Agenda Pameran Seni Rupa Desember 2024, dari Siluman Buaya hingga Fosil Manusia Purba
21 December 2024 |
22:31 WIB
Ekshibisi seni merupakan salah satu ajang untuk mengenalkan karya seni agar dapat dinikmati publik. Selain menjadi ruang bagi seniman untuk menyampaikan ide dan pesan lewat karya seni, mengunjungi pameran juga dapat memperkaya pengalaman bahasa rupa.
Pada Desember tahun ini sejumlah ekshibisi seni rupa juga banyak digelar oleh galeri dan museum di Tanah Air. Tentu hal itu menjadi kabar gembira bagi Genhype pencinta seni untuk sejenak menyerap energi, dan inspirasi pada saat akhir pekan alih-alih mendekam di rumah.
Baca juga: Pameran Prasejarah Dibuka di Museum Nasional, Tampilkan Fosil Homo Erectus & Macan Purba
Nah, bagi yang masih bingung untuk mengunjungi pameran seni apa saja yang digelar pada Desember 2024, berikut Hypeabis.id rangkumkan daftar seteleng seni rupa yang dapat dikunjungi di galeri, museum, atau ruang publik di Jakarta dalam ulasan berikut:
Dihelat di Nadi Gallery, Jakarta, Manusia Sungai merupakan debut pameran tunggal dari seniman Rizka Azizah Hayati. Sesuai tajuknya, seteleng ini mengeksplorasi bagaimana sungai membentuk kultur budaya, serta bagaimana masyarakat meresponnya dari masa ke masa.
Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan instalasi 'siluman buaya' hasil riset sang seniman sejak 2022 terhadap sungai Martapura di Kalimantan Selatan. Lain dari itu, Rizka juga mengungkai perubahan budaya masyarakat rawa-rawa dalam memaknai mitos, kosmologi, dan modernisme.
Selain menyajikan instalasi, seniman yang kini mukim di Yogyakarta itu juga memaknai sungai lewat senarai lukisan abstrak yang menggugah. Idiom, dan metafora disapukan olehnya dengan cergas di atas kanvas lewat teknik efek cetakan karat, yang menyimbolkan luka, kerapuhan, sekaligus kekuatan.
Istilah tragikomedi, umumnya digunakan pekerja kreatif untuk menulis sastra. Namun bagaimana jika unsur dalam karya sastra itu diungkai dalam bahasa rupa? Itulah sekiranya premis yang ditawarkan oleh para seniman lewat pameran bertajuk Define Comedy, di ISA Art Gallery, Jakarta.
Seteleng yang berlangsung hingga 7 Februari 2025, itu memack karya-karya dari 8 seniman di Tanah Air dengan berbagai medium baik 2 atau 3 dimensi. Mereka adalah Dabi Arnasa, Beyond Crap, Fffffandy, Luh'De Gita, Tennessa Querida, Summerayn (Motionbeast), S.Urubingwaru, dan Zikry Rediansyah.
Kekhasan dari pameran ini adalah, para seniman mengungkai tragedi dan komedi dengan cara yang unik. Ada yang menabrakkan kedua unsur tersebut, sehingga terjadi satirisme, atau membenturkanya dengan realitas, hingga tercipta karya komikal, atau bahkan membuat dahi berkernyit.
Kala merupakan debut pameran tunggal dari Mutiara Riswari, dalam mengungkai waktu. Dalam pameran ini, sang seniman lebih banyak mengeksplorasi gagasan mengenai waktu lewat corak-corak abstrak, khususnya untuk mencari dan mengenali diri di umurnya yang telah lewat dari seperempat abad.
Apa yang ditorehkan oleh sang seniman di atas kanvas juga bukan sekadar komposisi elemen seni rupa, tetapi diiktikadkan sebagai metode untuk menjalani hidup. Menggunakan medium karet yang serba plastis, perupa asal Semarang, itu juga ingin menyampaikan bahwa hidup haruslah lentur dan adaptif.
