Mengenal Penyakit Afasia Mulai dari Gejala sampai Penanganannya
01 January 2025 |
16:30 WIB
Penyakit afasia belakangan ini banyak dibicarakan, terutama setelah kabar tentang aktris China, Zhao Lusi, yang didiagnosis dengan kondisi ini. Afasia mengganggu kemampuan seseorang untuk berbicara, memahami percakapan, membaca, dan menulis.
Mengutip National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, umumnya di sisi kiri otak. Kerusakan pada area ini dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti stroke atau cedera kepala, dan dapat memengaruhi kemampuan komunikasi sehari-hari seseorang.
Baca juga: Aktris China Zhao Lusi Didiagnosa Penyakit Afasia, Simak Penyebabnya
Pengidap afasia seringkali keliru dalam memilih atau merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang benar. Mereka juga kurang bisa menangkap dan memahami perkataan orang lain. Meski demikian, gangguan dalam berkomunikasi ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan dan daya ingat.
Berdasarkan National Aphasia Association (NAA), terdapat beberapa tipe afasia yang masing-masing memiliki gejala berbeda. Simak penjelasan berikut ini.
Afasia Broca (non-fluent aphasia): Ditandai dengan kemampuan berbicara yang terbatas pada kalimat pendek dan sederhana. Kosakata yang dimiliki sangat sedikit, kurang dari empat kata dan pengucapan katanya sering sulit dan terdengar tidak lancar.
Penderita Afasia Broca biasanya dapat memahami pembicaraan dengan cukup baik dan bisa membaca, tetapi kesulitan dalam menulis. Afasia Broca sering disebut sebagai 'afasia tidak lancar' karena cara bicaranya terputus-putus dan membutuhkan banyak usaha.
Mixed non-fluent aphasia: Istilah ini digunakan pada pasien yang bicaranya terbatas dan terputus-putus, mirip dengan afasia Broca yang parah. Namun, bedanya mereka mereka kurang memahami pembicaraan dan tidak dapat membaca atau menulis lebih dari tingkat sekolah dasar.
Afasia Wernicke (fluent aphasia): Penderita dapat berbicara dengan lancar, tetapi seringkali menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak masuk akal, dan kesulitan memahami pembicaraan orang lain. Oleh karena itu, Afasia Wernicke disebut sebagai 'afasia lancar'.
Afasia Global: Merupakan bentuk afasia yang paling parah, di mana penderita memiliki keterbatasan dalam berbicara dan memahami bahasa. Merek juga tidak dapat membaca maupun menulis.
Gejalanya sering kali terlihat segera setelah pasien mengalami stroke dan dapat membaik dengan cepat jika kerusakannya tidak terlalu luas. Namun, dengan kerusakan otak yang lebih besar, kecacatan yang parah dan berkepanjangan mungkin saja bisa terjadi.
Afasia Anomic: Penderitanya tidak mampu menemukan kata-kata untuk hal yang ingin mereka bicarakan terutama kata benda dan kata kerja yang penting. Akibatnya, ucapan mereka meskipun lancar dalam bentuk tata bahasa dan output, namun penuh dengan pernyataan berputar-putar dan ekspresi yang frustrasi.
Mereka memahami pembicaraan dengan baik dan dalam kebanyakan kasus dapat membaca dengan cukup baik. Hanya saja kesulitan dalam menemukan kata-kata baik dalam berbicara maupun menulis.
Afasia Progresif Primer (PPA): Ini adalah sindrom neurologis di mana kemampuan bahasa secara perlahan dan progresif terganggu. Berbeda dengan bentuk afasia lainnya yang disebabkan oleh stroke atau cedera otak, PPA disebabkan oleh penyakit neurodegeneratif, seperti Penyakit Alzheimer atau Degenerasi Lobus Frontotemporal.
PPA terjadi akibat kerusakan jaringan otak yang penting untuk berbicara dan berbahasa. Gejala pertama yang muncul adalah masalah dengan bicara dan bahasa, namun ada juga gejala lain yang terkait dengan penyakit yang mendasarinya, seperti kehilangan ingatan.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami afasia atau tidak, diagnosis oleh dokter melalui serangkaian tes untuk mengukur kemampuan pasien dalam menulis, membaca, berbicara, memahami percakapan, dan ekspresi verbal.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemindaian untuk mendeteksi kerusakan di otak dan tingkat keparahannya. Pemindaian bisa dilakukan dengan MRI, CT scan, atau positron emission tomography (PET scan).
Beberapa orang dengan afasia dapat pulih sepenuhnya tanpa perawatan jika kerusakan otak tergolong ringan. Namun, jika afasia yang diderita cukup berat, dokter akan memberikan penanganan.
Misalnya terapi wicara dan bahasa untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca, menulis, dan mengikuti suatu perintah. Selain itu, pasien juga akan diajarkan cara berkomunikasi dengan gerakan atau gambar.
Terapi ini akan meningkatkan kemampuan komunikasi dengan memanfaatkan kemampuan bahasa yang masih ada, memulihkan fungsi bahasa yang hilang, dan mempelajari cara komunikasi alternatif, seperti menggunakan isyarat atau bantuan perangkat elektronik.
Dokter juga akan meresepkan obat untuk mengatasi afasia. Cara kerjanya dengan melancarkan aliran darah ke otak, mencegah berlanjutnya kerusakan otak, dan menambah jumlah senyawa kimia yang berkurang di otak.
