Pesawat Jadi Moda Transportasi dengan Tingkat Keamanan Tertinggi Meski Dihantui Tantangan
30 December 2024 |
20:10 WIB
Sebagai moda transportasi dengan tingkat keamanan dan keselamatan tertinggi, pesawat didukung oleh aturan ketat dan teknologi canggih yang tidak bisa ditawar oleh maskapai penerbangan. Namun, industri penerbangan dihadapi dengan berbagai tantangan yang perlu diantisipasi demi menjaga kepercayaan publik.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan bahwa transportasi udara masih lebih aman jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya jika terkait dengan keselamatan dan keamanan. “Iya, salah satunya aturannya ketat dan yang mengawasi dari internasional,” katanya kepada Hypeabis.id pada Senin (30/12/2024).
Baca juga: Tetap Tenang, Ikuti Langkah Ini Saat Pesawat Mengalami Turbulensi
Dia menuturkan moda transportasi pesawat juga menggunakan teknologi tinggi yang tidak bisa digunakan secara sembarangan. Selain itu, pesawat juga memiliki aturan terkait dengan komponen yang tersemat yang kerap disebut go and no go item.
Dalam aturan tersebut, terdapat item yang terpasang dan masih boleh digunakan untuk jangka waktu tertentu. Namun, ada juga item yang harus diganti dan pesawat tidak boleh terbang jika komponen tersebut tidak diganti.
Dia menambahkan, tinggi tingkat keamanan dan keselamatan pesawat juga dapat terjadi lantaran moda transportasi ini memiliki sistem backup, seperti pilot ada 2, PIC, dan co-pilot. Selain itu, panel instrumen yang ada di kokpit juga ada 2, yakni untuk pilot dan co-pilot. “Jadi, kalau salah satu kena masalah, yang lain bisa menangani,” ujarnya.
Di samping itu, operasional penerbangan yang melibatkan banyak operator selain pilot juga menjadi salah satu penyebab moda transportasi ini memiliki keamanan dan keselamatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan moda lainnya. Saat beroperasi, pihak yang terlibat selain pilot seperti Air Traffic Controller (ATC), pihak bandara, dan sebagainya.
Terkait dengan 3 kecelakaan pesawat beberapa waktu terakhir, Gatot menilai semuanya berkaitan dengan landing gear atau roda pendaratan pesawat. Kecelakaan Jeju Air Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, adalah belly landing atau mendarat dengan bodi tanpa roda.
“Entah ini ada kaitannya atau tidak, tapi saat ini dan tahun depan, industri penerbangan global [termasuk Indonesia] diperkirakan akan menghadapi masalah supply chain,” kata Gatot.
Dia menuturkan, kondisi itu menyebabkan ada backlog pesawat baru dan berbagai suku cadang, termasuk landing gear. Kondisi itu membuat harga menjadi sangat tinggi dan jumlah yang tersedia terbatas.
Menurutnya, data International Air Transport Association (IATA) menunjukkan bahwa ada sekitar 17.000 backlog pesawat dengan berbagai jenis pada 2024. Kemudian, pesawat yang masih dalam perawatan dan perlu suku cadang secara global sekitar 5000 pesawat. Jumlah itu mencapai 14 persen dari total pesawat di dunia yang mencapai sekitar 35.000.
“Jadi, yang perlu diwaspadai itu backlog sparepart dan pesawat semua jenis pada tahun depan. Kalau tidak waspada, bisa jadi akan berpengaruh terhadap keselamatan dan bisnis penerbangan apalagi maskapai penerbangan sampai saat ini masih mengalami tantangan finansial,” katanya.
Gatot menambahkan, laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan bahwa tingkat keselamatan penerbangan pada 2024 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dari Januari sampai Desember 2024, KNKT mencatat ada 9 kecelakaan dan 15 insiden serius penerbangan. Sementara itu, pada 2023, ada 9 kecelakaan dan 13 kali insiden yang masuk kategori serius. “Namun, kita berharap keselamatan tetap diutamakan, dan pengawasan dari regulator juga ditingkatkan. Di sisi lain, finansial maskapai juga harus ditingkatkan,” ujarnya.
Menurut Gatot, wisatawan tidak perlu terlalu khawatir terkait dengan keselamatan dan keamanan transportasi udara lantaran tingkat kecelakaannya masih lebih baik jika dibandingkan dengan moda lainnya. Dia mengingatkan bahwa semua pesawat memiliki desain keselamatan yang sama. Perbedaan terdapat dalam perawatan yang dilakukan oleh setiap maskapai.
Senada, Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan bahwa pesawat merupakan moda transportasi udara yang aman jika operasional yang dilakukan sudah sesuai prosedur.
Menurutnya, Lion Group memastikan bahwa setiap penerbangan aman dan memberikan rasa tenang terhadap pelanggan. “Pesawat yang dirawat secara berkala dan menyeluruh adalah kunci keberhasilan dalam perjalanan udara yang nyaman dan bebas kekhawatiran,” katanya.