Kala, berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Sejak dibuahinya sel telur oleh sperma sampai maut menjemput, manusia juga akan selalu didampingi oleh ‘entitas’ bernama kala. Istilah ini, dalam kultur Jawa juga dikenal sangkan paran, atau dari dan menuju ke mana hidup berakhir.
Primate Visions: Macaque Macabre merupakan pameran tunggal dari Natasha Tontey, yang dihelat di Museum MACAN. Ekshibisi karya komisi untuk Audemars Piguet Contemporary, yang dihelat hingga hingga 6 April 2025, ini juga sayang untuk dilewatkan karena mengajak kita untuk melihat kembali pada liyan.
Bertolak dari tradisi Mawolay yang ada di Minahasa Selatan, sang seniman akan mengajak genhype memasuki dunia fiksi yang unik sekaligus obskur. Salah satunya lewat film berdurasi sekitar 30 menit, dengan judul yang sama dengan tema pameran, yang berkisah tentang seorang ahli primatologi bernama Imago Organella.
Selain karya di muka, kalian juga dapat melihat set-set produksi dari pembuatan film yang turut dipacak dalam pameran ini. Salah satunya adalah, Set Number 4-Imago's Working Desk, yang terdiri dari meja, kursi, pena, lampu, busa, dakron, dan jam yang meleleh laiknya karya Salvador Dali dalam bentuk yang nyata.
Merupakan pameran prasejarah dalam memperingati 130 tahun penemuan pertama fosil Homo Erectus di tepian sungai Bengawan Solo. Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan senarai fosil dari Nusantara yang sebelumnya disimpan di sejumlah museum di Tanah Air.
Salah satu koleksi unggulan yang menjadi sorotan dalam pameran ini adalah tengkorak Homo erectus, yang dikenal sebagai S-17, yang merupakan fosil Homo erectus paling lengkap di dunia. Lain dari itu, pameran ini juga menampilkan temuan fosil fauna purba seperti Mastodon dan Stegodon.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pada Desember tahun ini sejumlah ekshibisi seni rupa juga banyak digelar oleh galeri dan museum di Tanah Air. Tentu hal itu menjadi kabar gembira bagi Genhype pencinta seni untuk sejenak menyerap energi, dan inspirasi pada saat akhir pekan alih-alih mendekam di rumah.
Baca juga: Pameran Prasejarah Dibuka di Museum Nasional, Tampilkan Fosil Homo Erectus & Macan Purba
Nah, bagi yang masih bingung untuk mengunjungi pameran seni apa saja yang digelar pada Desember 2024, berikut Hypeabis.id rangkumkan daftar seteleng seni rupa yang dapat dikunjungi di galeri, museum, atau ruang publik di Jakarta dalam ulasan berikut:
1. Manusia Sungai, Nadi Gallery
Dihelat di Nadi Gallery, Jakarta, Manusia Sungai merupakan debut pameran tunggal dari seniman Rizka Azizah Hayati. Sesuai tajuknya, seteleng ini mengeksplorasi bagaimana sungai membentuk kultur budaya, serta bagaimana masyarakat meresponnya dari masa ke masa.
Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan instalasi 'siluman buaya' hasil riset sang seniman sejak 2022 terhadap sungai Martapura di Kalimantan Selatan. Lain dari itu, Rizka juga mengungkai perubahan budaya masyarakat rawa-rawa dalam memaknai mitos, kosmologi, dan modernisme.
Selain menyajikan instalasi, seniman yang kini mukim di Yogyakarta itu juga memaknai sungai lewat senarai lukisan abstrak yang menggugah. Idiom, dan metafora disapukan olehnya dengan cergas di atas kanvas lewat teknik efek cetakan karat, yang menyimbolkan luka, kerapuhan, sekaligus kekuatan.
