Fakta Menarik Bila Esok Ibu Tiada, Film Drama Rudi Soedjarwo setelah 8 Tahun
13 November 2024 |
21:24 WIB
Film Bila Esok Ibu Tiada akan mulai tayang di bioskop Indonesia pada 14 November 2024. Film yang disutradarai oleh Rudi Soedjarwo ini merupakan adaptasi dari novel best seller berjudul sama karya Nagiga Nur Ayati yang pertama kali terbit pada 2014. Film ini disebut akan menyajikan drama keluarga yang emosional sekaligus menyentuh.
Bila Esok Ibu Tiada akan menyoroti kehidupan sebuah keluarga terdiri dari seorang ibu dan empat anak yang penuh liku-liku. Meninggalnya Haryo (diperankan oleh Slamet Raharjo), menyisakan duka perih bagi istrinya, Rahmi (Christine Hakim), dan keempat anaknya, Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo), dan Hening (Yasmin Napper).
Baca juga: Cerita Sutradara Hadrah Daeng Ratu Garap Produksi Film Pantaskah Aku Berhijab
Rahmi adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Selalu menjadi penengah dan mendamaikan anak-anaknya jika bertengkar, dan tidak pernah mau untuk merepotkan keempat anaknya. Rahmi juga selalu memberikan semua hal yang terbaik dan mendedikasikan diri untuk menjaga anak-anaknya.
Keluarga yang awalnya utuh, perlahan mulai runtuh. Ranika sebagai tulang punggung keluarga yang terlalu otoriter, membuat hubungan kakak beradik itu renggang. Padahal, Rahmi berharap penuh pada anak-anaknya, kalau esok nanti dirinya sudah tiada, mereka harus selalu rukun.
Sayang, masalah-masalah lain justru muncul dan membuat kondisinya kacau balau. Hening yang ketahuan pacaran diam-diam, Rania yang merebut teman dekat Ranika, dan Rangga yang tak punya pekerjaan dan menganggap Ranika sebagai 'pahlawan kesiangan' dalam keluarga.
Ketidakharmonisan anak-anaknya pun membuat kesehatan Rahmi memburuk, hingga harus menghadapi masa-masa kritis. Di tengah kondisi tersebut, keempat anak Rahmi berusaha mengabulkan keinginan terakhir sang ibunda.
Sebelum mengikuti jalinan kisahnya di bioskop, simak beberapa fakta menarik film Bila Esok Ibu Tiada yang telah dirangkum Hypeabis.id berikut ini.
Bila Esok Ibu Tiada digarap oleh Rudi Soedjarwo yang telah memiliki sepak terjang panjang dalam membuat film-film drama populer, di antaranya Ada Apa Dengan Cinta? (2002), Mengejar Matahari (2004), dan In the Name of Love (2008).
Bila Esok Ibu Tiada menjadi film drama pertama yang disutradarai Rudi Soedjarwo selama 8 tahun terakhir, sejak terakhir kali menggarap film drama romantis Stay With Me yang dirilis pada 2016.
Belakangan, sutradara berusia 51 tahun itu lebih sering menggarap film horor, diantaranya Primbon (2023), Denting Kematian (2020), Kembalinya Anak Iblis (2019), 13: The Haunted (2018), dan Algojo: Perang Santet (2016).
"Untuk film drama, saya memang lebih dekat dengan hal-hal cengeng. Jadi sangat mudah untuk saya set the standard. Kalau saya sudah bisa tersentuh, harusnya kebanyakan orang juga bisa ikut tersentuh," kata Rudi Soedjarwo dalam acara jumpa media, beberapa waktu lalu.
Adapun, skenario film Bila Esok Ibu Tiada ditulis oleh Oka Aurora yang sebelumnya menggarap beberapa film box office seperti Layangan Putus the Movie (2023) dan Ipar Adalah Maut (2024).
Film Bila Esok Ibu Tiada dibintangi oleh jajaran pemain film senior dan papan atas seperti Slamet Raharjo, Christine Hakim, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo, dan Yasmin Napper. Selain itu, ada juga Baim Wong, Nunu Datau, Hana Saraswati, Evelyn Hutani, Priscilla Raintung, dan Immanuel Caesar Hito.
Bila Esok Ibu Tiada menjadi proyek film pertama Adinia Wirasti dan Rudi Soedjarwo selama 20 tahun terakhir. Keduanya terakhir kali terlibat dalam film Tentang Dunia yang dirilis pada 2004. Sebelumnya, mereka juga terlibat dalam film Ada Apa Dengan Cinta? (2002) yang menjadi pertemuan perdana Adinia dan Rudi.
