Menu Gado-Gado Boplo. (Sumber foto: Gado-Gado Boplo)

Gado-Gado Boplo: Dari Gang Sempit ke Restoran Ikonik, Simbol Ketekunan dan Inovasi

14 December 2024   |   18:00 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Siapa yang tak kenal Gado-Gado Boplo? Kuliner legendaris Jakarta ini bukan sekadar makanan, dia adalah simbol inovasi dan ketekunan. Dalam sepiring gado-gado dengan bumbu kacang mete yang khas, tersimpan kisah panjang perjalanan dari sebuah warung kecil di gang sempit hingga menjadi restoran ikonik yang dikenal luas. 
 
Calvin Hartono, generasi kedua pemilik Gado-Gado Boplo membagikan kisah perjalanan panjang Gado-Gado Boplo, mulai dari kisah pendirinya hingga bertransformaso menjadi restoran modern yang dikenal luas, dalam Idepreneurs Exclusive Session Jilid I yang diselenggarakan oleh komunitas Idepreneurs beberapa waktu lalu.

Kisah ini bermula pada 1970, ketika Juliana Hartono memulai perjalanan luar biasa sebagai single parent. Dengan hanya bermodalkan Rp500, ia merintis usaha kecil di sebuah gang sempit di kawasan Kebon Sirih. Seporsi gado-gado buatannya, yang saat itu dihargai Rp25, menjadi saksi bisu kerja kerasnya. Setiap hari, ia meracik bumbu kacang dengan penuh dedikasi, memadukannya dengan sayuran segar yang menjadi ciri khas rasa autentik dari gado-gado buatannya.

“Dulu, ibu saya hanya menjual gado-gado di gang sempit dengan modal seadanya. Namun, tekad dan kejujuran menjadi kunci utama kami bertahan hingga saat ini,” ungkap Calvin di depan peserta Idepreneurs Exclusive Session Jilid I.

Salah satu hal menarik yang dibahas adalah bagaimana Gado-Gado Boplo mempertahankan keunikannya, yakni penggunaan kacang mete dalam bumbu kacangnya. Inovasi ini muncul dari permintaan seorang pelanggan di era 1980-an yang membawa kacang mete untuk dicampur dengan bumbu gado-gado. 
 

Calvin Hartono (sumber gambar : Dewi Andriani)

Generasi kedua pemilik Gado-Gado Boplo Calvin Hartono (sumber foto: Hypeabis.id/Dewi Andriani)


Eksperimen ini menciptakan rasa yang lebih legit dan kaya, menjadikan kacang mete sebagai elemen khas Gado-Gado Boplo sekaligus menjadi daya tarik utama yang membedakan Gado-Gado Boplo dari kompetitor. Perubahan ini membawa popularitas yang semakin besar, sehingga mereka dapat membuka beberapa cabang baru, termasuk di Pujasera dan Lokasari.

Pada 2004, Gado-Gado Boplo bertransformasi dari warung sederhana menjadi restoran, berkat kolaborasi dengan seorang investor. Lokasi pertama restoran ini berada di Jalan Barito, Jakarta. Meski sempat mengalami kendala operasional, usaha ini tetap bertahan.

Di tahun yang sama, mereka juga mulai memperluas menu, menawarkan hidangan lain seperti sop ikan dan nasi timbel dengan tetap mempertahankan gado-gado sebagai menu andalan. Namun, pada 2008, kerja sama dengan investor berakhir, dan kepemilikan kembali dikelola keluarga dengan tetap mempertahankan kualitas.

“Hingga saat ini Gado-Gado Boplo masih mempertahankan cita rasa autentik dengan kualitas sayuran yang selalu segar,” tuturnya.

Tak hanya berfokus pada menu makanan, Gado-Gado Boplo juga melakukan inovasi di berbagai aspek seperti pelayanan, atmosfer restoran, hingga personal branding. 

Dalam membangun personal branding, Calvin aktif berbagai ilmu di media sosial, dia bahkan telah menerbitkan dua buku. Selain itu, Calvin juga menjadi pembicara dan mentor bagi para pengusaha muda maupun mahasiswa dalam bidang kewirausahaan di berbagai universitas.

Pandemi yang terjadi pada 2020 memang cukup menantang tetapi Gado-Gado Boplo berhasil bertahan dengan berinovasi, termasuk memperkenalkan produk bumbu Gado-Gado instan yang saat ini sudah masuk ke 7 negara.

“Saat pandemi saya mengajar anak-anak membuat bumbu gado-gado secara online yang kemudian menjadi inspirasi awal munculnya bumbu gado-gado instant,” ucapnya.

Dengan berbagai inovasi, strategi, dan kemampuan beradaptasi, serta kemampuan  menjaga cita rasa dan pelayanan, Gado-Gado Boplo kini telah memiliki berbagai cabang dengan konsep modern dan akan terus ekspansif di tahun mendatang. 

Dengan semangat dan kerja kerasnya, Calvin Hartono membuktikan bahwa bisnis yang dimulai dari keterbatasan bisa tumbuh menjadi sebuah brand yang dicintai masyarakat. "Saya percaya bahwa Tuhan selalu memberikan jalan bagi mereka yang berusaha. Jangan pernah menyerah dan teruslah bermimpi," tuturnya dengan penuh harapan.

Di akhir sesi, Calvin membagikan tips bagi pengusaha muda yang ingin memulai bisnis. Pertama, mulailah bisnis dari kecil. "Jangan takut memulai dari modal kecil. Yang penting adalah konsistensi dan kejujuran,” tuturnya. 

Kedua adalah dengan mengenali pasar. Pilihlah menu yang dekat dengan masyarakat. Gado-gado menjadi contoh makanan merakyat yang disukai berbagai kalangan. Ketiga, hindari utang berlebihan. Kalau bisa, hindari utang saat memulai usaha. Gunakan dana yang ada untuk meminimalkan risiko.
 

Peserta  Idepreneurs Exclusive Session jilid I berpose dengan Calvin Hartono pemilik Gado-Gado Boplo (sumber :  Idepreneurs)

Peserta Idepreneurs Exclusive Session jilid I berpose dengan Calvin Hartono pemilik Gado-Gado Boplo (sumber : Idepreneurs)


Ketua Divisi Eksternal Idepreneurs Johannes Leodardo mengatakan bahwa kegiatan ini dirancang agar para pengusaha muda dapat mengambil hikmah dan strategi nyata dari pengalaman pengusaha-pengusaha sukses. 

“Tidak hanya mendengar teori, mereka melihat langsung bagaimana sebuah bisnis yang dimulai dari nol bisa menjadi brand yang dicintai,” ujarnya.  

Dengan semangat bertumbuh dan berkolaborasi, para anggota Idepreneurs pulang membawa segudang inspirasi dari kunjungan ini. Gado-Gado Boplo bukan hanya menjadi simbol kuliner Jakarta, tetapi juga simbol perjalanan sukses yang bisa dicapai dengan kerja keras, inovasi, dan ketekunan.  

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Cerita Komposer Cine Concert Samsara, Menyatukan Musik Tradisi dengan EDM dalam Film Bisu

BERIKUTNYA

Sinopsis & Daftar Pemain Film Modal Nekad, Debut Imam Darto Jadi Sutradara

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: