Duh, Polusi Sampah Plastik di Indonesia Masuk Tertinggi Dunia
11 November 2024 |
22:00 WIB
Indonesia kini menduduki peringkat ketiga sebagai negara penghasil polusi sampah plastik terbesar di dunia, setelah India dan Nigeria. Hal ini menekankan perlunya tindakan lebih tegas dalam pengelolaan sampah di seluruh negara di dunia untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature mengungkapkan bahwa masalah utama di kawasan Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara adalah kegagalan pemerintah dalam mengumpulkan dan membuang sampah dengan baik, yang menyebabkan tingginya tingkat polusi plastik.
Penelitian ini menyoroti bahwa sebagian besar polusi plastik global berasal dari kawasan Global South, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Universitas Leeds di Inggris ini menyatakan bahwa Indonesia, bersama negara-negara lain di kawasan Global South, menghadapi masalah besar dalam pengelolaan sampah.
Baca juga: Survei: Polusi Udara, Krisis Air Bersih, dan Sampah Jadi Masalah Lingkungan Utama di Perkotaan
Banyak sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, mencemari lingkungan, dan menyebar ke berbagai tempat seperti dari laut terdalam hingga puncak gunung, bahkan masuk ke dalam tubuh manusia.
Menurut penelitian tersebut, hal ini merupakan masalah serius, terutama bagi 15 persen populasi dunia yang tidak mendapatkan layanan pengelolaan sampah dari pemerintah.
Setiap tahunnya, sekitar 57 juta ton sampah plastik dihasilkan secara global, dan sekitar dua pertiga di antaranya berasal dari negara-negara berkembang. Di Indonesia, lebih dari 275 juta orang terpengaruh oleh kurangnya fasilitas pengelolaan sampah, menjadikan negara ini sebagai salah satu penyumbang utama polusi plastik dunia.
Krisis ini juga memicu kekhawatiran terkait ancaman kesehatan. Plastik yang dibakar atau dibuang sembarangan menghasilkan mikroplastik dan nanoplastik yang mencemari udara, air, bahkan jaringan tubuh manusia. Studi terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di berbagai organ vital manusia, meski para ilmuwan belum sepenuhnya memahami dampaknya terhadap kesehatan.
Studi ini juga menyoroti bahwa polusi plastik adalah masalah global yang memerlukan solusi bersama. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, meski tidak termasuk dalam penghasil terbesar, juga berperan dalam menciptakan masalah ini.
Profesor teknik lingkungan di Universitas Leeds dan penulis utama studi ini, Costas Velis, menekankan bahwa masalah ini juga merupakan tanggung jawab bersama umat manusia.
“Kita tidak bisa menyalahkan Global South sepenuhnya. Masalahnya adalah keterbatasan sumber daya dan kapasitas pemerintah untuk memberikan layanan yang memadai bagi warganya,” ujar Velis.
Sebagai informasi, Global South merujuk pada negara-negara yang umumnya terletak di belahan bumi selatan, yang seringkali memiliki tingkat perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih rendah dibandingkan negara-negara di belahan bumi utara. Negara-negara di Global South seringkali meliputi bagian besar dari Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Oseania.
Theresa Karlsson dari International Pollutants Elimination Network juga menekankan bahwa volume produksi plastik yang terus meningkat masih menjadi masalah utama. Ditambah dengan perdagangan limbah plastik yang terus berlangsung, negara-negara kaya cenderung mengirimkan limbahnya ke negara miskin.
Sebagai langkah awal, berbagai pihak menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga mendorong adanya upaya untuk mengurangi produksi plastik secara keseluruhan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, produksi plastik global akan meningkat dari 440 juta ton per tahun menjadi lebih dari 1.100 juta ton pada pada tahun 2050, yang memperkuat peringatan bahwa planet ini "tercekik" oleh sampah plastik.
Studi ini menegaskan bahwa krisis polusi plastik adalah masalah global yang harus diatasi bersama. Tanpa perubahan mendasar dalam produksi dan pengelolaan limbah plastik, krisis ini akan terus mengancam ekosistem dan kesehatan manusia di seluruh dunia.