Tak cuma sebagai pemain, dalam film ini Adinia juga berperan sebagai penulis skenario. Adinia Wirasti mengatakan dalam penggarapan film Bila Esok Ibu Tiada, dia membantu Rudi Soedjarwo sebagai penulis skenario. Dia bertugas untuk menerjemahkan ide-ide yang ingin disampaikan oleh sang sutradara ke dalam skenario film.
"Aku menulis sedikit sebagai juru tulisnya Mas Rudi sebetulnya. Apa yang mau Mas Rudi tumpahkan ke dalam tulisan, saya coba lakukan," kata aktris berusia 37 tahun tersebut.
Film Bila Esok Ibu Tiada disajikan dengan pendekatan pengambilan gambar seperti dokumenter. Aktor Fedi Nuril mengatakan film Bila Esok Ibu Tiada menuntut para pemainnya untuk berakting secara natural, sehingga karakter yang dimainkan bisa benar-benar terasa riil. Begitupun dari segi teknis, kamera yang akan bergerak mengikuti akting para pemainnya, sehingga tidak terlalu berfokus pada blocking.
"Jadi, secara akting memang harus senatural dokumenter, dan itu dengan pemain yang jumlah cukupnya banyak, kami harus janjian dan ingat yang lain ngomong apa dan sebagainya. Nah itu seru tapi ya menantang, karena rasanya penonton juga ada di sekitar situ [lokasi syuting]," katanya.
Aktor berusia 42 tahun itu juga mengungkapkan alasannya tertarik untuk menerima tawaran bermain di film Bila Esok Ibu Tiada. Salah satunya karena Bila Esok Ibu Tiada menawarkan cerita dan konflik film drama keluarga yang berbeda dari judul-judul lainnya.
"Kebanyakan drama [keluarga] itu tentang cinta romantis kepada orang tua, tapi di sini juga menekankan kalau hubungan kakak adik itu adalah sebuah hubungan yang harus diusahakan untuk tetap harmonis. Bukan karena kita adik kakak lalu harus terima begitu saja, tapi hubungannya juga harus diperjuangkan untuk harmonis," kata Fedi.
Editor: Fajar Sidik
Bila Esok Ibu Tiada akan menyoroti kehidupan sebuah keluarga terdiri dari seorang ibu dan empat anak yang penuh liku-liku. Meninggalnya Haryo (diperankan oleh Slamet Raharjo), menyisakan duka perih bagi istrinya, Rahmi (Christine Hakim), dan keempat anaknya, Ranika (Adinia Wirasti), Rangga (Fedi Nuril), Rania (Amanda Manopo), dan Hening (Yasmin Napper).
Baca juga: Cerita Sutradara Hadrah Daeng Ratu Garap Produksi Film Pantaskah Aku Berhijab
Rahmi adalah sosok ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Selalu menjadi penengah dan mendamaikan anak-anaknya jika bertengkar, dan tidak pernah mau untuk merepotkan keempat anaknya. Rahmi juga selalu memberikan semua hal yang terbaik dan mendedikasikan diri untuk menjaga anak-anaknya.
Keluarga yang awalnya utuh, perlahan mulai runtuh. Ranika sebagai tulang punggung keluarga yang terlalu otoriter, membuat hubungan kakak beradik itu renggang. Padahal, Rahmi berharap penuh pada anak-anaknya, kalau esok nanti dirinya sudah tiada, mereka harus selalu rukun.
Sayang, masalah-masalah lain justru muncul dan membuat kondisinya kacau balau. Hening yang ketahuan pacaran diam-diam, Rania yang merebut teman dekat Ranika, dan Rangga yang tak punya pekerjaan dan menganggap Ranika sebagai 'pahlawan kesiangan' dalam keluarga.
Ketidakharmonisan anak-anaknya pun membuat kesehatan Rahmi memburuk, hingga harus menghadapi masa-masa kritis. Di tengah kondisi tersebut, keempat anak Rahmi berusaha mengabulkan keinginan terakhir sang ibunda.
Sebelum mengikuti jalinan kisahnya di bioskop, simak beberapa fakta menarik film Bila Esok Ibu Tiada yang telah dirangkum Hypeabis.id berikut ini.
