Ilustrasi profesi fotografer (Sumber gambar: Pexels/George Milton)

Getty Images dan Shutterstock Merger, Apa Dampaknya Bagi Fotografer?

10 January 2025   |   12:38 WIB
Image
Aldehead Marinda M. U. Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Pengumuman merger dua perusahaan media stok yakni Getty Images dan Shutterstock pada awal Januari 2025 menjadi topik hangat yang dibicarakan di jagat dunia maya. Perbincangannya tak hanya terjadi di kalangan pencinta fotografi tapi juga bidang-bidang lain yang terkait. 

Getty Images, yang didirikan pada 1995, telah berkembang menjadi salah satu penyedia stok foto, video, dan musik terbesar di dunia saat ini. Dengan perpustakaan yang luas dan memiliki lebih dari 80 juta gambar tersedia, platform itu telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam industri secara spesifik soal stok konten visual.

Perusahaan ini mengoperasikan beberapa anak perusahaan, termasuk iStock dan Unsplash, yang memperluas jangkauan dan penawarannya kepada audiens di penjuru Bumi.

Tak kalah kuat Shutterstock, yang didirikan pada 2003 dengan cepat muncul sebagai rival Getty Images untuk urusan perusahaan media stok. Portofolio mereka lebih luas lagi, dengan lebih dari 530 juta aset yang tersedia untuk dilisensikan, termasuk gambar, video, trek musik, dan model 3D.

Shutterstock juga telah merambah ke kemitraan AI terutama bersama OpenAI. Untuk memanfaatkan teknologi AI dalam pembuatan konten dan meningkatkan penawaran layanannya. 

Baca juga: Masih Adakah Peluang Fotografer di Era AI? Begini Kata Arbain Rambey & Co-founder Erigo

Penggabungan kedua perusahaan, di satu sisi cukup menimbulkan kekhawatiran di kalangan fotografer. Secara khusus Kaptur mencatat, Getty Images dan Shutterstock telah menjadi perusahaan pionir yang menurunkan harga lisensi dalam industri fotografi stok.

Dengan penggabungan keduanya, ada kekhawatiran bahwa tren ini akan terus berlanjut atau bahkan lebih buruk ke depannya. Nantinya, perusahaan dapat memanfaatkan dominasi pasarnya untuk memengaruhi strategi penetapan harga secara signifikan. Di sisi lain laporan Artnet menyebut bahwa merger ini memberikan potensi manfaat dan tantangan yang beragam.

Craig Peters, CEO Getty Images, telah meyakinkan para kontributor bahwa penggabungan ini bertujuan untuk memperluas jangkauan untuk jenis dan format aset media baru di kedua platform. Hal ini dapat diterjemahkan secara positif, bahwa fotografer dapat memiliki aliran pendapatan baru karena perusahaan berinvestasi dalam pembuatan konten yang inovatif.

Namun demikian, banyak fotografer yang menyatakan keraguannya mengenai apakah konsolidasi ini akan benar-benar menguntungkan mereka atau justru memperburuk masalah yang sudah ada. Salah satunya adalah rendahnya tingkat kompensasi yang diterima. 

Kedua perusahaan telah menekankan komitmen mereka untuk berinvestasi dalam teknologi khususnya AI yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Hal ini termasuk menyempurnakan kemampuan AI yang dapat menyederhanakan alur kerja bagi para kreator dan konsumen kedua platform sebelumnya.

“Integrasi sebesar ini secara obyektif sangat kompleks. Akibatnya, pemain yang lebih kecil (perusahaan media stok lebih kecil ketimbang Getty Images dan Shutterstock) yang lebih mampu memenuhi kebutuhan pelanggan mereka akan memiliki kesempatan untuk mengambil pangsa pasar,” TJ Leonard, CEO Storyblocks seperti dikutip Forbes

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

J-Hope Umumkan Tur Solo Perdana Hope On The Stage, Bakal Konser di Jakarta Mei 2025

BERIKUTNYA

Pengumuman Nominasi Piala Oscar 2025 Ditunda Akibat Kebakaran di Los Angeles

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: