Desain Dasar Lingkaran pada Masjid Negara di IKN Tuai Kritik, Ini Alasannya
10 December 2024 |
20:01 WIB
Masjid di Ibu Kota Nusantara (IKN) akan menyandang status sebagai Masjid Negara, menggantikan Istiqlal yang terletak di Jakarta. Desain Masjid Negara di IKN yang mengusung dasar desain berbentuk lingkaran dengan kubah yang menyimbolkan sorban dan bentuk galaksi, justru menuai kritik dari para arsitek.
Arsitek Fauzan Noe'man menilai desain dasar masjid di IKN yang mengusung bentuk lingkaran membuat area depan masjid akan lebih sedikit menampung jamaah daripada area tengah. Padahal, paparnya, jika merujuk pada Al-Qur'an dan Sunah, sebaiknya masjid dirancang dengan desain area depan bangunan utama masjid yang dapat menampung jamaah lebih banyak.
"Masjid itu tetap yang paling baik [dengan desain] apapun adalah persegi. Dalam artian dinding depan atau shaf yang paling depannya kalau bisa yang paling banyak menampung jamaah," katanya kepada Hypeabis.id dalam wawancara telepon, Selasa (10/12/2024).
Baca juga: Bakal Jadi Masjid Negara Gantikan Istiqlal, Intip Desain Arsitektur Masjid di IKN
Fauzan menjelaskan desain dasar lingkaran pada masjid akan membuat shaf (barisan dalam salat berjamaah) depan, yang merupakan shaf terbaik bagi jamaah pria menurut fiqih hukum Islam, menjadi tidak 'terbaca' atau tercapai.
Kemudahan bagi jamaah dalam menjalankan ibadah salat akan tereliminasi, kendati telah disiapkan garis shaf. Hal itu dikarenakan ada beberapa area yang akan menyulitkan jamaah menghadap kiblat (dalam konteks orientasi).
"Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah desain hendaknya direvisi dengan berbagai penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan kemudahan membaca orientasi kiblat sekaligus kesempurnaan dalam ibadah salat," kata pria yang dijuluki sebagai "arsitek 100 masjid" itu.
Selain itu, bentuk dasar lingkaran yang cenderung ‘sentris’ pada masjid di IKN juga mengandung konsekuensi pengolahan sirkulasi menjadi tidak mudah, terutama dengan keharusan adanya pemisahan tegas antara jamaah pria dan wanita dalam perancangan sebuah masjid.
"Masjid itu bukan hanya bentuk, bukan hanya tampilan yang harus bagus. Tapi ada syarat yang harus dikembangkan atau yang harus kita ketahui atau kita lakukan syarat-syarat itu agar salat atau ibadah kita jadi lebih baik," ucap Fauzan.
Fauzan berpendapat bangunan mewah atau bangunan yang menghabiskan biaya mahal punya konsekuensi yakni memerlukan biaya yang tak sedikit juga dalam merawatnya. Padahal, menurutnya, masjid bukan lah bangunan yang dibuat untuk kegiatan komersialisasi seperti kantor yang memiliki sumber dana mumpuni yang dapat digunakan untuk perawatan.
Masjid dibangun dengan tujuan dapat berperan serta mengimplementasikan fiqih beribadah, baik itu ibadah mahdhah ataupun ghairu mahdhah yang berkaitan dengan aktivitas pada bangunan sebuah masjid.
Menurutnya, bangunan 'masjid agung' ataupun 'masjid raya' yang umumnya akan berbiaya tidak sedikit, terkadang abai terhadap pengimplementasian Term of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang termaktub dalam ayat Quraniyah, ayat Kauniyah dan Hadist Rasulullah SAW.
Sikap abai tersebut umumnya hanya didasarkan asbab keinginan mendapatkan bentuk desain yang diharapkan nantinya mendapatkan apresiasi/penghargaan dari manusia lainnya.
"Jangan sampai membebani DKM [Dewan Kemakmuran Masjid]. Kalau jadi membebani DKM, kasihan juga. Lalu dengan penggunaan teknologi yang sulit atau material yang modern di masjid IKN itu pertanyaannya long lasting apa tidak," kata arsitek lulusan Rhode Island Scholl of Design itu.
Masjid IKN dibangun di atas lahan seluas 32.125 meter persegi, dengan luas bangunan masjid dan plaza mencapai 60.173 meter persegi, serta Minaret seluas 427 meter persegi. Minaret adalah menara masjid atau arsitektur berupa menara yang berada di areal masjid.
Selain itu, Masjid IKN juga akan dilengkapi bangunan komersial dua lantai seluas 2.212 meter persegi, dan bangunan penunjang satu lantai seluas 727 meter persegi. Bangunan utama masjid akan memiliki 4 lantai, 2 lantai mezzanine serta pelataran 2 lantai untuk serbaguna dan parkir, yang dapat menampung hingga 29.000 jamaah.
Fasilitas parkir yang akan dibangun di Masjid IKN terdiri dari 4 lot khusus VVIP dan 1 lot untuk difabel. Selain itu, tersedia juga 5 lot parkir yang diperuntukkan bagi bus, serta area parkir pada lantai LG di area pelataran dengan kapasitas 64 lot parkir.
Pembangunan Masjid Negara IKN dirancang oleh Nyoman Nuarta, yang juga merancang Istana Garuda di IKN. Nyoman juga bekerja sama Alien Design Consultant, firma arsitektur yang bertugas untuk detail engineering desain (DED) Masjid Negara di IKN,
Baca juga: Fakta Menarik Terowongan Silaturahmi yang Hubungkan Masjid Istiqlal & Gereja Katedral
Dari segi desain, bangunan masjid terdiri dari 3 bagian yaitu kubah utama, plaza terbuka dan minaret. Bentuk kubah masjid mengambil konsep simbol sorban dan bentuk galaksi sebagai penafsiran semesta alam raya yang tanpa batas.
Area Plaza Terbuka dibangun untuk memberikan ketegasan akses arah Kiblat, sementara menara masjid atau minaret pada bangunan masjid memiliki tinggi 99 meter yang melambangkan asmaul husna.
Minaret yang menghadirkan bentuk melingkar ke atas juga menyiratkan doa yang dipanjatkan, serta untuk melambangkan nilai keilahian atau ketuhanan. Dengan desain tersebut, Masjid IKN akan berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual yang inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masjid Negara di IKN ditargetkan bakal digunakan pada Salat Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada 2025 mendatang, yang dapat menampung sebanyak 5.580 jamaah. Adapun, kapasitas maksimal Masjid Negara ini direncanakan dapat menampung hingga 60.000 jamaah.
Editor: Fajar Sidik
Arsitek Fauzan Noe'man menilai desain dasar masjid di IKN yang mengusung bentuk lingkaran membuat area depan masjid akan lebih sedikit menampung jamaah daripada area tengah. Padahal, paparnya, jika merujuk pada Al-Qur'an dan Sunah, sebaiknya masjid dirancang dengan desain area depan bangunan utama masjid yang dapat menampung jamaah lebih banyak.
"Masjid itu tetap yang paling baik [dengan desain] apapun adalah persegi. Dalam artian dinding depan atau shaf yang paling depannya kalau bisa yang paling banyak menampung jamaah," katanya kepada Hypeabis.id dalam wawancara telepon, Selasa (10/12/2024).
Baca juga: Bakal Jadi Masjid Negara Gantikan Istiqlal, Intip Desain Arsitektur Masjid di IKN
Fauzan menjelaskan desain dasar lingkaran pada masjid akan membuat shaf (barisan dalam salat berjamaah) depan, yang merupakan shaf terbaik bagi jamaah pria menurut fiqih hukum Islam, menjadi tidak 'terbaca' atau tercapai.
Kemudahan bagi jamaah dalam menjalankan ibadah salat akan tereliminasi, kendati telah disiapkan garis shaf. Hal itu dikarenakan ada beberapa area yang akan menyulitkan jamaah menghadap kiblat (dalam konteks orientasi).
"Konsekuensi dari keadaan tersebut adalah desain hendaknya direvisi dengan berbagai penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan kemudahan membaca orientasi kiblat sekaligus kesempurnaan dalam ibadah salat," kata pria yang dijuluki sebagai "arsitek 100 masjid" itu.
Selain itu, bentuk dasar lingkaran yang cenderung ‘sentris’ pada masjid di IKN juga mengandung konsekuensi pengolahan sirkulasi menjadi tidak mudah, terutama dengan keharusan adanya pemisahan tegas antara jamaah pria dan wanita dalam perancangan sebuah masjid.
"Masjid itu bukan hanya bentuk, bukan hanya tampilan yang harus bagus. Tapi ada syarat yang harus dikembangkan atau yang harus kita ketahui atau kita lakukan syarat-syarat itu agar salat atau ibadah kita jadi lebih baik," ucap Fauzan.
Beban Perawatan Masjid
Tak hanya dari segi desain, Masjid Negara di IKN yang menelan bujet fantastis juga menjadi hal lain yang disorot oleh Fauzan. Seperti diketahui, masjid yang dirancang oleh Nyoman Nuarta itu dilaporkan menghabiskan biaya hingga Rp940 miliar. Bangunannya disebut akan menerapkan desain green building yang dikelilingi air.Fauzan berpendapat bangunan mewah atau bangunan yang menghabiskan biaya mahal punya konsekuensi yakni memerlukan biaya yang tak sedikit juga dalam merawatnya. Padahal, menurutnya, masjid bukan lah bangunan yang dibuat untuk kegiatan komersialisasi seperti kantor yang memiliki sumber dana mumpuni yang dapat digunakan untuk perawatan.
Masjid dibangun dengan tujuan dapat berperan serta mengimplementasikan fiqih beribadah, baik itu ibadah mahdhah ataupun ghairu mahdhah yang berkaitan dengan aktivitas pada bangunan sebuah masjid.
Menurutnya, bangunan 'masjid agung' ataupun 'masjid raya' yang umumnya akan berbiaya tidak sedikit, terkadang abai terhadap pengimplementasian Term of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang termaktub dalam ayat Quraniyah, ayat Kauniyah dan Hadist Rasulullah SAW.
Sikap abai tersebut umumnya hanya didasarkan asbab keinginan mendapatkan bentuk desain yang diharapkan nantinya mendapatkan apresiasi/penghargaan dari manusia lainnya.
"Jangan sampai membebani DKM [Dewan Kemakmuran Masjid]. Kalau jadi membebani DKM, kasihan juga. Lalu dengan penggunaan teknologi yang sulit atau material yang modern di masjid IKN itu pertanyaannya long lasting apa tidak," kata arsitek lulusan Rhode Island Scholl of Design itu.
Masjid IKN dibangun di atas lahan seluas 32.125 meter persegi, dengan luas bangunan masjid dan plaza mencapai 60.173 meter persegi, serta Minaret seluas 427 meter persegi. Minaret adalah menara masjid atau arsitektur berupa menara yang berada di areal masjid.
Selain itu, Masjid IKN juga akan dilengkapi bangunan komersial dua lantai seluas 2.212 meter persegi, dan bangunan penunjang satu lantai seluas 727 meter persegi. Bangunan utama masjid akan memiliki 4 lantai, 2 lantai mezzanine serta pelataran 2 lantai untuk serbaguna dan parkir, yang dapat menampung hingga 29.000 jamaah.
Fasilitas parkir yang akan dibangun di Masjid IKN terdiri dari 4 lot khusus VVIP dan 1 lot untuk difabel. Selain itu, tersedia juga 5 lot parkir yang diperuntukkan bagi bus, serta area parkir pada lantai LG di area pelataran dengan kapasitas 64 lot parkir.
Pembangunan Masjid Negara IKN dirancang oleh Nyoman Nuarta, yang juga merancang Istana Garuda di IKN. Nyoman juga bekerja sama Alien Design Consultant, firma arsitektur yang bertugas untuk detail engineering desain (DED) Masjid Negara di IKN,
Baca juga: Fakta Menarik Terowongan Silaturahmi yang Hubungkan Masjid Istiqlal & Gereja Katedral
Dari segi desain, bangunan masjid terdiri dari 3 bagian yaitu kubah utama, plaza terbuka dan minaret. Bentuk kubah masjid mengambil konsep simbol sorban dan bentuk galaksi sebagai penafsiran semesta alam raya yang tanpa batas.
Area Plaza Terbuka dibangun untuk memberikan ketegasan akses arah Kiblat, sementara menara masjid atau minaret pada bangunan masjid memiliki tinggi 99 meter yang melambangkan asmaul husna.
Minaret yang menghadirkan bentuk melingkar ke atas juga menyiratkan doa yang dipanjatkan, serta untuk melambangkan nilai keilahian atau ketuhanan. Dengan desain tersebut, Masjid IKN akan berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial dan spiritual yang inklusif bagi seluruh rakyat Indonesia.
Masjid Negara di IKN ditargetkan bakal digunakan pada Salat Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada 2025 mendatang, yang dapat menampung sebanyak 5.580 jamaah. Adapun, kapasitas maksimal Masjid Negara ini direncanakan dapat menampung hingga 60.000 jamaah.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.