Pengamat: Kurikulum Keselamatan Berlalu Lintas Penting untuk Lindungi Generasi Muda
13 January 2025 |
07:30 WIB
Meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda, menjadi perhatian serius bagi pengamat transportasi. Mereka menilai pentingnya pendidikan keselamatan berlalu lintas yang dimulai sejak usia dini sebagai langkah untuk mengurangi risiko di jalan raya.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menegaskan perlunya kurikulum khusus yang fokus pada keselamatan berlalu lintas. Menurutnya, pendidikan ini tidak hanya membangun kesadaran tetapi juga menanamkan etika berlalu lintas yang baik sejak dini.
Baca juga: Agar Selamat, Jaga 5 Etika Ini saat Berkendara
“Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat memahami dan menghargai pentingnya keselamatan di jalan,” katanya dalam pesan yang dikutip Hypeabis.id pada Senin (13/1/2025).
Dia menuturkan, pengemudi yang memperoleh pendidikan tentang keselamatan berlalu lintas sejak usia dini diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan yang terjadi di dalam negeri.
Tidak hanya itu, kurikulum tersebut juga dapat membentuk generasi pengendara yang lebih disiplin dan bertanggung jawab, menciptakan tertib berlalu lintas pada masa depan, dan mencegah pelajar menjadi korban sekaligus tersangka dari kasus kecelakaan.
Kemudian, tujuan pendidikan tersebut juga untuk peningkatan awareness dari generasi muda tertib lalu lintas, mengetahui arti rambu-rambu jalan, dan memahami cara berkendara yang baik.
“Tujuan akhirnya adalah untuk membangun generasi sadar keselamatan berlalu lintas sejak dini, sebagai langkah awal menuju Indonesia emas 2045,” kata Djoko.
Dia juga mengingatkan, Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Data Korlantas Polri pada 2024 menunjukkan bahwa ada sebanyak 39,48 persen pengemudi dengan usia 6-25 tahun (Pelajar/mahasiswa) yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa pengemudi lain yang mengalami kecelakaan terbanyak kedua adalah kelompok usia 25-55 tahun atau orang dengan usia produktif, yakni 39,26 persen.
Setiap tahun, ada ribuan orang meninggal dunia dan banyak orang mengalami luka-luka di jalan raya akibat kecelakaan. Kondisi tersebut juga berdampak luas terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
Djoko menegaskan, Indonesia dapat melihat Jepang yang berhasil menurunkan angka kecelakaan melalui pendidikan sehingga menjadi sangat rendah seperti saat ini. Jepang pernah menjadi negara dengan angka kecelakaan tinggi pada 1970an.
Mereka pun memutuskan untuk membangun budaya keselamatan berlalu lintas melalui pendidikan yang efektif guna menurunkan angka kecelakaan di jalan raya. Pemerintah Jepang mengharuskan semua orang menerima pendidikan keselamatan berlalu lintas, termasuk pengguna sepeda dan lansia.
Jika pada 1970-an ada 16.765 orang meninggal dunia di jalan raya, data 2003 menunjukkan ada 8.632 nyawa hilang atau turun sebesar 50,34 persen. Pada 2020, jumlah korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan juga turun menjadi 2.389 orang.
Angka orang yang meninggal akibat kecelakaan terus mengalami penurunan pada 2021 dan 2023 masing-masing 2.636 orang dan 2.618 orang. Selain pendidikan, pemerintah Jepang juga melakukan kampanye keselamatan berlalu lintas secara masif.
“Meskipun ada hampir lima kali lebih banyak mobil di jalan pada hari ini dibandingkan 1970, hanya ada sepertiga kematian akibat lalu lintas,” ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menegaskan perlunya kurikulum khusus yang fokus pada keselamatan berlalu lintas. Menurutnya, pendidikan ini tidak hanya membangun kesadaran tetapi juga menanamkan etika berlalu lintas yang baik sejak dini.
Baca juga: Agar Selamat, Jaga 5 Etika Ini saat Berkendara
“Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat memahami dan menghargai pentingnya keselamatan di jalan,” katanya dalam pesan yang dikutip Hypeabis.id pada Senin (13/1/2025).
Dia menuturkan, pengemudi yang memperoleh pendidikan tentang keselamatan berlalu lintas sejak usia dini diharapkan dapat menurunkan angka kecelakaan yang terjadi di dalam negeri.
Tidak hanya itu, kurikulum tersebut juga dapat membentuk generasi pengendara yang lebih disiplin dan bertanggung jawab, menciptakan tertib berlalu lintas pada masa depan, dan mencegah pelajar menjadi korban sekaligus tersangka dari kasus kecelakaan.
Kemudian, tujuan pendidikan tersebut juga untuk peningkatan awareness dari generasi muda tertib lalu lintas, mengetahui arti rambu-rambu jalan, dan memahami cara berkendara yang baik.
“Tujuan akhirnya adalah untuk membangun generasi sadar keselamatan berlalu lintas sejak dini, sebagai langkah awal menuju Indonesia emas 2045,” kata Djoko.
Dia juga mengingatkan, Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dengan tingginya angka kecelakaan lalu lintas. Data Korlantas Polri pada 2024 menunjukkan bahwa ada sebanyak 39,48 persen pengemudi dengan usia 6-25 tahun (Pelajar/mahasiswa) yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa pengemudi lain yang mengalami kecelakaan terbanyak kedua adalah kelompok usia 25-55 tahun atau orang dengan usia produktif, yakni 39,26 persen.
Setiap tahun, ada ribuan orang meninggal dunia dan banyak orang mengalami luka-luka di jalan raya akibat kecelakaan. Kondisi tersebut juga berdampak luas terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
Djoko menegaskan, Indonesia dapat melihat Jepang yang berhasil menurunkan angka kecelakaan melalui pendidikan sehingga menjadi sangat rendah seperti saat ini. Jepang pernah menjadi negara dengan angka kecelakaan tinggi pada 1970an.
Mereka pun memutuskan untuk membangun budaya keselamatan berlalu lintas melalui pendidikan yang efektif guna menurunkan angka kecelakaan di jalan raya. Pemerintah Jepang mengharuskan semua orang menerima pendidikan keselamatan berlalu lintas, termasuk pengguna sepeda dan lansia.
Jika pada 1970-an ada 16.765 orang meninggal dunia di jalan raya, data 2003 menunjukkan ada 8.632 nyawa hilang atau turun sebesar 50,34 persen. Pada 2020, jumlah korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan juga turun menjadi 2.389 orang.
Angka orang yang meninggal akibat kecelakaan terus mengalami penurunan pada 2021 dan 2023 masing-masing 2.636 orang dan 2.618 orang. Selain pendidikan, pemerintah Jepang juga melakukan kampanye keselamatan berlalu lintas secara masif.
“Meskipun ada hampir lima kali lebih banyak mobil di jalan pada hari ini dibandingkan 1970, hanya ada sepertiga kematian akibat lalu lintas,” ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.