1. Film drama pertama Rudi Soedjarwo setelah 8 tahun
Bila Esok Ibu Tiada digarap oleh Rudi Soedjarwo yang telah memiliki sepak terjang panjang dalam membuat film-film drama populer, di antaranya Ada Apa Dengan Cinta? (2002), Mengejar Matahari (2004), dan In the Name of Love (2008). Bila Esok Ibu Tiada menjadi film drama pertama yang disutradarai Rudi Soedjarwo selama 8 tahun terakhir, sejak terakhir kali menggarap film drama romantis Stay With Me yang dirilis pada 2016.
Belakangan, sutradara berusia 51 tahun itu lebih sering menggarap film horor, diantaranya Primbon (2023), Denting Kematian (2020), Kembalinya Anak Iblis (2019), 13: The Haunted (2018), dan Algojo: Perang Santet (2016).
"Untuk film drama, saya memang lebih dekat dengan hal-hal cengeng. Jadi sangat mudah untuk saya set the standard. Kalau saya sudah bisa tersentuh, harusnya kebanyakan orang juga bisa ikut tersentuh," kata Rudi Soedjarwo dalam acara jumpa media, beberapa waktu lalu.
Adapun, skenario film Bila Esok Ibu Tiada ditulis oleh Oka Aurora yang sebelumnya menggarap beberapa film box office seperti Layangan Putus the Movie (2023) dan Ipar Adalah Maut (2024).
2. Diperankan oleh bintang kenamaan
Film Bila Esok Ibu Tiada dibintangi oleh jajaran pemain film senior dan papan atas seperti Slamet Raharjo, Christine Hakim, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo, dan Yasmin Napper. Selain itu, ada juga Baim Wong, Nunu Datau, Hana Saraswati, Evelyn Hutani, Priscilla Raintung, dan Immanuel Caesar Hito.
3. Proyek reuni Adinia Wirasti & Rudi Soedjarwo
Bila Esok Ibu Tiada menjadi proyek film pertama Adinia Wirasti dan Rudi Soedjarwo selama 20 tahun terakhir. Keduanya terakhir kali terlibat dalam film Tentang Dunia yang dirilis pada 2004. Sebelumnya, mereka juga terlibat dalam film Ada Apa Dengan Cinta? (2002) yang menjadi pertemuan perdana Adinia dan Rudi.Tak cuma sebagai pemain, dalam film ini Adinia juga berperan sebagai penulis skenario. Adinia Wirasti mengatakan dalam penggarapan film Bila Esok Ibu Tiada, dia membantu Rudi Soedjarwo sebagai penulis skenario. Dia bertugas untuk menerjemahkan ide-ide yang ingin disampaikan oleh sang sutradara ke dalam skenario film.
"Aku menulis sedikit sebagai juru tulisnya Mas Rudi sebetulnya. Apa yang mau Mas Rudi tumpahkan ke dalam tulisan, saya coba lakukan," kata aktris berusia 37 tahun tersebut.
4. Dikemas dengan pendekatan dokumenter
Film Bila Esok Ibu Tiada disajikan dengan pendekatan pengambilan gambar seperti dokumenter. Aktor Fedi Nuril mengatakan film Bila Esok Ibu Tiada menuntut para pemainnya untuk berakting secara natural, sehingga karakter yang dimainkan bisa benar-benar terasa riil. Begitupun dari segi teknis, kamera yang akan bergerak mengikuti akting para pemainnya, sehingga tidak terlalu berfokus pada blocking."Jadi, secara akting memang harus senatural dokumenter, dan itu dengan pemain yang jumlah cukupnya banyak, kami harus janjian dan ingat yang lain ngomong apa dan sebagainya. Nah itu seru tapi ya menantang, karena rasanya penonton juga ada di sekitar situ [lokasi syuting]," katanya.
Aktor berusia 42 tahun itu juga mengungkapkan alasannya tertarik untuk menerima tawaran bermain di film Bila Esok Ibu Tiada. Salah satunya karena Bila Esok Ibu Tiada menawarkan cerita dan konflik film drama keluarga yang berbeda dari judul-judul lainnya.
"Kebanyakan drama [keluarga] itu tentang cinta romantis kepada orang tua, tapi di sini juga menekankan kalau hubungan kakak adik itu adalah sebuah hubungan yang harus diusahakan untuk tetap harmonis. Bukan karena kita adik kakak lalu harus terima begitu saja, tapi hubungannya juga harus diperjuangkan untuk harmonis," kata Fedi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.