Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu saat memaparkan hasil survey. (Sumber gambar: Yayus Yuswoprihanto/Hypeabis.id)

Cisco Ungkap Tantangan Besar Adopsi AI di Perusahaan

15 January 2025   |   19:18 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Artificial intelligence (AI) menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan bisnis. Sayangnya, dari laporan terbaru Cisco 2024 Al Readiness Index, hanya 19 persen perusahaan di Indonesia yang siap menerapkan dan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan ini, menurun 20 persen dibandingkan tahun lalu. 

Managing Director Cisco Indonesia Marina Kacaribu menerangkan kesiapan Al menurun di beberapa pilar. Salah satu yang terbesar terjadi pada kesiapan infrastruktur. Bicara investasi AI, perusahaan butuh infrastruktur digital modern yang mampu menjawab perubahan dalam kebutuhan listrik dan persyaratan latensi jaringan akibat beban kerja AI yang semakin meningkat. 

“Hal ini harus didukung visibilitas yang tepat untuk mencapai tujuan bisnis,” sebut Marina dalam saat media briefing di bilangan Jakarta, Rabu (15/2/2025). 

Baca juga: Ancaman Siber Semakin Canggih, Indonesia Harus Siaga Hadapi Serangan AI

Tantangan berikutnya yakni keamanan siber. Hanya 34 persen perusahaan memiliki GPU yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan Al saat ini dan di masa yang akan datang. 

Dari sisi keamanan siber, perusahaan selaiknya memiliki infrastruktur untuk melindungi data dalam model Al dengan enkripsi yang menyeluruh, audit keamanan, pengawasan berkelanjutan, dan respons yang cepat terhadap ancaman. “Jadi AI for security dan security for AI,” ujar Marina.

Kemudian yang masih menjadi tantangan dalam penerapan AI adalah manajemen data. Menurutnya, banyak perusahaan yang tidak memiliki pusat data dan bagaimana kebijakan terhadap penggunaan serta keamanan data itu sendiri.

Tantangan lain yang patut diperhatikan yakni kurangnya talenta terampil. Perusahaan-perusahaan menyoroti hal ini sebagai tantangan utama di seluruh infrastruktur, data, dan tata Kelola. 

Anupam Trehan, VP People and Communities APJC Cisco, mengatakan ketika kompetisi mengadopsi Al semakin cepat, talenta akan menjadi faktor pembeda utama bagi berbagai perusahaan. “Telah terjadi kekurangan talenta terampil dalam berbagai aspek Al,” tuturnya. 

Dengan demikian, perusahaan harus berinvestasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mahir AI. Pada saat yang sama, semua pemangku kepentingan baik sektor privat, publik, institusi pendidikan, dan pemerintah, harus bekerja sama mengembangkan talenta lokal. 
 

Urgensi Adopsi AI 

Data Cisco juga mengungkap bahwa hampir semua perusahaan (99 persen) melaporkan peningkatan urgensi untuk menerapkan Al pada tahun ini, yang sebagian besar didorong oleh CEO dan tim pemimpin. Dalam satu tahun terakhir, Al telah menjadi prioritas alokasi anggaran di banyak perusahaan di Indonesia. 

Sebanyak 52 persen perusahaan mengaku mengalokasikan 10-30 persen dari anggaran IT untuk proyek Al. Investasi Al juga difokuskan pada tiga area strategis yakni keamanan siber (60 persen perusahaan berada di fase penerapan lengkap/tingkat lanjut), infrastruktur IT (59 persen) serta analisis dan manajemen data (48 persen). 

Adapun, tiga hasil utama yang ingin mereka raih adalah meningkatkan efisiensi sistem proses, operasional dan profitabilitas. Kemudian, kemampuan untuk berinovasi dan tetap kompetitif, serta menciptakan pengalaman yang lebih baik untuk pelanggan dan mitra.

Meskipun investasi meningkat, rata-rata lebih dari seperempat responden mengatakan mereka tidak melihat adanya hasil, atau hasilnya tidak sesuai dengan harapan, dalam menambah serta membantu mengotomatisasi proses atau operasional saat ini. 

Sebagai informasi, laporan Cisco disusun berdasarkan survei objektif (double-blind) yang dilakukan terhadap 3.660 pemimpin senior bisnis dari perusahaan yang memiliki 500 atau lebih karyawan di 14 pasar, khususnya area Asia Pasifik, Jepang dan China (APJC). 

Para pemimpin ini bertanggung jawab atas integrasi dan penerapan Al di perusahaan mereka. Indeks kesiapan Al ini diukur berdasarkan enam pilar, yakni strategi, infrastruktur, data, tata kelola, talenta, dan budaya. 

Baca juga: Tools AI Paling Populer Sepanjang 2024, ChatGPT Nomor 1  

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

TransNusa Luncurkan Rute Internasional Denpasar-Perth, Tiket Mulai Rp1,8 Juta

BERIKUTNYA

Cek Spoiler Daftar Gim yang Akan Tersedia di Nintendo Switch 2

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: