Penyanyi Fryda Lucyana Emban Jabatan Baru Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan
24 December 2024 |
12:30 WIB
Menteri Kementerian Kebudayaan Fadli Zon baru saja melantik pejabat Eselon 1 Kemenkebud beberapa waktu lalu. Di antara para pejabat dilantik, terdapat musisi senior Fryda Lucyana yang menarik perhatian publik di tanah air. Pelantun tembang S'gala Rasa Cinta itu diangkat menjadi salah satu pejabat penting.
Fryda yang mendapatkan amanah sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Kebudayaan merupakan figur publik yang telah dikenal oleh banyak orang di dalam negeri – terutama mereka yang besar pada pertengahan 1990an.
Baca juga: Eksklusif Profil Fryda Lucyana: Kiat Penyanyi Lawas Menggebrak Industri Musik
Bagi pelantun lagu berjudul Sumpahku itu, berkiprah di dunia pemerintahan bukan sesuatu yang baru. Sebelum mendapatkan kepercayaan dari Menteri Kebudayaan, Fryda telah menjabat Eselon II di Kementerian Sekretariat Negara sejak 2021.
Wanita yang lahir pada 17 Desember 1971 itu tercatat pernah menjadi Asisten Deputi Dokumentasi dan Diseminasi Informasi pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kala itu, di tengah-tengah profesinya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), dia masih tetap bisa berkarya.
Pintar membagi waktu adalah kunci untuk tetap melakoni perannya sebagai seorang ASN dan penyanyi. Setiap akhir pekan atau ketika libur tiba, wanita yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, itu kerap menjalani passion sebagai seniman suara.
Tidak hanya itu, pada tahun lalu, dia juga melakukan comeback dengan meluncurkan single anyar berjudul Sumpahku. Karya ini merupakan hasil kolaborasi dengan Ryan Kyoto dan berisi pesan tentang komitmen sebagai seorang penyanyi. Sumpahku juga menjadi single yang merawat eksistensi sebagai pelaku seni yang telah hadir di belantika musik Indonesia selama puluhan tahun.
Ya, perjalanan karier Fryda sebagai seorang penyanyi memang sudah sangat panjang jika dibandingkan dengan peran sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). Dia memulai perjalanannya sebagai seorang penyanyi sejak kecil melalui suatu ajang bernama Pop Singer.
Fryda kecil yang kerap enggan bernyanyi karena malu berhasil menjadi juara dalam ajang tersebut. Tidak hanya itu, dia juga menyadari bakat yang dimiliki dalam seni tarik suara. Setelah itu, berbagai kompetisi tarik suara di dalam negeri diikutinya demi mengasah kemampuan dalam bernyanyi.
Karier bernyanyi sang seniman menemukan jalan menuju “panggung” yang lebih besar ketika ikut ajang Cipta Pesona Bintang di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia pada 1993. Di kompetisi itu, takdir mempertemukannya dengan pencipta lagu dan produser Eros Djarot.
Kala itu, Eros merasa tertarik dengan kemampuan yang dimiliki Fryda dan memberikan tawaran untuk membuat album. Namun, dia tidak serta-merta menerimanya begitu saja lantaran ada sejumlah syarat yang harus disetujui sebelum proses rekaman dimulai.
Dia meminta jadwal rekaman yang dibuat tidak boleh mengganggu aktivitas akademis. Fryda sedang menjalani pendidikan tinggi di salah satu kampus di Surabaya kala tawaran itu datang.
Kondisi tersebut pun membuat proses rekaman membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Album berjudul Nuansa Cinta pun rilis pada 1995 dengan single Rindu yang menjadi andalannya.
Para pendengar musik di dalam negeri menyukai lagu berjudul Rindu, sehingga membuat nama sang musisi kian melambung di belantika musik Indonesia.
Setelah itu, dia juga merilis banyak karya. Salah satu di antaranya adalah Sgla Rasa Cinta pada 1999. Lagu ini menjadi salah satu karya dari album kedua berjudul Fryda. Tidak jauh berbeda dengan Rindu, pencinta musik di tanah air juga langsung tertarik sehingga merajai sejumlah tangga lagu di radio dan televisi.
Dia juga tercatat pernah masuk dalam nominasi Anugerah Musik Indonesia Awards (AMI) pada 1999. Kala itu, Fryda yang merupakan musisi pendatang baru harus bersaing dengan musisi lainnya untuk membawa pulang Kategori Artis Solo Wanita Pop Terbaik.
Sebagai seorang penyanyi, Fryda memiliki perhatian kepada seni musik. Berbeda dengan zaman dahulu, para penyanyi masa kini mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar untuk berkarya lantaran keberadaan platform digital.
Kini, musisi dapat dengan mudah merilis karya baru meskipun hanya single karena perkembangan digitalisasi. Seperti koin bermata dua, digitalisasi juga membuat persaingan sangat ketat selain kemudahan.
Kemudahan akibat digitalisasi juga perlu mendapatkan perhatian mengingat dapat menurunkan kualitas karya yang dibuat oleh musisi. Teknologi dapat membuat suara seorang penyanyi menjadi bagus meskipun aslinya tidak seperti itu.
Bagi Fryda, kegiatan mengasah kemampuan bernyanyi dan bermusik mutlak harus dilakukan oleh para musisi, sehingga tidak merasakan beban yang besar kala tampil langsung di atas panggung.
Kini, sang musisi akan menjalani peran sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Kebudayaan Indonesia. Sepak terjangnya akan sangat ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang berada di sektor ini untuk kemajuan Indonesia.