Pada masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2024, perawatan pesawat merupakan prioritas utama bagi maskapai penerbangan. Menurutnya, setiap pesawat yang akan beroperasi diwajibkan menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan bahwa semua sistem berjalan dengan baik. Perawatan pesawat perusahaan meliputi pemeriksaan Pre-Flight (Pre-Flight Check), Inspeksi Harian (Daily Check), perawatan berkala, dan prosedur sertifikasi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan bahwa transportasi udara masih lebih aman jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya jika terkait dengan keselamatan dan keamanan. “Iya, salah satunya aturannya ketat dan yang mengawasi dari internasional,” katanya kepada Hypeabis.id pada Senin (30/12/2024).
Baca juga: Tetap Tenang, Ikuti Langkah Ini Saat Pesawat Mengalami Turbulensi
Dia menuturkan moda transportasi pesawat juga menggunakan teknologi tinggi yang tidak bisa digunakan secara sembarangan. Selain itu, pesawat juga memiliki aturan terkait dengan komponen yang tersemat yang kerap disebut go and no go item.
Dalam aturan tersebut, terdapat item yang terpasang dan masih boleh digunakan untuk jangka waktu tertentu. Namun, ada juga item yang harus diganti dan pesawat tidak boleh terbang jika komponen tersebut tidak diganti.
Dia menambahkan, tinggi tingkat keamanan dan keselamatan pesawat juga dapat terjadi lantaran moda transportasi ini memiliki sistem backup, seperti pilot ada 2, PIC, dan co-pilot. Selain itu, panel instrumen yang ada di kokpit juga ada 2, yakni untuk pilot dan co-pilot. “Jadi, kalau salah satu kena masalah, yang lain bisa menangani,” ujarnya.
Di samping itu, operasional penerbangan yang melibatkan banyak operator selain pilot juga menjadi salah satu penyebab moda transportasi ini memiliki keamanan dan keselamatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan moda lainnya. Saat beroperasi, pihak yang terlibat selain pilot seperti Air Traffic Controller (ATC), pihak bandara, dan sebagainya.
Terkait dengan 3 kecelakaan pesawat beberapa waktu terakhir, Gatot menilai semuanya berkaitan dengan landing gear atau roda pendaratan pesawat. Kecelakaan Jeju Air Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, adalah belly landing atau mendarat dengan bodi tanpa roda.
“Entah ini ada kaitannya atau tidak, tapi saat ini dan tahun depan, industri penerbangan global [termasuk Indonesia] diperkirakan akan menghadapi masalah supply chain,” kata Gatot.
Dia menuturkan, kondisi itu menyebabkan ada backlog pesawat baru dan berbagai suku cadang, termasuk landing gear. Kondisi itu membuat harga menjadi sangat tinggi dan jumlah yang tersedia terbatas.
Menurutnya, data International Air Transport Association (IATA) menunjukkan bahwa ada sekitar 17.000 backlog pesawat dengan berbagai jenis pada 2024. Kemudian, pesawat yang masih dalam perawatan dan perlu suku cadang secara global sekitar 5000 pesawat. Jumlah itu mencapai 14 persen dari total pesawat di dunia yang mencapai sekitar 35.000.
“Jadi, yang perlu diwaspadai itu backlog sparepart dan pesawat semua jenis pada tahun depan. Kalau tidak waspada, bisa jadi akan berpengaruh terhadap keselamatan dan bisnis penerbangan apalagi maskapai penerbangan sampai saat ini masih mengalami tantangan finansial,” katanya.
Gatot menambahkan, laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan bahwa tingkat keselamatan penerbangan pada 2024 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dari Januari sampai Desember 2024, KNKT mencatat ada 9 kecelakaan dan 15 insiden serius penerbangan. Sementara itu, pada 2023, ada 9 kecelakaan dan 13 kali insiden yang masuk kategori serius. “Namun, kita berharap keselamatan tetap diutamakan, dan pengawasan dari regulator juga ditingkatkan. Di sisi lain, finansial maskapai juga harus ditingkatkan,” ujarnya.
Perawatan Rutin Pesawat
Menurut Gatot, wisatawan tidak perlu terlalu khawatir terkait dengan keselamatan dan keamanan transportasi udara lantaran tingkat kecelakaannya masih lebih baik jika dibandingkan dengan moda lainnya. Dia mengingatkan bahwa semua pesawat memiliki desain keselamatan yang sama. Perbedaan terdapat dalam perawatan yang dilakukan oleh setiap maskapai.Senada, Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan bahwa pesawat merupakan moda transportasi udara yang aman jika operasional yang dilakukan sudah sesuai prosedur.
Menurutnya, Lion Group memastikan bahwa setiap penerbangan aman dan memberikan rasa tenang terhadap pelanggan. “Pesawat yang dirawat secara berkala dan menyeluruh adalah kunci keberhasilan dalam perjalanan udara yang nyaman dan bebas kekhawatiran,” katanya.
Pada masa libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2024, perawatan pesawat merupakan prioritas utama bagi maskapai penerbangan. Menurutnya, setiap pesawat yang akan beroperasi diwajibkan menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan bahwa semua sistem berjalan dengan baik. Perawatan pesawat perusahaan meliputi pemeriksaan Pre-Flight (Pre-Flight Check), Inspeksi Harian (Daily Check), perawatan berkala, dan prosedur sertifikasi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.