lencana verifikasi pada lowongan pekerjaan yang telah diverifikasi, yang kini jumlahnya mencapai setengah dari seluruh lowongan di LinkedIn."
Sebagai informasi, Riset Konsumen dan Profesional SDM Global dilakukan oleh Censuswide antara 27 November hingga 16 Desember 2024 terhadap 22.010 responden konsumen dan terhadap 8.035 profesional SDM global antara 28 November hingga 18 Desember 2024. Pasar yang disurvei meliputi Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, India, Spanyol, Brasil, Irlandia, Belanda, Singapura, Jepang, Swedia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Australia, Indonesia, dan Italia.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.