Baca juga: Mentereng, Intip Profil Pejabat Tinggi Madya Eselon 1 Kementerian Kebudayaan yang Baru Dilantik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Fryda yang mendapatkan amanah sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Kebudayaan merupakan figur publik yang telah dikenal oleh banyak orang di dalam negeri – terutama mereka yang besar pada pertengahan 1990an.
Baca juga: Eksklusif Profil Fryda Lucyana: Kiat Penyanyi Lawas Menggebrak Industri Musik
Bagi pelantun lagu berjudul Sumpahku itu, berkiprah di dunia pemerintahan bukan sesuatu yang baru. Sebelum mendapatkan kepercayaan dari Menteri Kebudayaan, Fryda telah menjabat Eselon II di Kementerian Sekretariat Negara sejak 2021.
Wanita yang lahir pada 17 Desember 1971 itu tercatat pernah menjadi Asisten Deputi Dokumentasi dan Diseminasi Informasi pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kala itu, di tengah-tengah profesinya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), dia masih tetap bisa berkarya.
Pintar membagi waktu adalah kunci untuk tetap melakoni perannya sebagai seorang ASN dan penyanyi. Setiap akhir pekan atau ketika libur tiba, wanita yang lahir di Semarang, Jawa Tengah, itu kerap menjalani passion sebagai seniman suara.
Tidak hanya itu, pada tahun lalu, dia juga melakukan comeback dengan meluncurkan single anyar berjudul Sumpahku. Karya ini merupakan hasil kolaborasi dengan Ryan Kyoto dan berisi pesan tentang komitmen sebagai seorang penyanyi. Sumpahku juga menjadi single yang merawat eksistensi sebagai pelaku seni yang telah hadir di belantika musik Indonesia selama puluhan tahun.
Ya, perjalanan karier Fryda sebagai seorang penyanyi memang sudah sangat panjang jika dibandingkan dengan peran sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). Dia memulai perjalanannya sebagai seorang penyanyi sejak kecil melalui suatu ajang bernama Pop Singer.
Fryda kecil yang kerap enggan bernyanyi karena malu berhasil menjadi juara dalam ajang tersebut. Tidak hanya itu, dia juga menyadari bakat yang dimiliki dalam seni tarik suara. Setelah itu, berbagai kompetisi tarik suara di dalam negeri diikutinya demi mengasah kemampuan dalam bernyanyi.
Karier bernyanyi sang seniman menemukan jalan menuju “panggung” yang lebih besar ketika ikut ajang Cipta Pesona Bintang di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia pada 1993. Di kompetisi itu, takdir mempertemukannya dengan pencipta lagu dan produser Eros Djarot.
Kala itu, Eros merasa tertarik dengan kemampuan yang dimiliki Fryda dan memberikan tawaran untuk membuat album. Namun, dia tidak serta-merta menerimanya begitu saja lantaran ada sejumlah syarat yang harus disetujui sebelum proses rekaman dimulai.
Dia meminta jadwal rekaman yang dibuat tidak boleh mengganggu aktivitas akademis. Fryda sedang menjalani pendidikan tinggi di salah satu kampus di Surabaya kala tawaran itu datang.
Kondisi tersebut pun membuat proses rekaman membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Album berjudul Nuansa Cinta pun rilis pada 1995 dengan single Rindu yang menjadi andalannya.
Para pendengar musik di dalam negeri menyukai lagu berjudul Rindu, sehingga membuat nama sang musisi kian melambung di belantika musik Indonesia.
Setelah itu, dia juga merilis banyak karya. Salah satu di antaranya adalah Sgla Rasa Cinta pada 1999. Lagu ini menjadi salah satu karya dari album kedua berjudul Fryda. Tidak jauh berbeda dengan Rindu, pencinta musik di tanah air juga langsung tertarik sehingga merajai sejumlah tangga lagu di radio dan televisi.
Dia juga tercatat pernah masuk dalam nominasi Anugerah Musik Indonesia Awards (AMI) pada 1999. Kala itu, Fryda yang merupakan musisi pendatang baru harus bersaing dengan musisi lainnya untuk membawa pulang Kategori Artis Solo Wanita Pop Terbaik.
Sebagai seorang penyanyi, Fryda memiliki perhatian kepada seni musik. Berbeda dengan zaman dahulu, para penyanyi masa kini mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar untuk berkarya lantaran keberadaan platform digital.
Kini, musisi dapat dengan mudah merilis karya baru meskipun hanya single karena perkembangan digitalisasi. Seperti koin bermata dua, digitalisasi juga membuat persaingan sangat ketat selain kemudahan.
Kemudahan akibat digitalisasi juga perlu mendapatkan perhatian mengingat dapat menurunkan kualitas karya yang dibuat oleh musisi. Teknologi dapat membuat suara seorang penyanyi menjadi bagus meskipun aslinya tidak seperti itu.
Bagi Fryda, kegiatan mengasah kemampuan bernyanyi dan bermusik mutlak harus dilakukan oleh para musisi, sehingga tidak merasakan beban yang besar kala tampil langsung di atas panggung.
Kini, sang musisi akan menjalani peran sebagai Inspektur Jenderal di Kementerian Kebudayaan Indonesia. Sepak terjangnya akan sangat ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang berada di sektor ini untuk kemajuan Indonesia.
Baca juga: Mentereng, Intip Profil Pejabat Tinggi Madya Eselon 1 Kementerian Kebudayaan yang Baru Dilantik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.