Film Horor Bayang-bayang Anak Jahanam, Karya Sinematografi Apik Para Pemenang Piala Citra FFI
13 January 2025 |
20:30 WIB
Film Bayang-bayang Anak Jahanam siap tayang mulai 16 Januari 2025 di bioskop seluruh Indonesia. Sinema horor produksi Anami Films tersebut mengisahkan anak laki-laki misterius yang membawa malapetaka untuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Film ini diproduseri oleh Prakash Chugani, Deepak Chugani, Dilip Chugani, dan Sanjeev Bhalla. Sementara deretan pemerannya ada Taskya Namya, Ali Fikry, dan Rizky Hanggono, serta aktor dan aktris kawakan lainnya seperti Maryam Supraba, Ruth Marini, Adlu Fahrezy, hingga almarhum Yayu Unru.
Baca juga: Ini Daftar Film Horor Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
Mengisahkan tentang Agni (Ali Fikry), seorang anak yang kelahirannya begitu dinanti-nantikan oleh kedua orang tuanya yakni Gina (Taskya Namya) dan Gani (Rizky Hanggono). Akan tetapi, kelahirannya justru mengancam keselamatan keluarganya.
Pada masa kehamilannya, Gina sempat terancam akan kehilangan Agni. Dia pun disarankan untuk mengikuti ritual sebuah sekte di hutan jika ingin Agni tetap bisa lahir dan hidup. Namun, Agni justru tumbuh menjadi anak yang berbeda dengan anak lainnya.
Di sekolah, Agni mencelakai temannya, bahkan menggambar hal yang membuat gurunya takut karena tidak lazim. Gani tidak tahu tentang ritual yang dijalani sang istri, sampai akhirnya keluarga mereka mengalami teror nyata yang mengancam nyawa.
Pada sesi press screening pada Senin (13/1/2025) di bioskop CGV Grand Indonesia, tim produksi beserta jajaran pemain mengungkapkan proses kreatif di balik penggarapan film Bayang-bayang Anak Jahanam yang banyak memperlihatkan sinematografi apik.
Tampak pada beberapa adegan ada mobil yang jatuh dari tebing, ledakan di set karnaval dan minimarket, serta set ritual sekte yang dibangun dengan mengesankan, membangkitkan unsur kengerian tersendiri.
"Horor menurut saya adalah permainan emosi manusia tentang kecemasan dan ketakutan, ini yang saya coba dekati dengan elemen sinematografi seperti cahaya, kontras, gerakan kamera dan lainnya," ujar Yudi Datau.
Yudi menambahkan, dari segi cerita film ini sangat terhubung dengan masyarakat Indonesia. Setelah mendalami naskahnya, dia menemukan bagaimana cinta bisa berdampingan dengan keputusasaan manusia. Tanpa disadari manusia berdekatan dengan hal hal yang melawan takdir seperti bermain dengan dunia magis dan mitologi.
"Hal itu yang coba saya terjemahkan lewat elemen-elemen fotografi, mengikuti seorang ibu di fase kehamilannya lalu keguguran, kemudian membuat penjanjian dengan setan sampai akhirnya kehidupannya berubah menjadi kehancuran," ujarnya.
Tiga fase tersebut dikemas oleh Yudi Datau dengan memperlihatkan unsur-unsur kegelapan yang lama kelamaan semakin gelap. Atmosfer ini juga terasa makin hidup dengan scoring berupa efek suara menegangkan dan musik misterius. Belum lagi tembang Jawa yang menciptakan nuansa magis saat adegan ritual sekte di tengah hutan.
Adapun produser Bayang-bayang Anak Jahanam, Sanjeev Bhala menekankan bahwa kualitas dalam penggarapan film menjadi aspek utama yang sangat penting bagi seluruh tim produksi.
"Kami melakukan riset pasar untuk mencoba memahami film apa yang benar-benar diinginkan penonton, mulai dari menemukan naskah, mengkasting pemain, dan kru yang solid," katanya.
Lebih lanjut dia memaparkan, ini menunjukan kualitas desain produksi film yang digarap secara maksimal dan matang dari tangan para kru yang berkualitas dan telah terbukti rekam jejaknya.