Indonesia perlu segera menerapkan kebijakan pengelolaan sampah yang lebih baik serta mendorong pengurangan konsumsi plastik sekali pakai guna menghindari dampak lingkungan dan kesehatan yang lebih buruk di masa depan.
Editor: Fajar Sidik
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature mengungkapkan bahwa masalah utama di kawasan Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara adalah kegagalan pemerintah dalam mengumpulkan dan membuang sampah dengan baik, yang menyebabkan tingginya tingkat polusi plastik.
Penelitian ini menyoroti bahwa sebagian besar polusi plastik global berasal dari kawasan Global South, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan oleh Universitas Leeds di Inggris ini menyatakan bahwa Indonesia, bersama negara-negara lain di kawasan Global South, menghadapi masalah besar dalam pengelolaan sampah.
Baca juga: Survei: Polusi Udara, Krisis Air Bersih, dan Sampah Jadi Masalah Lingkungan Utama di Perkotaan
Banyak sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, mencemari lingkungan, dan menyebar ke berbagai tempat seperti dari laut terdalam hingga puncak gunung, bahkan masuk ke dalam tubuh manusia.
Menurut penelitian tersebut, hal ini merupakan masalah serius, terutama bagi 15 persen populasi dunia yang tidak mendapatkan layanan pengelolaan sampah dari pemerintah.
Setiap tahunnya, sekitar 57 juta ton sampah plastik dihasilkan secara global, dan sekitar dua pertiga di antaranya berasal dari negara-negara berkembang. Di Indonesia, lebih dari 275 juta orang terpengaruh oleh kurangnya fasilitas pengelolaan sampah, menjadikan negara ini sebagai salah satu penyumbang utama polusi plastik dunia.
Krisis ini juga memicu kekhawatiran terkait ancaman kesehatan. Plastik yang dibakar atau dibuang sembarangan menghasilkan mikroplastik dan nanoplastik yang mencemari udara, air, bahkan jaringan tubuh manusia. Studi terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di berbagai organ vital manusia, meski para ilmuwan belum sepenuhnya memahami dampaknya terhadap kesehatan.
Studi ini juga menyoroti bahwa polusi plastik adalah masalah global yang memerlukan solusi bersama. Negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, meski tidak termasuk dalam penghasil terbesar, juga berperan dalam menciptakan masalah ini.
Profesor teknik lingkungan di Universitas Leeds dan penulis utama studi ini, Costas Velis, menekankan bahwa masalah ini juga merupakan tanggung jawab bersama umat manusia.
“Kita tidak bisa menyalahkan Global South sepenuhnya. Masalahnya adalah keterbatasan sumber daya dan kapasitas pemerintah untuk memberikan layanan yang memadai bagi warganya,” ujar Velis.
Sebagai informasi, Global South merujuk pada negara-negara yang umumnya terletak di belahan bumi selatan, yang seringkali memiliki tingkat perkembangan ekonomi dan sosial yang lebih rendah dibandingkan negara-negara di belahan bumi utara. Negara-negara di Global South seringkali meliputi bagian besar dari Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Oseania.
Theresa Karlsson dari International Pollutants Elimination Network juga menekankan bahwa volume produksi plastik yang terus meningkat masih menjadi masalah utama. Ditambah dengan perdagangan limbah plastik yang terus berlangsung, negara-negara kaya cenderung mengirimkan limbahnya ke negara miskin.
Sebagai langkah awal, berbagai pihak menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, tetapi juga mendorong adanya upaya untuk mengurangi produksi plastik secara keseluruhan.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, produksi plastik global akan meningkat dari 440 juta ton per tahun menjadi lebih dari 1.100 juta ton pada pada tahun 2050, yang memperkuat peringatan bahwa planet ini "tercekik" oleh sampah plastik.
Studi ini menegaskan bahwa krisis polusi plastik adalah masalah global yang harus diatasi bersama. Tanpa perubahan mendasar dalam produksi dan pengelolaan limbah plastik, krisis ini akan terus mengancam ekosistem dan kesehatan manusia di seluruh dunia.
Indonesia perlu segera menerapkan kebijakan pengelolaan sampah yang lebih baik serta mendorong pengurangan konsumsi plastik sekali pakai guna menghindari dampak lingkungan dan kesehatan yang lebih buruk di masa depan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.