Prosedur operasi juga dapat dilakukan jika afasia disebabkan oleh tumor otak. Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor otak sehingga afasia dapat tertangani dengan baik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Mengutip National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD), afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, umumnya di sisi kiri otak. Kerusakan pada area ini dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti stroke atau cedera kepala, dan dapat memengaruhi kemampuan komunikasi sehari-hari seseorang.
Baca juga: Aktris China Zhao Lusi Didiagnosa Penyakit Afasia, Simak Penyebabnya
Pengidap afasia seringkali keliru dalam memilih atau merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang benar. Mereka juga kurang bisa menangkap dan memahami perkataan orang lain. Meski demikian, gangguan dalam berkomunikasi ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan dan daya ingat.
Berdasarkan National Aphasia Association (NAA), terdapat beberapa tipe afasia yang masing-masing memiliki gejala berbeda. Simak penjelasan berikut ini.
Afasia Broca (non-fluent aphasia): Ditandai dengan kemampuan berbicara yang terbatas pada kalimat pendek dan sederhana. Kosakata yang dimiliki sangat sedikit, kurang dari empat kata dan pengucapan katanya sering sulit dan terdengar tidak lancar.
Penderita Afasia Broca biasanya dapat memahami pembicaraan dengan cukup baik dan bisa membaca, tetapi kesulitan dalam menulis. Afasia Broca sering disebut sebagai 'afasia tidak lancar' karena cara bicaranya terputus-putus dan membutuhkan banyak usaha.
Mixed non-fluent aphasia: Istilah ini digunakan pada pasien yang bicaranya terbatas dan terputus-putus, mirip dengan afasia Broca yang parah. Namun, bedanya mereka mereka kurang memahami pembicaraan dan tidak dapat membaca atau menulis lebih dari tingkat sekolah dasar.
Afasia Wernicke (fluent aphasia): Penderita dapat berbicara dengan lancar, tetapi seringkali menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak masuk akal, dan kesulitan memahami pembicaraan orang lain. Oleh karena itu, Afasia Wernicke disebut sebagai 'afasia lancar'.
Afasia Global: Merupakan bentuk afasia yang paling parah, di mana penderita memiliki keterbatasan dalam berbicara dan memahami bahasa. Merek juga tidak dapat membaca maupun menulis.
Gejalanya sering kali terlihat segera setelah pasien mengalami stroke dan dapat membaik dengan cepat jika kerusakannya tidak terlalu luas. Namun, dengan kerusakan otak yang lebih besar, kecacatan yang parah dan berkepanjangan mungkin saja bisa terjadi.
Afasia Anomic: Penderitanya tidak mampu menemukan kata-kata untuk hal yang ingin mereka bicarakan terutama kata benda dan kata kerja yang penting. Akibatnya, ucapan mereka meskipun lancar dalam bentuk tata bahasa dan output, namun penuh dengan pernyataan berputar-putar dan ekspresi yang frustrasi.
Mereka memahami pembicaraan dengan baik dan dalam kebanyakan kasus dapat membaca dengan cukup baik. Hanya saja kesulitan dalam menemukan kata-kata baik dalam berbicara maupun menulis.
Afasia Progresif Primer (PPA): Ini adalah sindrom neurologis di mana kemampuan bahasa secara perlahan dan progresif terganggu. Berbeda dengan bentuk afasia lainnya yang disebabkan oleh stroke atau cedera otak, PPA disebabkan oleh penyakit neurodegeneratif, seperti Penyakit Alzheimer atau Degenerasi Lobus Frontotemporal.
PPA terjadi akibat kerusakan jaringan otak yang penting untuk berbicara dan berbahasa. Gejala pertama yang muncul adalah masalah dengan bicara dan bahasa, namun ada juga gejala lain yang terkait dengan penyakit yang mendasarinya, seperti kehilangan ingatan.
Penanganan Afasia
Afasia sering terjadi secara tiba-tiba setelah stroke atau cedera kepala, tetapi juga dapat berkembang perlahan akibat tumor otak atau penyakit neurologis progresif.Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami afasia atau tidak, diagnosis oleh dokter melalui serangkaian tes untuk mengukur kemampuan pasien dalam menulis, membaca, berbicara, memahami percakapan, dan ekspresi verbal.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemindaian untuk mendeteksi kerusakan di otak dan tingkat keparahannya. Pemindaian bisa dilakukan dengan MRI, CT scan, atau positron emission tomography (PET scan).
Beberapa orang dengan afasia dapat pulih sepenuhnya tanpa perawatan jika kerusakan otak tergolong ringan. Namun, jika afasia yang diderita cukup berat, dokter akan memberikan penanganan.
Misalnya terapi wicara dan bahasa untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca, menulis, dan mengikuti suatu perintah. Selain itu, pasien juga akan diajarkan cara berkomunikasi dengan gerakan atau gambar.
Terapi ini akan meningkatkan kemampuan komunikasi dengan memanfaatkan kemampuan bahasa yang masih ada, memulihkan fungsi bahasa yang hilang, dan mempelajari cara komunikasi alternatif, seperti menggunakan isyarat atau bantuan perangkat elektronik.
Dokter juga akan meresepkan obat untuk mengatasi afasia. Cara kerjanya dengan melancarkan aliran darah ke otak, mencegah berlanjutnya kerusakan otak, dan menambah jumlah senyawa kimia yang berkurang di otak.
Prosedur operasi juga dapat dilakukan jika afasia disebabkan oleh tumor otak. Operasi bertujuan untuk mengangkat tumor otak sehingga afasia dapat tertangani dengan baik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.