Senada dengan Sanjeev, produser Dilip Chugani juga ingin mencapai level maksimal dengan melibatkan para talenta yang memiliki rekam jejak panjang di industri perfilman. Di antaranya Pemenang Piala Citra FFI untuk Scoring Orisinal Terbaik Abel Hurray, Peraih Piala Citra FFI untuk Skenario Adaptasi Terbaik Rahabi Mandra, dan Pemenang empat Piala Citra FFI untuk Pengarah Sinematografi Terbaik Yudi Datau.
"Sehingga secara kualitas, bukan saja terletak pada cerita atau aktornya saja, tapi desain produksi sampai keseluruhan film untuk menciptakan film horor yang beda di industri perfilman Indonesia," kata Dilip.
Menariknya, proses syuting film Bayang-bayang Anak Jahanam sempat tertunda beberapa tahun, sampai akhirnya dilanjutkan kembali dan resmi tayang di awal 2025.
"Kita awal syuting 2018 di Banyuwangi dan sempat tertunda beberapa tahun karena pandemi Covid-19," kata Yudi Datau, Pengarah Sinematografi film.
Tim produksi sepakat untuk tidak melakukan pengambilan ulang gambar, salah satunya adegan ledakan di karnaval. Pasalnya untuk membangun pasar malam dengan banyak orang di dalamnya tentu butuh banyak usaha dan waktu yang tidak sebentar. Sinematografer film Kuldesak tersebut memaparkan, dia hanya memperkaya detail-detail adegan saja lewat penyuntingan.
Baca juga: Sutradara Dyan Sunu Ungkap Proses Produksi Film Ketindihan, Usung Tema Horor Urban
Di samping itu, adegan di karnaval juga menampilkan mendiang Yayu Unru yang berperan sebagai Sulaiman, sesosok pria misterius berbaju serba hitam. Aktor senior tersebut meninggal dunia pada 8 Desember 2023 di usianya yang ke-61 tahun. Menjadikan film ini sebagai bagian dari legasinya sepanjang rekam jejaknya di kancah perfilman Indonesia.
Salah satu pemeran Bayang-bayang Anak Jahanam, Ali Fikry merasa bangga bisa berkesempatan untuk beradu akting dengan legenda di industri perfilman Tanah Air tersebut.
"Om Yayu, beliau aktor yang sangat berpengalaman, disiplin, dan totalitas dalam akting, selain itu juga rendah hati dan mau membimbing para pemain lainnya," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Film ini diproduseri oleh Prakash Chugani, Deepak Chugani, Dilip Chugani, dan Sanjeev Bhalla. Sementara deretan pemerannya ada Taskya Namya, Ali Fikry, dan Rizky Hanggono, serta aktor dan aktris kawakan lainnya seperti Maryam Supraba, Ruth Marini, Adlu Fahrezy, hingga almarhum Yayu Unru.
Baca juga: Ini Daftar Film Horor Indonesia Terlaris Sepanjang Masa
Mengisahkan tentang Agni (Ali Fikry), seorang anak yang kelahirannya begitu dinanti-nantikan oleh kedua orang tuanya yakni Gina (Taskya Namya) dan Gani (Rizky Hanggono). Akan tetapi, kelahirannya justru mengancam keselamatan keluarganya.
Pada masa kehamilannya, Gina sempat terancam akan kehilangan Agni. Dia pun disarankan untuk mengikuti ritual sebuah sekte di hutan jika ingin Agni tetap bisa lahir dan hidup. Namun, Agni justru tumbuh menjadi anak yang berbeda dengan anak lainnya.
Di sekolah, Agni mencelakai temannya, bahkan menggambar hal yang membuat gurunya takut karena tidak lazim. Gani tidak tahu tentang ritual yang dijalani sang istri, sampai akhirnya keluarga mereka mengalami teror nyata yang mengancam nyawa.
Pada sesi press screening pada Senin (13/1/2025) di bioskop CGV Grand Indonesia, tim produksi beserta jajaran pemain mengungkapkan proses kreatif di balik penggarapan film Bayang-bayang Anak Jahanam yang banyak memperlihatkan sinematografi apik.
Tampak pada beberapa adegan ada mobil yang jatuh dari tebing, ledakan di set karnaval dan minimarket, serta set ritual sekte yang dibangun dengan mengesankan, membangkitkan unsur kengerian tersendiri.