2. Define Comedy, ISA Art Gallery
Istilah tragikomedi, umumnya digunakan pekerja kreatif untuk menulis sastra. Namun bagaimana jika unsur dalam karya sastra itu diungkai dalam bahasa rupa? Itulah sekiranya premis yang ditawarkan oleh para seniman lewat pameran bertajuk Define Comedy, di ISA Art Gallery, Jakarta.Seteleng yang berlangsung hingga 7 Februari 2025, itu memack karya-karya dari 8 seniman di Tanah Air dengan berbagai medium baik 2 atau 3 dimensi. Mereka adalah Dabi Arnasa, Beyond Crap, Fffffandy, Luh'De Gita, Tennessa Querida, Summerayn (Motionbeast), S.Urubingwaru, dan Zikry Rediansyah.
Kekhasan dari pameran ini adalah, para seniman mengungkai tragedi dan komedi dengan cara yang unik. Ada yang menabrakkan kedua unsur tersebut, sehingga terjadi satirisme, atau membenturkanya dengan realitas, hingga tercipta karya komikal, atau bahkan membuat dahi berkernyit.
3. Kala, Artsphere Gallery
Kala merupakan debut pameran tunggal dari Mutiara Riswari, dalam mengungkai waktu. Dalam pameran ini, sang seniman lebih banyak mengeksplorasi gagasan mengenai waktu lewat corak-corak abstrak, khususnya untuk mencari dan mengenali diri di umurnya yang telah lewat dari seperempat abad.
Apa yang ditorehkan oleh sang seniman di atas kanvas juga bukan sekadar komposisi elemen seni rupa, tetapi diiktikadkan sebagai metode untuk menjalani hidup. Menggunakan medium karet yang serba plastis, perupa asal Semarang, itu juga ingin menyampaikan bahwa hidup haruslah lentur dan adaptif.
Kala, berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Sejak dibuahinya sel telur oleh sperma sampai maut menjemput, manusia juga akan selalu didampingi oleh ‘entitas’ bernama kala. Istilah ini, dalam kultur Jawa juga dikenal sangkan paran, atau dari dan menuju ke mana hidup berakhir.
4. Primate Visions: Macaque Macabre, Museum MACAN
Primate Visions: Macaque Macabre merupakan pameran tunggal dari Natasha Tontey, yang dihelat di Museum MACAN. Ekshibisi karya komisi untuk Audemars Piguet Contemporary, yang dihelat hingga hingga 6 April 2025, ini juga sayang untuk dilewatkan karena mengajak kita untuk melihat kembali pada liyan.Bertolak dari tradisi Mawolay yang ada di Minahasa Selatan, sang seniman akan mengajak genhype memasuki dunia fiksi yang unik sekaligus obskur. Salah satunya lewat film berdurasi sekitar 30 menit, dengan judul yang sama dengan tema pameran, yang berkisah tentang seorang ahli primatologi bernama Imago Organella.
Selain karya di muka, kalian juga dapat melihat set-set produksi dari pembuatan film yang turut dipacak dalam pameran ini. Salah satunya adalah, Set Number 4-Imago's Working Desk, yang terdiri dari meja, kursi, pena, lampu, busa, dakron, dan jam yang meleleh laiknya karya Salvador Dali dalam bentuk yang nyata.
5. Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus, Museum Nasional Indonesia
Merupakan pameran prasejarah dalam memperingati 130 tahun penemuan pertama fosil Homo Erectus di tepian sungai Bengawan Solo. Keunikan dari pameran ini adalah menghadirkan senarai fosil dari Nusantara yang sebelumnya disimpan di sejumlah museum di Tanah Air.
Salah satu koleksi unggulan yang menjadi sorotan dalam pameran ini adalah tengkorak Homo erectus, yang dikenal sebagai S-17, yang merupakan fosil Homo erectus paling lengkap di dunia. Lain dari itu, pameran ini juga menampilkan temuan fosil fauna purba seperti Mastodon dan Stegodon.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.