"Horor menurut saya adalah permainan emosi manusia tentang kecemasan dan ketakutan, ini yang saya coba dekati dengan elemen sinematografi seperti cahaya, kontras, gerakan kamera dan lainnya," ujar Yudi Datau.
Yudi menambahkan, dari segi cerita film ini sangat terhubung dengan masyarakat Indonesia. Setelah mendalami naskahnya, dia menemukan bagaimana cinta bisa berdampingan dengan keputusasaan manusia. Tanpa disadari manusia berdekatan dengan hal hal yang melawan takdir seperti bermain dengan dunia magis dan mitologi.
"Hal itu yang coba saya terjemahkan lewat elemen-elemen fotografi, mengikuti seorang ibu di fase kehamilannya lalu keguguran, kemudian membuat penjanjian dengan setan sampai akhirnya kehidupannya berubah menjadi kehancuran," ujarnya.
Tiga fase tersebut dikemas oleh Yudi Datau dengan memperlihatkan unsur-unsur kegelapan yang lama kelamaan semakin gelap. Atmosfer ini juga terasa makin hidup dengan scoring berupa efek suara menegangkan dan musik misterius. Belum lagi tembang Jawa yang menciptakan nuansa magis saat adegan ritual sekte di tengah hutan.
Adapun produser Bayang-bayang Anak Jahanam, Sanjeev Bhala menekankan bahwa kualitas dalam penggarapan film menjadi aspek utama yang sangat penting bagi seluruh tim produksi.
"Kami melakukan riset pasar untuk mencoba memahami film apa yang benar-benar diinginkan penonton, mulai dari menemukan naskah, mengkasting pemain, dan kru yang solid," katanya.
Lebih lanjut dia memaparkan, ini menunjukan kualitas desain produksi film yang digarap secara maksimal dan matang dari tangan para kru yang berkualitas dan telah terbukti rekam jejaknya.
Senada dengan Sanjeev, produser Dilip Chugani juga ingin mencapai level maksimal dengan melibatkan para talenta yang memiliki rekam jejak panjang di industri perfilman. Di antaranya Pemenang Piala Citra FFI untuk Scoring Orisinal Terbaik Abel Hurray, Peraih Piala Citra FFI untuk Skenario Adaptasi Terbaik Rahabi Mandra, dan Pemenang empat Piala Citra FFI untuk Pengarah Sinematografi Terbaik Yudi Datau.
"Sehingga secara kualitas, bukan saja terletak pada cerita atau aktornya saja, tapi desain produksi sampai keseluruhan film untuk menciptakan film horor yang beda di industri perfilman Indonesia," kata Dilip.
Proses Syuting yang Tertunda
Menariknya, proses syuting film Bayang-bayang Anak Jahanam sempat tertunda beberapa tahun, sampai akhirnya dilanjutkan kembali dan resmi tayang di awal 2025."Kita awal syuting 2018 di Banyuwangi dan sempat tertunda beberapa tahun karena pandemi Covid-19," kata Yudi Datau, Pengarah Sinematografi film.
Tim produksi sepakat untuk tidak melakukan pengambilan ulang gambar, salah satunya adegan ledakan di karnaval. Pasalnya untuk membangun pasar malam dengan banyak orang di dalamnya tentu butuh banyak usaha dan waktu yang tidak sebentar. Sinematografer film Kuldesak tersebut memaparkan, dia hanya memperkaya detail-detail adegan saja lewat penyuntingan.
Baca juga: Sutradara Dyan Sunu Ungkap Proses Produksi Film Ketindihan, Usung Tema Horor Urban
Di samping itu, adegan di karnaval juga menampilkan mendiang Yayu Unru yang berperan sebagai Sulaiman, sesosok pria misterius berbaju serba hitam. Aktor senior tersebut meninggal dunia pada 8 Desember 2023 di usianya yang ke-61 tahun. Menjadikan film ini sebagai bagian dari legasinya sepanjang rekam jejaknya di kancah perfilman Indonesia.
Salah satu pemeran Bayang-bayang Anak Jahanam, Ali Fikry merasa bangga bisa berkesempatan untuk beradu akting dengan legenda di industri perfilman Tanah Air tersebut.
"Om Yayu, beliau aktor yang sangat berpengalaman, disiplin, dan totalitas dalam akting, selain itu juga rendah hati dan mau membimbing para pemain lainnya," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.